11.0. Devon's Letter-making Flashbacks

978 94 5
                                    

Vote and vomment, happy reading, ok, action🎬📽️


Setelah insiden robeknya kertas surat cinta dari Kayrani. Malam harinya Devon memutuskan untuk menyambung kembali sobekan itu menggunakan solasi. Cowok itu duduk di kursi meja belajarnya sambil memandangi surat.

Ngomong-ngomong... bagaimana reaksi Kayrani saat membaca suratnya? Akan dibuang kah? Disobek? Dibakar?

-o0o-

Gadis yang tengah dipikirkan oleh Devon terlihat membuka amplop dengan hati-hati. Menarik napas panjang, ia mulai membuka lipatan kertas yang berada di dalam amplop.

Matanya terus mengikuti hasil tulisan Devon yang begitu indah. Kayrani tersenyum lebar, bahkan sesekali dirinya mengelus selembar kertas itu.

“Dasar!”

Kayrani berjalan ke kasur, merebahkan diri di tempat nyaman ini dan terus memikirkan Devon ketika menulis surat itu. Ia tidak ingin kertas ini sobek atau terkena air setetes pun. Jadi dirinya memutuskan untuk melipatnya dan memasukkannya ke dalam amplop. Kayrani membuka buku catatannya, kemudian menyelipkan amplop tersebut lalu menandai halamannya dengan sticky notes memo. Lantas ia menuliskan sesuatu di kertas pembatas itu seraya tersenyum.

» Surat kedua darinya. Tapi yang ini lebih panjang ^^

Dan surat ini bukanlah surat permintaan maaf, seperti yang waktu itu.

-o0o-

Kemarin malam, sebelum surat akan ditukarkan.

Contoh Surat Cinta.

Isi Surat Cinta....

50+ Contoh Surat....

Devon melemparkan ponselnya ke karpet tebal, ia tidak menyangka akan sesulit ini menulis sebuah surat. Yang dirinya tahu hanyalah surat izin tidak masuk sekolah karena sakit, itu pun hasil melihat surat titipan Jovan.

Tidak boleh lihat di Internet.

“Sial!” sekelebat ucapan Guru Bahasa Indonesia terlintas di otaknya. “Kalau udah gini gue harus gimana?”

Devon menyandarkan punggungnya di kaki sofa, dirinya melihat Ellena yang seperti ingin mendekatinya.

“Apa?” tanya Devon.

Ellena menimbang ucapannya lagi, “lo mau buat surat cinta?” pasalnya tadi sayup-sayup terdengar suara cowok itu sedang bertanya lewat Google Voice.

“Ya.”

“Bo-boleh gue kasih saran?”

“Sini.” Devon menepuk tempat di sisinya.

Pipi Ellena bersemu. Namun dirinya buru-buru memalingkan wajahnya supaya tidak ketahuan oleh Devon.

“Duduk,” titah Devon. “Apa saran lo?”

“Em...be-begini.” Ellena membatin, kenapa dirinya sangat gugup berbicara dengan cowok yang namanya belum dirinya ketahui.

Devon menatap lamat Ellena. Sontak gadis itu sedikit menjauhkan jarak duduk mereka yang sangat dekat.

“Lo tulis apa yang terlintas di hati sama pikiran aja. Gak usah muluk-muluk yang penting lo nulis itu tulus, pacar lo pasti suka.”

“Hm, oke.” Devon mulai melakukan apa yang dikatakan Ellena. Menulis murni dari apa yang terlintas di pikiran serta hatinya.

Devon sangat fokus hingga dirinya tidak sadar kalau diperhatikan Ellena. Gadis itu mulai menilai Devon dari atas ke bawah.

Kalau dilihat-lihat, cowok itu punya darah blasteran. Tingginya mungkin sekitar 170 cm kurang lebih. Dan ini hanya pengelihatannya atau apa, tapi yang pasti ada sedikit kemiripan di antara mereka.

Devon menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah Ellena yang melihatnya dengan serius.

Ellena terperanjat saat Devon menyentil dahinya.

“Banyak setan di rumah gue, jangan bengong kek orang dongo!” ujar Devon. Membuat Ellena mendengkus lalu pergi dari ruang keluarga. Berdekatan dengan penculiknya yang tampan ternyata membuat efek tersendiri bagi dirinya, dirinya baper diperlakukan seperti tadi. Namun ia harus sadar, cowok itu sudah punya pacar. Bahkan sampai frustasi tatkala membuat surat cinta.

Cowok itu kembali menekuni tulisannya yang hampir selesai. Dan akhirnya setelah tiga jam berpikir akhirnya selesai sudah surat untuk teman satu bangku.

📎

Tidak usah senyum-senyum, aku tidak pandai merangkai kata. Aku tidak pernah membuat surat sebelumnya. Jadi maaf, kalau kalimat ini tidak sesuai ekspektasi yang mungkin kamu bayangkan.

Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Untuk kesabaran mu, perhatian mu, untuk hari-hari yang lalu, dan yang akan datang.

Dev.

📎

Devon merapikan lipatan kertasnya, besok ini akan diserahkan kepada Kayrani. Ia harap, gadis itu akan suka dengan kalimat yang apa adanya.

Glontang!

Devon sedikit kaget mendengar suara benda jatuh dari arah dapur. Dengan segera dirinya melangkah menuju daerah memasak itu.

Benar saja, sesampainya di dapur dirinya melihat Ellena yang sedang berjongkok mengambil wajan.

“Ekhm!”

Ellena mengelus dadanya mendengar deheman Devon.

“Mau masak?” tanya Devon.

Ellena mengangguk, “kita belum makan malam. Gue mau masak,” jelasnya.

Devon mengangguk beberapa kali. “Biar gue.”

Ellena terdiam. Malam ini ia banyak merasakan baper oleh Devon. Apalagi melihat punggung tegap cowok itu yang tengah memotong sayur mayur. Mengapa dirinya harus bertemu dengan dia sekarang?





TBC.

Makasih dah baca, udah vote, udah komen. Sekarang, kemaren, kemaren-kemarennya lagi. Saranghe♥️ Love y'll.

Namecodes in Wattpad.
Story.namecodes on Instagram.

(Endingnya masih lama. Aku juga gatau kapan, tapi kerangka ending nya udah ada. So, nikmati dulu basa-basinya hahaha 😁)

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang