6.2. Thank You, Kay

1.2K 147 10
                                    

Aku lihat ada banyak yg gak vote....
So, ayo klik bintangnya dari sekarang.
Satu.
Dua.
Tiga. Klik, oke?
Sambil komen juga:-D

Happy reading.
-

Kayrani menatap hujan yang turun dengan deras dari dalam kelasnya. Seraya menopang dagunya, aneh padahal cuaca sedang cerah, tetapi malah hujan.

“Lo ceweknya Devon?”

Kayrani mendongak, “iya, kenapa?” tanyanya kepada Nalta.

“Gue mau bilang, kalau...” Nalta memastikan kalau Devon tidak ada di kelas. “... yang pasti, lo harus jauhin Devon.”

Kayrani tercekat, matanya menyipit menatap anak baru itu. Jangan-jangan, “lo suka sama pacar gue?”

What! No, gue gak suka dia.” Nalta terbatuk mendengar kalau Kayrani mengiranya gay.

“Terus, kenapa lo nyuruh gue ngejauh dari pacar sendiri?”

“Dia gak baik buat lo,” bisik Nalta, ia menatap Kayrani yang terpaku.

“Lo... ada masalah sama Devon?” Atau, anak baru itu tahu siapa sebenarnya Devon.

“Itu dulu, gue tau lo cinta sama Devon. Tapi karena ada alasan lain, makannya gue mau lo harus cepet-cepet jauhin dia.” Nalta kembali ke bangkunya di belakang, setelah duduk. Dirinya masih memandangi punggung gadis itu.

Sedangkan Kayrani masih memikirkan ucapan Nalta, apa mungkin, anak baru itu ada hubungannya dengan Devon?

Ia harus segera mencari tahu!

-o0o-

Jovan mengetuk-ngetuk meja, “lo mau ngomongin apa, Dev?” ingat gudang sekolah yang jarang dikunjungi oleh murid? Kini mereka berada di sini, duduk berhadapan.

“Lo tau anak baru itu?” Devon menatap tajam Jovan.

“Nalta? Gue baru kenalan tadi istirahat pertama,” balas Jovan sambil menggaruk rambutnya, “kok, gatel. Eh, iya, gue belum keramas dua hari.”

Devon memutar bola matanya, “gue pernah hampir bunuh dia.” ungkapnya.

Jovan berhenti menggaruk rambut. “Heh! Serius, tapi apa tadi? Hampir, apa maksudnya?” wah, posisi sahabatnya bisa terancam kalau begitu.

“Gue gak jadi bunuh dia, karena Kayrani nelpon gue.”

Ia tidak tahu kalau sahabatnya sudah menjadi budak cinta buktinya, kegemarannya yang sulit dihilangkan ia tinggalkan begitu saja demi bertelepon ria bersama pacarnya.

“Wakwaw... ternyata lo udah beneran cinta sama Kayrani. Eh, Dev. Kalau Nalta laporin lo ke polisi gimana?” Bersyukur atau nggak, ya? Pikir Jovan dalam hati.

“Gue yakin dia gak akan laporin gue, soalnya dulu waktu gue mau bunuh itu anak, dia lagi nyabu.”

BRAK! Jovan menggebrak meja. “Anjing, beneran! Gila... kelihatannya dia cowok baik-baik, gak taunya cuma boong.” Jovan menggeleng tidak percaya. “Harusnya lo bunuh aja, gue rela!”

Devon tertawa rendah, “tapi gagal gara-gara Kayrani.”

Gedubrak!

Jovan terjungkal dari duduknya ketika gebrakan pintu tadi terjadi, lalu seorang guru masuk mengomeli mereka.

“Kalian! Kenapa di gudang waktu pelajaran?”

“Aw, kepala gue yang berharga.” Rintih Jovan, ia meringkuk seperti bayi.

“Bangun! Ikut Bapak ke lapangan, kalian harus di jemur karena bolos!”

“Tapi hujan, Pak. Bapak gak denger?” tanya Jovan tidak terima.

“Hujannya sudah berhenti, kamu gak denger?”

Jovan meringis saat guru itu membalikkan perkataannya.

“Ayo.”

Dua cowok itu berjalan di belakang guru yang mereka duga sedang piket, mengunjungi tiap kelas dan sudut lainnya. Memastikan kalau guru sudah berada di kelas untuk mengajar dan tidak ada murid yang membolos atau nongkrong di kantin.

“Dua puluh menit, kemudian kalian baru boleh kembali ke kelas.”

Devon dan Jovan mengangguk.

“Hah....” Devon menghela napas, kemudian mendongak menatap langit dan merasakan sedikit tetesan hujan mengenai wajahnya.

“Ngapain lo ngedesah? Capek hidup, lo?” tanya Jovan.

Devon menoleh ke arah Jovan, “gue capek.”

Jovan menganga, seorang Devon kini mengeluh! Dari kejauhan, mata Jovan menangkap Kayrani yang tengah membawa tumpukan buku.

“KAY!” Jovan dadah-dadah dengan semangat hingga Devon mendengkus sebal.

Kayrani yang mendengar teriakan namanya langsung menoleh, ia mengernyit sebentar kemudian membalas lambaian tangan Jovan.

“Mereka mungkin lagi dihukum, Kay.” Nalta yang berjalan di sampingnya berucap.

“Kayaknya iya,” balas Kayrani sebelum memasuki ruang guru untuk mengumpulkan tugas di meja Guru PKN.

“Nalta, lo kalau mau ke kelas duluan aja. Gue mau samperin mereka,” ujar Kayrani lalu langsung berjalan mendahului Nalta menuju lapangan.

“Hai pacarnya Devon,” sapa Jovan dengan senyuman sejuta Watt.

“Hai, kalian kenapa berdiri di sini? Di hukum karena bolos, ya?” tanya Kayrani, sebab Devon absen pelajaran tadi, tidak bilang kepadanya. Ternyata sedang membolos bersama Jovan.

“Iya, nih. Eh, lo tau gak, Kay. Masa pacar lo tadi ngeluh capek,”  adu Jovan.

Kayrani melihat Devon yang juga menatapnya, “semangat! Aku tau kamu pasti bisa!” ujarnya ceria kepada Devon. Devon juga masih manusia, Bung.

Jantung Devon seketika berdebar kencang, ia bergerak maju dan memeluk erat Kayrani. Bisa dirinya rasakan kalau cewek ini terdiam kaku karena terkejut dengan kelakuannya.

“Terima kasih,” bisik Devon. Saat ia akan melepaskan pelukannya, dirinya melihat Nalta yang terpaku tidak jauh di belakang pacarnya. Ia tidak jadi melepaskan Kayrani, untuk membuktikan kalau gadis ini adalah miliknya.



TBC.

WANTED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang