"HAH, CUMA JALAN 3 HARI?!"
Pekikan Aruna terdengar setelah melihat tanggal yang tertera di jam miliknya.
8 Januari 2013.
Aruna mengira dia akan melompat hingga berbulan-bulan seperti terakhir kali dia memperbaiki kesalahaannya, tapi ternyata hanya tiga hari saja.
"Gimana ceritanya cuma lompat 3 hari? Kemarin aja bisa sampai 4 bulan," protes Aruna pada Jiya.
"Itu artinya kamu membuat kesalahan lagi hari ini," respon Jiya santai, sangat kontras dengan Aruna saat ini.
Aruna mengacak rambutnya frustasi. Mungkin tidak akan terlalu berat jika dia hanya memperbaiki kesalahan dan tidak harus mengulang kesalahannya. Rasanya Aruna malas sekali harus mengulang kejadian-kejadian tak mengenakan yang dia lakukan di masa lalunya.
Ia sendiri juga heran bagaimana bisa dia dulu tidak punya hati nurani sehingga tidak merasa bersalah saat melakukan hal-hal buruk itu. Tapi semakin dewasa sikap orang harus berubah menjadi lebih baik bukan? Apalagi masa remaja adalah masa pencarian jati diri, dulu dia belum mengenal dirinya sendiri. Itu yang Aruna alami.
Andai dulu di lebih bijak dan tidak sombong, Aruna menyesal.
"Semangat, Aruna!" ucap Peri pendamping Aruna. Jiya memang memberi ucapan penyemangat, tapi nada peri bergaun putih itu terlihat seperti sedang meledek. Aruna membalas ucapan Jiya dengan sebuah dengusan. Dia memilih untuk bersiap daripada meladeni pendampingnya yang terlihat polos tapi begitu menyebalkan.
Sehabis mandi Aruna tidak mendapati Jiya di kamar. Peri pendampinya itu memang suka sekali tiba-tiba menghilang entah kemana.
Setelah menggunakan seragam lengkap, Aruna menatap penampilannya di cermin. Gadis itu mencoba menerka-nerka, kesalahan apa lagi yang dia lakukan hari ini. Semoga saja hanya kesalahan kecil dan tidak terlalu menyakiti perasaan orang lain.
Saat Aruna sibuk dengan pemikirannya, terdengar suara motor dari luar. Seperti tidak asing, tapi itu bukan suara motor Papa. Aruna hafal sekali suara motor Papanya. Karena penasaran, ia mengintip lewat jendela kamar.
"Leo?" gumam Aruna mendapati pacarnya datang dengan motor sport warna merah. Motor yang sering Aruna boncengi dulu. "Ngapain dia ke sini?"
Buru-buru Aruna mengambil BB miliknya. Dibukanya history chat tadi malam dengan Leo. Poor Aruna, dia meminta cowok brengsek itu untuk menjemputnya!
"Ciye, dijemput sama pacar, nih?" Aruna terlonjak kaget ketika Jiya tiba-tiba ada di belakangnya. Mengintip isi percakapan Aruna dan Leo sambil senyum-senyum.
"Ih, bikin kaget aja, lo!" omel Aruna kesal.
Aruna kemudian teringat sesuatu yang ingin dia tanyakan ke Jiya. "Jiya, bisa nggak, sih, kalau waktu-waktu gue sama Leo di masa lalu di-skip aja? Sumpah gue tuh males banget tau nggak berhadapan sama dia."
"Bukannya dulu kamu cinta banget sama dia?" ledek Jiya. Ah... Aruna salah bertanya seperti itu pada Peri pendamping yang sepertinya tidak mendukung Aruna.
"Hih! Salah gue tanya sama lo. Kalau nggak bisa nggak usah ngeledek kebodohan gue dulu. Kenapa lo sih yang dikirim jadi pendamping gue? Kenapa nggak peri yang baik hati, yang mempunyai kekuatan ajaib dan bisa membantu kalau gue lagi kesulitan. Lo kerjaannya cuma bisa ngeledek nasib sial gue!"
Jiya terkekeh mendengar ucapan Aruna.
"Karena yang ada memang hanya aku. Kamu harus menerima itu. Lagi pula apa kurangnya aku, aku selalu mendampingi kamu di sini," jawab Jiya.
"Kurangnya lo tuh cuma satu..." Aruna menjeda, dia mendekatkan wajahnya pada telinga Jiya dan berkata dengan keras, "KURANG AJAR!"
"Ahhh! Aruna!!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/280938163-288-k22064.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To School✔
Teen FictionGlendia Aruna. Gadis berusia 24 tahun itu percaya kesialan gagal menikah yang ia alami adalah karma buruk atas perbuatannya pada seorang lelaki bertahun-tahun silam. Saat dia diberi kesempatan untuk meminta maaf pada lelaki tersebut, ternyata ada ha...