Chapter 39

1.7K 285 45
                                    

Aruna terdiam... bukan hanya Aruna, Jevin juga tidak tahu harus bereaksi seperti apa setelah mereka mendengar cerita sepasang suami istri yang kini duduk di hadapan mereka---di ruang tamu apartemen Gisel. Mereka adalah orang tua Vanya. Feli dan Gisel sendiri telah mengetahui pokok permasalahan yang sedang dihadapi pasangan itu.

"Tante tahu kesalahan Vanya besar banget. Kalian pasti benci banget sama dia. Terutama kamu Aruna." Wanita yang pipinya basah oleh air mata itu menatap Aruna dengan tatapan memelas.

"Bahkan jika Tante bersimpuh di depan kamu, Tante nggak yakin kalau kamu mau memaafkan Vanya. Tapi Tante mohon sama kalian, bantu kami buat mencari Vanya. Kalian adalah teman-teman Vanya, Tante nggak tahu lagi harus minta bantuan sama siapa," lanjutnya yang masih terisak.

Suaminya yang merupakan ayah Vanya kemudian menggapai bahu wanita yang terlihat rapuh itu dan memeluknya. Walaupun lelaki paruh baya itu terlihat lebih tenang, namun ada gurat kekhawatiran yang tidak bisa ia sembunyikan.

Bagaimana tidak, anak perempuan mereka sudah dua bulan tidak bisa dihubungi. Dua bulan yang artinya sejak kejadian batalnya pernikahan Aruna dan Leo. Mereka tidak tahu di mana keberadaan Vanya sekarang. Saat mereka mendatangi kantor tempat Vanya bekerja, mereka bilang jika Vanya sudah tidak bekerja di sana. Bahkan polisi seperti tidak berdaya dan kesusahan mendapatkan petunjuk di mana sebenarnya perempuan itu sekarang.

Feli dan Gisel kini menatap Aruna.

"Na, kita tahu apa yang udah Vanya lakuin itu nggak bisa dimaafin. Tapi nggak bijak rasanya kalau kita..."

"Seminggu lalu aku dapat paket dari Vanya." Aruna menyela ucapan Gisel. Sontak saja kini semuanya berfokus pada gadis bermata bulat itu. Dia memang tidak pernah menceritakan soal paket itu ke siapapun termasuk kedua orang taunya.

"Paket?" tanya Feli bingung.

Aruna mengangguk.

"Paket apa?" Mama Vanya ikut menyahut.

"Dia ngirimin aku jaket punya dia dan surat," jawab Aruna pelan.

"Kalau kamu dapat paket dari dia, artinya ada alamat di mana dia sekarang," ujar Jevin yang sedari hanya menjadi pendengar.

"Iya, Aruna. Di mana Vanya sekarang?" desak kedua orang tua Vanya.

"Aku nggak ngeh waktu itu. Pikiranku kacau banget setelah baca surat dari Vanya. Aku nggak perhatiin dari mana paket itu dateng. Aku kira dia ngirim paket itu dari apartemennya."

Jawaban Aruna membuat mama dan papa Vanya yang tadi memiliki secerca harapan kini kembali lemas.

"Tapi aku buang bungkus paketnya di tempat sampah kamar aku. Dan aku belum buang sampahnya keluar. Aku yakin bungkusnya masih di sana," lanjut Aruna.

"Ya udah, Na, kita ke rumah lo sekarang," seru Gisel.

Akhirnya mereka memutuskan pergi ke rumah Aruna. Aruna satu mobil dengan Jevin, sedangkan yang lain naik mobil yang dibawa Gisel.

Jevin yang sedang fokus menyetir melirik ke sampingnya. Dilihatnya Aruna yang tengah meremas-remas bagian bawah kemeja yang ia kenakan. Jevin tahu kalau kekasihnya itu kepikiran soal hilangnya Vanya.

"Semua bakal baik-baik aja," ujar Jevin yang kini menggengam tangan Aruna dengan tangan kirinya.

"Aku nggak ceritain semuanya tadi," cicit Aruna.

"Maksud kamu?"

"Vanya bilang kalau dia dikurung sama Leo. Aku takut dia kenapa-napa. Apalagi dia lagi hamil," cerita Aruna.

"Hamil?!" Jevin terkejut.

Lelaki itu memang sudah tahu jika Vanya dan Leo sudah berhubungan jauh, tapi ia sama sekali tak menyangka jika hubungan terlarang mereka sampai menghasilkan sebuah janin.

Back To School✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang