Chapter 34

1.5K 259 112
                                    

Aruna membanting tas miliknya ke ranjang ketika ia sampai di kamar. Gadis itu benar-benar kesal pada Jevin. Tapi lebih dari itu, rasa sedih lebih mendominasi hatinya saat ini. Bagaimana tidak, Aruna kira saat ia bertemu kembali dengan Jevin batinnya akan lebih tenang karena bisa mendapatkan maaf dari lelaki itu. Tapi jangankan mendapatkan maaf, Aruna bahkan tidak diberikan kesempatan untuk mengucapkan kata tersebut. Sebaliknya Jevin justru mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Aruna.

Walaupun Aruna juga sadar jika dirinya pantas mendapatkan perlakuan seperti itu dari Jevin, tapi hatinya tidak bisa dibohongi kalau dia merasa sedih. Aruna yakin ini yang Jevin rasakan dulu saat dia bersikap buruk pada lelaki itu. Dan sekarang Aruna rasa ini adalah pembalasan dari Jevin. Jevin bahkan men-skakmat Aruna dan tidak memberi kesempatan untuknya melakukan pembelaan. Lidahnya begitu kelu saat Jevin menuduh kalau apa yang Aruna ucapkan tadi adalah bullshit semata.

Aruna menenggelamkan wajahnya di bantal dan menghentak-hentakan kakinya ke kasur. Dia juga memukul-mukul boneka beruang miliknya, menganggap itu adalah Jevin untuk meluapkan kekesalannya.

"Gue benci lo, Jev!" ucapnya kesal. "Hate you to the moon and back! And back to the moon again!"

Tak lama gerutuannya berubah menjadi isakan. Hati Aruna tersayat. Jevin yang ia temui di masa lalu tidak pernah membiarkan Aruna menangis. Dia selalu ada saat Aruna membutuhkan bantuan. Tapi Jevin yang ada di masa depan sikapnya berbeda seratus delapan puluh derajat dari Jevin yang Aruna kenal. Lalu dia bisa apa saat lelaki yang memiliki hatinya justru tampak membencinya.

***

Disisi lain Jevin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi setelah pertemuannya dengan Aruna. Dia sedang menuju ke tempat seseorang yang tahu kisahnya dengan Aruna. Kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Bertemu dengan Aruna adalah hal diluar dugaan yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali. Apalagi setelah bertahun-tahun... rasanya seperti mimpi bagi Jevin. Setelah kejadian memalukan di malam perpisahan itu otak Jevin memerintahkannya untuk melupakan gadis sombong itu dan hatinya pun menerima. Namun ternyata hanya dengan satu pertemuan pondasi yang ia bangun selama bertahun-tahun hampir saja goyah. Dan kata kasar yang ia ucapkan pada Aruna tadi hanyalah penyanggah perasaan bencinya agar tidak roboh dan kembali mencintai Aruna. Namun tanpa Jevin duga kata tersebut membuat air mata Aruna menetes. Dan Jevin ingin mengutuki dirinya sendiri.

"APA? ARUNA?!"

Perempuan dengan perut besar yang ada di depan Jevin itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya saat kembali mendengar nama yang sudah bertahun-tahun tak diucapkan oleh Jevin.

"K-kamu beneran bertemu dia, Jev?" tanya perempuan itu lagi seperti belum percaya dengan apa yang dia dengar.

Jevin mengangguk kemudian menjawab, "Dia salah satu klien Mama, Hes."

Perempuan itu adalah Hesti. Satu-satunya orang yang tahu jika lelaki yang disiram Aruna di malam perpisahan itu adalah Jevin.

"Dia mau menikah?" tanya Hesti lagi begitu penasaran dengan cerita Jevin. Kali ini sambil memberikan segelas sirup jeruk yang baru saja dia buat pada Jevin.

Jevin menggeleng sambil menerima gelas dari Hesti lalu meneguknya membuat Hesti mengerutkan keningnya. Perempuan hamil itu tak mengerti. Biasanya orang yang disebut klien oleh Mama tentu orang yang akan menikah karena Mama adalah pemilik wedding organizer.

Jevin meletakan gelas yang telah kosong ke meja yang ada di depannya. Dia menghabiskan sirup tersebut dalam sekali tegukan. Tenggorokannya begitu kering setelah mengatakan kata kasar pada Aruna. Lalu dia menatap Hesti yang masih menanti penjelasan darinya.

Back To School✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang