Chapter 40

2K 270 88
                                    

Vanya keguguran...

Sudah lebih dari satu tahun sejak kejadiaan naas itu terjadi, tapi bayangan betapa hancurnya Vanya saat itu masih tergambar dengan jelas di kepala Aruna. Siapa yang tidak sedih jika penyebab dari semua itu adalah ayah dari bayi yang ia kandung. Aruna masih ingat bagaimana histerisnya Vanya, dia bahkan sampai sesumbar ingin menyusul anaknya.

Dan disaat-saat terpuruk Vanya, Scarlet Girl memutuskan untuk memberi kesempatan kedua padanya. Mereka tidak munafik jika masih memiliki rasa kecewa pada perempuan itu, tapi rasa sayang ternyata lebih kuat dibandingkan dengan kekecewaan tersebut. Walau hanya selisih satu persen saja.

Dan jika ada yang bertanya bagaimana nasib Leo sekarang, jawabannya adalah dia di tempat yang seharusnya. Ruangan sempit tanpa perabot dengan jeruji besi sebagai pembatas antara dirinya dengan dunia luar. Penyekapan dan kekerasan yang menyebabkan hilangnya nyawa janin tak berdosa itu membuatnya harus hidup dalam pesakitan.

"Kamu ngelamun?"

Teguran yang dibarengi dengan jentikan jari Jevin di depan wajah membawa Aruna kembali dari lamunannya. Matanya mengerjap dan menatap lelaki di sampingnya. Lelaki yang sudah siap menginjak gas dan melajukan mobilnya tapi harus mengurungkan niat saat melihat istrinya tengah melamun.

"Masih mikirin kejadian itu?" tembak Jevin langsung.

Aruna mengangguk pelan, membenarkan tebakan Jevin.

Lelaki yang sudah menjadi suami Aruna sejak sembilan bulan lalu itu menghela napas. Bukan hanya sekali ia melihat Aruna seperti ini.

"Aku ngerasa bersalah sama janin yang nggak berdosa itu," cicit Aruna. "Andai aku lebih peka kalau Vanya butuh pertolongan mungkin..."

Jevin menautkan tangannya dengan tangan Aruna kemudian meremasnya pelan.

"Itu bukan salah kamu. Jika ada yang harus disalahkan itu bukan kamu orangnya, Sayang. Lagi pula Vanya udah bahagia sekarang. Berapa kali dia bilang sama kamu kalau itu semua bukan salah kamu?"

"Sering," jawab Aruna menyebikan bibir.

"Nah itu kamu tahu. Sekarang yang harus kamu pikirin adalah kesehatan kamu sama dedek," ujar Jevin sambil mengelus perut buncit Aruna.

Aruna menaikan dua sudut bibirnya ke atas. Dia sangat bersyukur Tuhan menjadikan Jevin sebagai pasangan hidupnya. Sekarang dia sama sekali tidak menyesal harus mengalami kegagalan pernikahan dengan Leo karena dibalik itu dia dipertemukan dengan lelaki baik bernama Jevin Regana Abiyaksa. Lelaki yang pernah ia permalukan di malam perpisahan sekolah mereka. Lelaki yang selalu ada saat Aruna membutuhkannya. Lelaki yang penuh dengan kejutan. Lelaki yang membuat Aruna paham jika ketenaran bukanlah segalanya.

"Makasih ya, Mas..."

"Untuk?"

"Karena kamu udah mau maafin aku dan untuk semua yang udah kamu lakuin buat aku," ucap Aruna tulus. "Aku yakin banyak wanita yang ngejar kamu, tapi kamu milih buat nunggu aku tanpa kepastian."

Jevin pun mengubah posisi duduknya menghadap Aruna.

"Aku juga mau bilang makasih sama kamu."

"Untuk?"

"Karena kamu udah berubah menjadi manusia yang lebih baik. Terima kasih tetap bertahan walau kesan pertama saat kita kembali bertemu aku malah nyakitin perasaan kamu. Terima kasih karena..."

"Sttt..." Aruna meletakan jari telunjuknya di bibir Jevin.

"Enough. Kalau dilanjutin kita nggak berangkat-berangkat."

Jevin hanya terkekeh kemudian dia mengacak pelan rambut istrinya. Setelahnya ia menginjak gas untuk mengantar Aruna ke rumah orang tuanya. Hari ini Jevin akan sibuk dengan pembukaan cabang baru dari HR Boba untuk itu dia ingin agar Aruna pergi ke rumah orang tuanya supaya dia tidak kesepian.

Back To School✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang