"Gue mau minta maaf sama kalian berdua," cicit Aruna yang kini menunduk. Dia tidak berani menatap mata kedua lawan bicaranya. Rasa bersalah yang membuat Aruna bersikap seperti itu. Selain itu ia juga merasa nyeri saat mendapati kenyataan kalau Hesti kini tengah mengandung anak Jevin.
"Gue dulu udah jahat banget sama kalian," lanjutnya dengan suara bergetar.
Jevin dan Hesti saling menatap saat Aruna menyelesaikan kalimatnya. Setelah kejadian Aruna menangis tadi, Hesti mengajak mereka berdua pergi ke taman bermain anak yang ada di samping hotel. Suasana di sana cukup sepi sehingga mereka lebih leluasa untuk mengobrol.
Jujur Hesti sedikit terkejut dengan sikap Aruna yang sangat berbeda dari Aruna yang terakhir kali ia temui bertahun-tahun lalu. Apa ungkapan waktu bisa mengubah seseorang itu terjadi dalam diri Aruna? Sedangkan Jevin yang baru bertemu perempuan itu dua minggu lalu sudah merasakan kalau Aruna yang sekarang bukanlah si arogan yang sering berbuat sesuka hatinya tanpa memikirkan orang lain. Dia telah berubah.
Hesti menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Dia senang karena Aruna menjadi seseorang yang lebih baik. Ibu hamil itu lalu menyentuh lengan Aruna dan menjawab, "Kalau yang kamu maksud itu soal masa lalu kita jaman SMK, aku udah maafin kamu dari jauh-jauh hari, Na."
Perlahan Aruna memberanikan diri menaikan pandangannya. Jevin sendiri hanya memasang wajah datar atau lebih tepatnya dia bingung harus bereaksi seperti apa.
"Be-beneran, Hes?"
Hesti mengangguk sebagai jawaban.
"Itu kan masalah lama, Na. Aku juga udah lupa," kata Hesti yang tidak sepenuhnya benar. Dia tidak pernah melupakan kejadian memalukan itu. Bukan karena dia dendam kepada Aruna, tapi Hesti dewasa lebih berpikir bijaksana. Menurutnya sekarang kejadian itu adalah kenangan yang lucu yang bisa ia ceritakan pada anak cucunya kelak.
Sikap Hesti yang dengan mudah memaafkannya, membuat Aruna yakin kalau inilah kelebihan Hesti yang tidak dimilikinya.
"Sebijaksana itu lo, Hes. Andai gue bisa kayak lo," lirih Aruna. "Jevin beruntung bisa dapetin lo," lanjutnya membatin.
"Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Just be your self. Aku juga dulu iri sama kamu. Kamu cantik, pinter, bisa nyanyi, bisa dance. Aku juga pengen banget bisa ngomong bahasa inggris kayak kamu tapi nggak bisa-bisa." Ibu hamil itu menerawang ke masa putih abu-abu mereka sebelum melanjutkan, "Tapi setelah itu aku merenung, mungkin aja ada sesuatu dalam diri aku yang nggak kamu punya. Tuhan itu maha adil, kan?"
Aruna tersenyum mendengar penuturan Hesti. "Lo juga udah pinter bahasa inggrisnya."
Aruna tidak berbohong. Pronunciation* Hesti tadi bahkan terlihat seperti native speaker*. Dia juga sudah tidak medhok lagi.
Hesti terkekeh mendengar pujian yang keluar dari mulut Aruna. Pujian yang mengingatkan Hesti betapa payahnya dia dalam bahasa inggris dulu. Jevin yang duduk di bangku depan mereka ikut tersenyum walau hanya senyum tipis yang tidak disadari kedua perempuan itu.
"Gue seneng banget kalian udah maafin gue," kata Aruna setelah beberapa saat mereka terdiam.
Bumil itu kini menatap Jevin yang dan tersenyum jahil. "Aku emang udah maafin kamu, tapi kalau Jevin nggak tahu tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To School✔
Ficção AdolescenteGlendia Aruna. Gadis berusia 24 tahun itu percaya kesialan gagal menikah yang ia alami adalah karma buruk atas perbuatannya pada seorang lelaki bertahun-tahun silam. Saat dia diberi kesempatan untuk meminta maaf pada lelaki tersebut, ternyata ada ha...