Chapter 17

1.3K 278 62
                                    

Aruna lemas dan langsung mendudukan dirinya ketika sudah bisa mengendalikan tubuhnya kembali. Wajah gadis itu pucat dan berkeringat dingin, membuat Gita yang ada di depannya bingung. Apa yang terjadi dengan Aruna? Beberapa detik lalu gadis yang memakai jaket denim itu masih terlihat baik-baik saja.

"Gue lemes," lirih Aruna ke Gita yang masih berlutut.

"Lo kenapa, Na?"

Perlahan Aruna bangkit membuat Gita melakukan hal yang sama. "Maafin gue, Git," ujar Aruna.

Gita dibuat semakin bingung dengan sikap Aruna.

"Gue nggak seharusnya ngelakuin ini sama lo." Ada jeda dalam ucapan Aruna. Dia menarik napas dalam terlebih dahulu sebelum melanjutkan perkataannya. "Gue nggak akan bilang ke bokap lo kalau lo pacaran dan bohong soal pergi ke Puncak."

"Gue bakal mundur dari seleksi itu, Na. Gue janji..."

Aruna menggeleng.

"Ayo bersaing secara sehat."

"Maksud lo?"

"Gue tau gue salah. Gue bener-bener minta maaf. Walaupun mungkin lo nggak akan inget ini di masa depan." Suara Aruna memelankan saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Masa depan?"

Gita benar-benar tidak mengerti dengan semua sikap dan perkataan Aruna.

"Lupain. Minggu depan kita ketemu di seleksi. Gue mau kita bersaing secara sehat."

Gita hendak membuka mulutnya, namun cepat-cepat Aruna menjelaskan, "Dan kalau lo masih takut gue bakal buka rahasia lo ke bokap lo, itu nggak akan terjadi." Aruna mengambil Blackberry yang tadi sempat ia masukan kembali ke saku roknya lalu menunjukan layarnya pada Gita. Raut wajah Gita tidak dapat diartikan saat melihat dengan entengnya Aruna menghapus video itu.

"Sekarang lo nggak perlu takut lagi," ucap Aruna setelah video tersebut benar-benar terhapus.

"Lo nggak punya copy-annya, kan?" curiga Gita. Dia berpikir mungkin Aruna pura-pura menghapusnya agar Gita tenang, tapi sebenarnya Aruna memiliki salinannya. Bisa saja Aruna akan memberi tahu ayahnya suatu saat nanti.

"Lo bisa percaya sama gue. Dan buat orang yang ngerekam video ini, gue bisa atasin dia."

"Siapa dia?"

Aruna menghela napas. "Cowok gue. Kalian ke Puncak bareng kan?" Tanpa sadar Gita mengangguk.

"Lo tenang aja, gue udah janji kan nggak bakal kasih tau bokap lo. Lo tinggal persiapin diri lo aja buat seleksi minggu depan."

Setelah mengatakan itu, Aruna meninggalkan Gita yang masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Kenapa Aruna aneh sekali? Pertama dia mengancam Gita, tapi setelahnya dia menghapus bukti yang dilakukan untuk mengancam. Apa tujuan Aruna sebenarnya?

Baru beberapa langkah Aruna berjalan, dia berbalik.

"Git..." Gita yang namanya disebut menatap manik bulat Aruna. "Gue emang nggak akan ngasih tau ke bokap lo soal ini. Tapi gue harap lo bisa jujur ke bokap lo. Bohong itu sikap yang buruk dan lo nggak tau apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa saja buah dari sikap buruk lo itu menyusahkan diri lo sendiri," pesan Aruna. "Kaya gue sekarang," lanjutnya dalam hati.

Gita terdiam mencerna kata-kata yang baru disampaikan Aruna. Kenapa dari nada bicara Aruna, Gita merasa kalau teman sekelasnya itu sedang memberi peringatan?

"Kamu dari mana aja, Na? Mama sama Jevin nyariin tau!" omel Mama begitu Aruna menghampiri mereka di parkiran sekolah.

"Tadi aku ketemu temen, Ma," jawab Aruna. "Gimana raport Jevin?" lanjutnya. Gadis itu sedikit berjinjit agar bisa melihat laporan belajar yang ada di tangan Jevin.

Back To School✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang