"Mamaaaaa..."
Pekikan anak laki-laki dengan seragam TK itu membuat Aruna menghentikan aktivitas mengetik di ponselnya. Ia lalu memasukan benda pipih itu ke dalam dan merendahkan tubuhnya agar tinggi badannya sejajar dengan anak yang langsung menghambur ke pelukannya itu.
"Mama lama ya nunggunya?" tanya sang anak dengan suara yang menggemaskan.
Aruna menggeleng lalu menjawab, "nggak, kok. Mama baru aja sampai."
"Aku kira Mama udah nunggu lama soalnya tadi Miss Ineke kasih tebak-tebakan. Taka nggak bisa jawab jadi pulangnya terakhir," adu bocah yang menyebut dirinya dengan nama Taka tersebut dengan nada sendu.
Aruna terkekeh lalu mengacak rambut buah cintanya dengan Jevin tersebut dengan sayang.
"Miss Ineke kasih soal tebakannya susah ya, makanya adek nggak bisa jawab?"
"Nama-nama hewan, Ma."
Ah... Aruna mengerti sekarang. Dia dan Jevin memang jarang mengenalkan beragam hewan pada anak berusia empat tahun itu. Yang Taka tahu hanyalah hewan yang ada di sekitar anak itu. Seperti kucing milik Oma-nya dan burung yang ada di kandang rumah Pak RT. Bahkan buku-buku yang anak itu punya juga jarang yang berhubungan dengan fauna. Sepertinya dia harus mengajak Taka ke kebun binatang agar anak itu tahu lebih banyak lagi tentang hewan.
"Ya udah kalau gitu minggu nanti kita ke kebun binatang biar Taka lebih tahu lagi soal binatang lain." Aruna berusaha menghibur putra semata wayangnya yang sekarang sedang melengkungkan kedua sudut bibirnya ke bawah.
Mata anak itu langsung berbinar setelah mendengar ucapan Aruna.
"Beneran, Ma?"
Aruna mengangguk membuat Taka melompat kegirangan. Setelah itu mereka berdua memutuskan untuk pulang. Taka sudah tidak sabar untuk mengatakan pada ayahnya tentang janji Aruna.
Disaat mereka berdua berjalan menuju parkiran, Taka menghentikan langkahnya membuat Aruna mengeryitkan alisnya heran.
"Kenapa, Dek?"
Taka menunjuk arah taman dimana ada anak perempuan yang memakai seragam SD tengah menangis.
"Kakaknya nangis, Ma."
Aruna memperhatikan anak yang sedang mengusap air mata dengan tangan mungilnya.
"Kita samperin yuk, tanya kakaknya kenapa."
Tanpa pikir panjang Taka berlari mendahului Aruna menghampiri anak perempuan yang lebih tua darinya itu. Bocah itu bahkan tak menghiraukan teriakan Aruna yang menyuruhnya agar berhati-hati.
"Hiks... Hiks..."
"Kakak kenapa?"
Gadis kecil itu tampak terkejut dengan kedatangan Taka. Tapi dia kembali menangis tak menghiraukan keberadaan Taka. Tak mendapat jawaban dari anak perempuan itu, Taka pun memeluk gadis yang lebih tinggi darinya itu.
"Kakak jangan nangis. Kata Mama kalau kita sedih kita cuma butuh teman yang bisa meluk kita kaya gini."
Anak perempuan itu agak terkekeh dengan celetukan bocah yang bahkan tak ia kenal. Aruna yang baru saja menyusul diam-diam tersenyum bangga melihat apa yang anaknya lakukan. Setidaknya sifat buruk Aruna dulu tak menurun pada Taka.
Setelah Taka melepaskan pelukannya, Aruna pun menghampiri mereka.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Aruna sambil mengusap air mata anak tersebut.
Awalnya anak itu diam tak menjawab dua orang asing yang menghampirinya, sampai Aruna tersenyum lembut dan mengusap rambutnya hingga dia mau bersuara.
"Mama nggak dateng buat penyerahan piala aku, padahal dia udah janji mau dateng," ceritanya dengan terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To School✔
Teen FictionGlendia Aruna. Gadis berusia 24 tahun itu percaya kesialan gagal menikah yang ia alami adalah karma buruk atas perbuatannya pada seorang lelaki bertahun-tahun silam. Saat dia diberi kesempatan untuk meminta maaf pada lelaki tersebut, ternyata ada ha...