Ketukan pintu yang keras dan berulang mengusik tidur Aruna. Gadis yang memakai piyama gambar kartun Doraemon itu membuka matanya perlahan. Dia lalu mengubah posisinya menjadi duduk.
Dia menoleh ke samping dimana ada Jiya yang masih terlelap. Aruna sempat berpikir, harusnya Jiya itu disebut peri tidur bukan peri pendamping. Tidurnya begitu nyenyak, tidak pernah terganggu walaupun mendengar suara alarm Aruna atau gedoran serta teriakan Mama yang begitu keras.
"BANGUN, NA!!! UDAH JAM BERAPA INI?!" teriak Mama lagi dari luar kamar.
"Iya, Ma," jawab Aruna malas sambil mengucek matanya. "Kenapa Mama bangunin gue, padahal alarm gue aja belum bunyi" gumamnya kemudian menguap. Dia masih mengantuk.
Aruna kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu kamarnya sedikit, takut jika Mamanya melihat sosok lain di kamar Aruna. Padahal hanya dirinya yang bisa melihat kehadiran Jiya, tapi dia belum mengetahui hal itu. Dia kira semua orang bisa melihat peri pendampingnya.
"Kamu tuh lagi ujian jam segini belum bangun!" semprot Mama begitu pintu kamar putri sulungnya terbuka.
Aruna yang tadi nyawanya belum terkumpul langsung melebar mata saat mendengar kata ujian terucap dari mulut Mamanya.
"U-ujian?" tanya Aruna tergagap.
Tak menanggapi pertanyaan Aruna, Mama menyuruh anak gadisnya untuk cepat mandi. Setelahnya perempuan yang telah melahirkan Aruna itu kembali ke dapur sambil mengoceh. Aruna tak mendengar dengan jelas apa yang Mama ocehkan. Pikirannya blank mendengar kata ujian. Dia kemudian memegang rambutnya yang ternyata sudah lebih panjang dari kemarin.
"Pantes aja," gumamnya. "Rambut gue juga udah sepanjang ini."
Dia lalu memencet tombol di jam yang melingkar di tangan kirinya. Jam yang tidak pernah ia lepas kecuali jika sedang mandi.
15 April 2015
"Wow," ucap Aruna tanpa sadar.
Aruna senang setengah mati karena artinya tidak lama lagi tujuannya akan tercapai. Tapi saat mengingat kata ujian dia baru sadar kalau dia sama sekali belum belajar. Hari ini jadwal ujiannya apa pun dia tidak tahu. Apa yang akan dia lakukan sekarang?
Dengan cepat Aruna menutup pintu kamar dan mengambil tas yang berada di meja belajar. Gadis itu mengeluarkan semua isi tas, mencari tahu jadwal ujian hari ini.
Dari dalam tasnya dia menemukan kartu tanda ujian berwarna pink dan langsung bernapas lega saat mengetahui mapel hari ini adalah Bahasa Inggris. Setidaknya Aruna tidak perlu menghafal materi karena dia sudah lancar berbahasa inggris. Coba saja kalau mapelnya Matematika atau Bahasa Indonesia, bisa pusing tujuh keliling dia.
"Thanks, God."
Seperti perintah Mamanya Aruna buru-buru mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu dan pergi mandi. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk kembali ke masa depan.
"Kamu sudah mandi, Aruna?" tanya Jiya dengan suara serak saat pintu kamar terbuka dan menampakan Aruna yang sudah segar padahal sekarang baru jam lima pagi.
Melihat Jiya yang sudah terbangun, Aruna langsung menghampiri peri pendampingnya.
"Tebak sekarang tanggal berapa?"
Jiya mengerutkan keningnya, bukannya menjawab pertanyaannya tadi, Aruna justru mengajak bermain tebak-tebakan.
"Tiga bulan dari kemarin?" tebak Jiya asal.
Aruna menggoyangkan jari telunjuknya di depan wajah Jiya.
"No... No... No!"
Dengan semangat Aruna mengambil jam tangan yang ada di atas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To School✔
Teen FictionGlendia Aruna. Gadis berusia 24 tahun itu percaya kesialan gagal menikah yang ia alami adalah karma buruk atas perbuatannya pada seorang lelaki bertahun-tahun silam. Saat dia diberi kesempatan untuk meminta maaf pada lelaki tersebut, ternyata ada ha...