Chapter 31

1.5K 296 78
                                    

"Lo mimpi apa sih, bisa sampe kaya gini?" tanya Feli sambil mengelap wajah dan leher Aruna yang basah oleh keringat dengan tisu.

Aruna tidak langsung menjawab pertanyaan Feli. Dia hanya terdiam menatap ke arah depan lalu memilih meneguk lagi air mineral yang masih ada di genggamannya.

Tenggorokannya terasa begitu kering. Pikirannya blank. Otaknya seperti mesin yang baru dinyalakan setelah sekian lama menganggur. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya. Aruna yakin kalau itu bukan hanya sekedar mimpi. Semuanya terasa begitu nyata dan dia yakin kalau memang dia mengalami time travel. Namun yang membuatnya bingung adalah kenapa disaat tujuannya pergi ke masa lalu ada di depan mata, dia justru gagal dan dikembalikan ke masa depan. Padahal dia selalu berhasil saat memperbaiki kesalahan-kesalahan lain yang dibuatnya di masa lalu.

Aruna menoleh ke arah sahabatnya yang duduk di depan kemudi dan bertanya, "Gue tidur berapa lama?"

Bukan tanpa alasan Aruna menanyakan hal itu. Dia baru saja menjalani tiga tahun kehidupannya di masa SMK. Walaupun dia berteleportasi waktu yang artinya dia tidak menjalaninya tiga tahun penuh, tapi setidaknya itu butuh waktu tidur yang lama bukan?

Feli berpikir sebentar sebelum akhirnya bersuara, "Nggak ada sepuluh menit."

Aruna menutup mulutnya dengan telapak tangan. Matanya melebar. Siapa yang tidak terkejut saat dia merasa mengalami banyak hal dan ternyata itu hanya berjalan sepuluh menit di dunia nyata.

"Se-sepuluh menit?" ucap Aruna terbata.

Feli mengangguk. Dia kemudian menanyakan pertanyaan yang belum dijawab oleh sahabatnya tadi. "Lo mimpi apa, sih?"

Feli benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi pada Aruna. Mimpi apa yang membuat sahabatnya sampai seperti ini. Aruna masih belum menjawab pertanyaan yang sudah Feli ajukan dua kali itu.

"Tadi lo juga neriakin nama Jevin," kata Feli saat mengingat bagaimana Aruna bangun dari tidurnya lima menit yang lalu. "Jevin siapa, sih?"

Bukannya menjawab pertanyaan Feli, Aruna justru mengucapkan kata-kata yang membuat Feli semakin bingung dengan sikap sahabatnya itu.

"Fel kita balik ke sendang yang waktu itu kita datengin, yuk," pinta Aruna.

Feli mengerutkan dahinya. Kenapa Aruna jadi aneh seperti ini?

"Maksud lo sendang yang tadi?"

Ah... Benar!

Aruna lupa kalau di masa depan dia baru saja dari sendang itu. Jika yang dikatakan Feli soal dirinya yang hanya tidur selama sepuluh menit, itu artinya mereka baru keluar dari tempat itu sekitar lima belas menit yang lalu.

Dengan cepat Aruna mengangguk. Jika bisa dia ingin meminta agar dia diberi kesempatan lagi. Kesempatan untuk meminta maaf ke Jevin. Atau jika tidak mungkin saja dia bertemu dengan Jiya dan bisa meminta bantuan pada peri bergaun putih itu. Jika Jiya tidak bisa membantu setidaknya dia bisa menjelaskan kenapa misi utamanya justru gagal.

"Yang bener aja, Na! Kita belum ada setengah jam keluar dari sana dan lo mau balik lagi?" kesal Feli.

"Gue ada ketinggalan barang di sana," balas Aruna.

Feli menghela napas. Dia kemudian berkata, "Kita jemput Gisel dulu, abis itu baru balik ngambil barang lo. Lagian lo tuh ada-ada aja. Bangun tidur kaya orang abis ngapain eh yang diinget malah barang ketinggalan," omel Feli yang mulai menginjak gas dan kembali melanjutkan perjalanan ke stasiun.

Mau tak mau Aruna pun menuruti ucapan Feli. Gadis itu ragu untuk mengatakan apa yang baru saja ia alami. Pasti Feli akan menertawakannya dan menganggap semua itu hanya mimpi.

Back To School✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang