8

1K 124 6
                                    

EREN POV

Beberapa hari ini bibi masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Aku juga sudah menghubungi Y/N untuk segera menjengguknya, setidaknya jika ada Y/N yang menjaga bibi, aku bisa sedikit fokus dengan pekerjaanku.

"Bibi... aku akan menjemput Y/N untuk menjagamu" Ucapku yang tentu saja tidak akan dibalas dengan bibi.

Beberapa hari lalu, bibi mengalami keracunan makanan. Entah makanan apa yang telah ia makan, namun yang jelas ada sesuatu yang aneh. Ayah juga tidak pernah datang untuk menjengguk bibi, jangankan untuk menjengguk bahkan menelepon pun tidak sama sekali. Semenjak ia bertemu perempuan itu, Dina Fritz. Sikap ayah berubah, memang ibu sudah meninggal tapi itu tidak membuat hubungan ayah dan anak pecah, bukan?

"Eren... kau baik-baik saja?" Ucap sahabatku Armin yang ternyata sedari tadi dibelakangku.
"Oh Armin, ya... aku baik-baik saja" Ucapku menjawab.

Armin adalah salah satu sahabatku, semenjak ayah menikah lagi, Armin, Mikasa, dan Y/N lah yang menjadi kunci aku untuk kuat. Mikasa adalah tunanganku, kami sudah bersama dari kecil dan 1 tahun yang lalu aku memutuskan untuk memulai hubungan yang lebih serius dengannya. Dia sangat cantik, terlebih ia juga cukup dekat dengan Y/N dan bibi, jadi untuk menjadikannya sebagai calon istri adalah hal yang sangat tepat.

"Bagaimana dengan Y/N, apa kau sudah menghubunginya?" Tanya Armin.
"Sudah, aku dan Mikasa akan segera menjemputnya sore ini" Jawabku.

Armin hanya mengangguk dan memegang pundakku. Ia tersenyum untuk memberikanku semangat. Andai saja ayah sedikit memiliki sifat dari Armin, pasti hidupku akan jauh lebih baik dari sekarang.

"Bagaimana jika aku yang menjemputnya? Hari ini aku juga tidak ada pasien, ku dengar malam ini kau dan Mikasa akan ada operasi besar kan? Kau persiapkan saja operasi itu" Ucap Armin sambil merapikan selimut bibi.

Armin adalah salah satu spesialis penyakit dalam di rumah sakitku, sedangkan aku adalah spesialis jantung, dan Mikasa merupakan spesialis anestesi. Nanti malam memang ada jadwal untuk operasi bedah jantung, sehingga aku dan Mikasa yang harus mempersiapkannya. Tawaran dari Armin juga merupakan keuntungan bagiku.

"Kau tidak keberatan?" Tanyaku untuk memastikan.
"Tentu saja tidak... Sudahlah tidak perlu khawatir, kau siapkan saja operasi itu" Ucap Armin masih dengan senyum.
"Baiklah, terimakasih Armin kau memang yang terbaik"

Y/N POV

Ku tata rambutku basahku yang masih kusut, hari ini aku akan bertemu kakakku, jadi aku harus terlihat senang. Mata bengkak ini dan bau alkohol ini benar-benar harus hilang. Jika tidak, kakak akan berceramah 1 jam lebih.

"Yosh! Aku siap" Ucapku sambil tersenyum di cermin rias.

Sudut mataku melihat ke arah gaun hitam yang aku pakai kemarin, dan itu membuatku kembali memikirkannya lagi.

"Kenapa dari sekian banyak pria, harus Levi yang aku sukai?"

Ku dengar ketukan pintu yang menyadarkanku dari lamunan. Aku kembali tersenyum dan segera membukakan pintu. Akhirnya, aku bisa melihat kakak Eren. Wajar saja, dia adalah orang yang sangat sibuk.

"Kak Eren!" Teriakku sambil langsung memeluk orang yang mengetuk pintu.

Namun aku terperanjat setelah mengetahui itu bukan Eren, melainkan Armin. Sahabat dari kakakku.

I'm Not The Only One [LEVI X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang