31

553 74 11
                                    

Y/N POV

"Kali ini aku yang melepasmu..."

Aku bisa mendengar suara tangisan di sampingku. Seseorang juga memegang tangan kananku dengan cukup erat. Ku buka mataku perlahan... hal pertama yang aku lihat adalah bibi Faye yang menangis cukup keras di sampingku dengan Kakak Eren dan Mikasa dibelakangnya.
"Bi...bi~" Ucapku.

Tenggorokanku terasa sangat kering hingga untuk berkata-kata saja membuatku kesusahan. Ku gerakan tanganku untuk menopang badanku agar aku bisa duduk dengan bersadarkan punggung kasur, namun kedua tangan bibi memegangiku seolah-olah menyuruhku untuk kembali tidur.
"Y/N! Kau sudah sadar? Syukurlah... Kami semua khawatir!" Ucap Bibi masih dengan isakannya.

Aku bisa melihat wajah mereka semua yang pucat menatapku dengan lega. Mereka sedikit tersenyum, hingga aku sadari aku tidak bisa menggerakkan kakiku lagi.
"Ka-kak?"
"Oh! Mi...minumlah air dulu Y/N" Ucap bibi sambil memberikan segelas air kepadaku.
"Bibiiii... Kaki? Kakiku? Kenapa tidak..."
"Dengar Y/N, kau tidak bisa bergerak terlalu banyak... Kau baru saja siuman jadi..." Ucap Kakak Eren sambil memegang kedua tanganku.

Ku tarik selimut yang menutupi perut hingga kakiku, mataku terbuka lebar saat aku melihat kedua kakiku yang terbujur kaku dengan banyaknya perban yang menutupinya. Aku tidak bisa mengerakannya sama sekali.
"Apa yang terjadi dengan kakiku? Kenapa... Kenapa aku tidak bisa menggerakannya?" Tanyaku.

Mereka semua diam, tidak ada sama sekali orang yang menjawab pertanyaanku tersebut. Mereka membisu seolah-olah tidak mendengar apapun. Ku tangkis tangan Kakak Eren yang memegangi lengan kiriku, ia diam membisu, aku juga dapat melihat raut wajahnya yang pucat dengan air mata di kelopak matanya.
"KATAKAN!!!" Teriakku.
"Eren... Bawa bibi ke luar, aku yang akan menjelaskannya" Ucap Kakak Mikasa kemudian.

AUTHOR POV

"Bagaimana keadaan Y/N? Apa dia baik-baik saja? Ke... Kenapa kalian keluar?" Tanya Jean yang mendapati Eren dan bibinya yang pergi keluar dari ruangan rumah sakit.
"Dia sudah siuman... Tapi, dia bertanya pertanyaan yang aku tidak tega menjawabnya..." Ucap Eren sambil terduduk di kursi tunggu rumah sakit.

Ia menangis, bibi Faye kemudian memeluk keponakannya tersebut. Tangisan Eren kemudian berhenti seketika setelah melihat Levi yang terduduk dilantai dan bersandarkan dinding rumah sakit. Emosi Eren mulai memuncak, ia berjalan mendekati Levi dan mencekik leher pria tersebut.
"KAU! SUDAH KU BILANG!!! JAUHI ADIKKU! KENAPA KAU TIDAK DENGAR!!! DIA ADALAH SATU-SATUNYA KELUARGA KANDUNGKU YANG TERSISA! KENAPA KAU SELALU MEMBUATNYA DALAM MASALAH!!!"
"..."

Levi hanya terdiam, matanya menatap Eren dengan kosong. Sudah 2 hari bahkan ia tidak pergi dari rumah sakit. Wajahnya juga sama pucatnya dengan Eren, hatinya juga sakit saat mendengar diagnosa dokter-dokter tersebut.

"Maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin tapi luka di tulang belakangnya benar-benar parah... Sehingga beberapa syaraf dan ototnya mengalami kerusakan... Bahkan kakinya yang patah juga memperburuk kondisinya sekarang, jadi Y/N akan sangat sulit sekali untuk berjalan atau menggerakan kakinya lagi"

"KAU MENGHANCURKAN SEGALANYA, KAU BAHKAN MERENGGUT MASA DEPANNYA! APA KAU PUAS?" Teriak Eren sambil mencekik leher Levi.
"Eren!!! Berhenti!" Lerai bibi Faye.

Tangan Eren melemas, ia jatuh terduduk sambil meremas rambutnya. Tangisannya kembali pecah, ia tidak pernah sekalipun membayangkan bahwa adiknya akan cacat. Ia bahkan kini sudah merasa gagal menjadi seorang kakak yang tidak bisa melindungi adiknya.

Di dalam ruangan rumah sakit, nampak Mikasa kini terduduk di samping Y/N. Ia memberikan minum Y/N sambil mengusap bekas air mata di pipinya.
"Y/N kau tau sendiri bukan? Aku bukan orang yang suka berjanji palsu pada siapapun... Jadi sekarang aku bisa menjanjikan 1 hal padamu yang mungkin oranglain tidak akan mempercayainya"
"Apa maksudmu? Apakah kakiku lumpuh?" Tanya Y/N.
"Tidak, kau tidak lumpuh... Ini hanya cedera saja, kau masih bisa kembali berjalan seperti dulu lagi, jadi sekarang tugasmu adalah untuk kembali pulih sehingga kau bisa menjalani berbagai terapi kaki dan tulang belakang... Percayalah padaku"

Mendengar penjelasan Mikasa, Y/N kemudian menangis.
"Bagaimana bisa aku kembali berjalan? Sedangkan sekarang aku tidak bisa merasakan kedua kakiku!!!"
"Aku sudah bilang padamu untuk mempercayaiku! Aku mohon padamu untuk tidak berpikir negatif... Aku dan Eren akan melakukan segala cara untukmu agar bisa kembali berjalan! Bahkan jika kami harus mengoperasimu sendiri, kami akan melakukannya! Jadi! Sekarang bersabarlah dan pulihkan kondisimu"

Mikasa kemudian memeluk Y/N, badan mungilnya tersebut sedikit bergetar. Tangisannya semakin menjadi-jadi saat Mikasa memeluknya. Ia hanya bisa mengelus punggung Y/N dan membiarkannya memangis untuk meluapkan semua emosinya.

Sedangkan diluar ruangan, Levi mendengar tangisan Y/N.
"Biarkan aku masuk" Ucap Levi pada Eren dan bibi Faye.
"Untuk apa kau masuk? KAU INGIN APA LAGI? Membuat harapan untuk Y/N lagi? Lalu setelah itu kau pergi lagi? Mau sampai kapan kau berhenti?" Ucap Eren tajam.
"Tentu saja sampai Y/N meninggal, iyakan Levi? Baru kau puas, hahaha apalagi rencana dari Ackerman satu ini? Setelah bebas menjadi buron sekarang ia kembali mencari masalah" Ucap Jean mencibir Levi.

Di pukulnya pipi Jean dengan tangan kanan Levi, emosinya kembali di sulut dengan perkataan adu dombanya.
"BERANINYA KAU!" Teriak Levi.
"DASAR BRENGSEK!" Teriak Jean.
"SUDAH CUKUP! Jean tolong jangan berbicaramu dan Kau Levi bukan? Aku tau ini bukan salahmu... Tapi tolong jaga emosimu ini rumah sakit, kalian semua bisa menemui Y/N setelah Mikasa keluar" Jelas Faye kemudian.

Nampak cukup terlihat Eren tidak terima dengan keputusan yang diambil bibinya.
"Bibi! Kenapa-"
"Eren... Jika Y/N ingin menemuinya kenapa kau melarang? Ini sudah termasuk hak-nya untuk berbicara dengan orang yang ia mau... Tenang saja tidak akan terjadi apapun" Senyum bibi Faye kini merekah.

Kemudian Faye segera pergi meninggalkan lorong rumah sakit, masih ada sedikit semburat khawatir di air wajahnya sehingga Eren mengikutinya dari belakang. Hingga beberapa saat kemudian Mikasa pun keluar.
"Jean bisa tolong bantu aku memanggil perawat? Y/N belum makan" Ucap Y/N kemudian.
"Baiklah" Ucap Jean yang pergi meninggalkan lorong bersama Mikasa.

Mata Jean masih melihat kebelakang menatap Levi dingin. Dengan hembusan nafas berat kemudian Levi memasuki ruangan Y/N, ia telah menunggu cukup lama untuk gadis yang ia cintai itu membuka matanya. Hingga sesampainya diruangan, ia dapat melihat Y/N yang duduk dengan tatapan kosong menatap jendela rumah sakit. Levi perlahan mendekati Y/N dan berlutut di samping kanannya.
"Y/N..." Panggil Levi lirih.
"..."
"Entah kata-kata apa yang bisa aku jelaskan kepadamu agar membuatmu percaya padaku..."
"..."
"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Petra dan mengenai kejadian beberapa hari lalu itu semua salah paham... Jadi aku harap..."
"..."

Y/N yang diam kini perlahan melihat ke arah Levi. Tatapannya masih kosong seperti tidak ada lagi warna dimatanya.
"Apa lagi yang kau harapkan? Bukankah rencanamu berhasil? Kau mempermainkanku lagi" Ucap Y/N.
"Apa? Apa yang kau maksud? Aku tidak pernah..."
"Sekarang aku sudah cacat Levi... Aku cacat!!!"

Hati Levi seakan-akan terasa begitu perih, ia kemudian berdiri dan kembali mendekati Y/N lagi. Ia menghapus air mata Y/N yang terus saja mengalir.
"Tidak, kau tidak cacat... Jadi berhentilah berkata-kata seperti itu, aku mengenal banyak dokter di luar negeri dan aku akan membawamu untuk menemui mereka! Aku bisa membuatmu sembuh! Aku mohon tapi percayalah padaku!"
"Tidak ada waktu untuk itu..."
"Apa maksudmu? Kita masih punya banyak waktu... Aku mohon berilah aku-"

Y/N kemudian menepis tangan Levi.
"Beberapa bulan lagi Kakak Eren dan Kakak Mikasa akan mengatur pernikahanku dengan Jean... Lupakan ini semua Levi, kali ini aku yang melepasmu"

To be continued

I'm Not The Only One [LEVI X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang