Ku bangun dengan keadaan setengah mabuk, kejadian 2 hari lalu masih dengan jelas menghantuiku. Aku tidak bisa makan, tidak bisa tidur, tidak dapat melakukan aktifitas apapun. Semuanya berantakan, karena kau duniaku.
Ku coba untuk beranjak dan merain handphone yang masih tergeletak di bawah closet tempat tadi malam aku muntah hebat. Aku terlalu banyak minum hingga aku lupa batas, sungguh menyedihkan. Bersedih sendiri, merayakan sendiri, kehilangan sendiri. Jika dipikir-pikir mungkin angka sial, hari sial, dan nasib sial itu sungguh ada dan nyata.
Suara telepon kini terdengar nyaring. Ternyata dari semua orang didunia ini, hanya dia yang masih mencariku. -Jean-
Jean dan aku sudah berteman dari kecil, berbeda dariku. Dia benar-benar seorang pria yang dilahirkan hampir sempurna, keluarga yang utuh, wajah yang tampan dan banyak disegani perempuan.
Ku matikan telepon tersebut untuk membalas chatnya. Aku sedang tidak ingin bicara dengan siapapun, bahkan mungkin suaraku masih terdengar parau karena 2 hari berturut-turut aku minum alkohol. Setidaknya dengan memberikannya kabar keadaanku, mungkin dia bisa berhenti menelepon dan menanyakan keadaanku.
"Jika benar penyesalan itu ada, kapan kau akan menyesal?"
-3 Weeks-
LEVI POVKu banting beberapa buku dan kertas yang ada dimejaku. Pikiranku masih tidak bisa tenang karena kejadian beberapa minggu lalu, sial bahkan dia tidak berharga saat aku memilikinya. Kenapa dia masih merusak segalanya? Merusak pikiranku.
Aku kira aku kini bahagia, berpacaran dan menjalin asmara dengan sekretarisku sendiri. Namanya Petra. Dia perempuan yang baik, penyayang, ramah, cantik, dan juga sempurna untukku. Dia jauh lebih baik dari dirinya. Namun setelah aku memutuskan hubungan dengannya, hubunganku yang sebelumnya dengan Petra sangat bergairah kini seperti kehilangan arah angin. Aku mulai bersikap dingin padanya.
Kabar mengenai dia yang masih terpuruk pun juga terdengar ditelingaku. Hange, dia merupakan salah satu pemilik saham perusahaanku terus saja membicarakan tentangnya. Tentu saja mereka berhubungan cukup akrab apalagi setelah Hange mengetahui bahwa aku telah memutuskan hubungan dengannya.
"Leviiiii! Kau harus ikut denganku hari ini!" Teriak Hange yang kini mendobrak pintu ruanganku.
Dia benar-benar pemegang saham yang paling berisik yang aku tahu. Jika saja saham yang dia miliki bisa sepenuhnya aku miliki, aku tak akan segan menendang pantat dan menutup mulutnya dengan plester.
"Ke?" Ucapku malas.
Pasti untuk mengunjungi dia, pasti Hange menyuruhku untuk melihatnya atau merencanakan sesuatu hal untukku dan dirinya. Aku masih memiliki prinsip makanan jatuh tidak akan aku ambil lagi.
"Heyy, ayolah bersemangatlah sedikit! Dengar aku akan mengenalkanmu pada seorang gadis cantik!"
"Siapa?" Tanyaku yang masih sibuk merapikan kertas dan membuang kertas ditempat sampah.
"Hmm namanya Isabel! Pokoknya kau akan suka, sudah jangan terus pikirkan mantan pacarmu, bahkan dia juga sudah mulai berkencan"
"APA?"Tidak, Hange pasti hanya menggodaku. 90% ucapannya tidak ada yang benar. Dia tidak mungkin mulai berkencan secepat itu. Aku mengenalnya lebih dari aku mengenal diriku sendiri.
"Hey hey heyyy kau masih ada rasa dengannya? Katakan jujur padaku" Goda Hange yang kini menurunkan sedikit kacamatanya dan mulai menunjukkan gigi menjijikannya padaku.
"Pakai kembali kacamatamu dan sikat gigi baumu itu, aku juga sudah memiliki pacar. Petra" Jelas ku sedikit muak dengan situasi ini.
"Kau? Dengan Petra? Perempuan macam dia tidak akan betah dengan lelaki sepertimu, jika dipikir-pikir keadaanmu sebelum dan sesudah putus dengan mantanmu, jauh lebih menyedihkan daripada dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The Only One [LEVI X READER]
FanfictionJika itu adalah takdir mungkin inilah cara bagaimana aku kehilanganmu. Namun dengan kata "kehilangan" itu tidak berarti aku melupakan. Jika kita bisa bertemu di dunia yang berbeda atau di kehidupan selanjutnya, aku tidak akan melepaskanmu seperti a...