2

761 94 9
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, Renjuni akhirnya kembali ke kelas. Tadi, dia bolos pelajaran terakhir, bukan masalah, lagipula gurunya pasti tidak menyadari ketidakhadirannya.

Kelas sudah sepi, seperti harapan Renjuni.
Dia hanya akan mengambil tasnya kemudian langsung pulang.
Tapi keningnya mengernyit saat apa yang dicarinya tidak ada, tasnya tidak ada di bangku.
Dimana? Apakah mereka sekarang bermain dengan cara menyembunyikan barang-barangnya?
Sangat kekanakan. Renjuni berjalan keluar kelas, dia membuka bak sampah, siapa tau mereka membuang tasnya ke dalam sana kan?
Karena apapun yang berhubungan dengannya, selalu mereka anggap seperti sampah. Bahkan dirinya sendiri.

Renjuni menggeram kesal saat tidak menemukan tasnya dimana-mana.
Di dalam sana ada ponselnya, dan beberapa lembar uang yang rencananya akan dia gunakan untuk belanja bulanan setelah pulang bekerja nanti.

Dengan langkah berat, dia memilih untuk pulang saja.

Saat sampai di gerbang Sekolah, Renjuni menatap datar ke arah mobil yang sepertinya sudah terparkir sejak tadi di depan sana, kali ini menjemputnya untuk apa?

"Ayo masuk...kita akan menjemput Haechan-ie dan juga Jeno."

Renjuni menatap malas ke arah laki-laki yang duduk di kursi kemudi itu.

"Aku harus bekerja."

"Tapi Haechan-ie dan Jeno kan temanmu...dan mereka meminta agar kau ikut menjemput ke Bandara."

"Mereka bukan temanku...dan pekerjaanku jauh lebih penting daripada harus menjemput mereka."

Renjuni lanjut berjalan saat melihat laki-laki itu turun dari mobil.

"Jangan mengikutiku...aku benar-benar harus bekerja."

"Tapi, aku sudah mengizinkanmu agar tidak bekerja hari ini...dan Ten Hyung memberi izin."

Langkah Renjuni terhenti, dia berbalik menatap laki-laki itu.
Dia mendengus kasar, "kau! Kenapa selalu seenaknya?"

"Bukan aku! Tapi itu atas perintah Haechan-ie dan Jeno...dan berbicaralah dengan lebih sopan, aku ini lebih tua darimu."

"Aku tidak peduli!"

"Aku juga tidak peduli! Jadi kau harus ikut sekarang!"

Renjuni memberontak saat tangannya ditarik paksa, dan dia didudukkan di samping kursi kemudi.

"Yak Mark-ssi! Kau ini apa-apaan hah!?

Laki-laki bernama Mark itu duduk di kursi kemudi dan langsung menjalankan mobilnya.

" Turunkan aku Mark-sii!"

"Mark oppa...katakan seperti itu." Ucap Mark mengoreksi.

"Kau bukan oppa ku!"

"Aku kan kekasih Haechan-ie...dan dia bilang kalau dia adalah eonni mu, jadi aku oppa mu."

Gila! Sudah gila, pasangan gila yang selalu merecoki hidupnya. Apa tadi katanya? Haechan? Eonni nya? Lelucon apa itu? Bahkan Renjuni lebih tua satu tahun dari gadis bernama Haechan itu. Ya, Haechan adalah adik kelasnya di Sekolah, dia memiliki dua kakak laki-laki yang bernama Ten dan Jeno, Ten yang merupakan pemilik Minimarket tempatnya bekerja, dan Jeno adalah teman satu angkatannya, tapi beda kelas.

Renjuni tidak berminat membuka suaranya lagi, karena percuma. Mark tidak akan mendengarkan keinginannya yang minta diturunkan.
Jadi dia memilih untuk menatap jalanan dari jendela mobil yang tertutup.
Mark sendiri tersenyum puas.

•••

Di tempat lain, tepatnya di sebuah kamar dengan cat berwarna abu-abu, seorang laki-laki terlihat mematung saat membuka benda yang sedang dipegangnya.

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang