7

500 78 4
                                    

Ini masih terlalu pagi untuk Renjuni mendapat protesan dari gadis di depannya ini.
Bahkan, Renjuni baru saja mendudukkan diri di bangkunya, tapi tiba-tiba gadis berkulit tan manis itu sudah memberondongnya dengan pertanyaan.

"Katakan Renjuni! Apa itu benar? Kata Ten oppa, kau mengundurkan diri dari pekerjaanmu...kenapa? Apa gara-gara kemarin?"

Renjuni sudah menduga hal ini, gadis ini pasti tidak akan tinggal diam setelah mengetahui dia berhenti dari pekerjaannya.

Menghela napasnya, berusaha agar tetap tenang, Renjuni menjawab pertanyaan Haechan, "itu benar...aku akan mencari pekerjaan lain."

"Tapi...kenapa? Kenapa harus berhenti bekerja di tempat Ten oppa?" Tanya Haechan dengan wajah herannya.

"Selama aku bekerja disana, aku sudah merasa sering berlaku seenaknya karena aku mengenalmu...izin hanya untuk menjemputmu di Bandara, izin lagi hanya karena aku sakit yang sangat tidak parah, aku merasa seperti memakan gaji buta bekerja disana, kerjaku tidak seberapa, tapi kakakmu memberikan aku gaji utuh, aku bukan orang yang biasa bekerja seperti itu Haechan-ssi."

Haechan terdiam beberapa saat setelah mendengar perkataan Renjuni. Dan entah kenapa, Haechan merasa seperti Renjuni sedang berkeluh kesah padanya, dan ini untuk pertama kali selama dia mengenal kakak kelasnya itu.

"Tapi...Ten oppa tidak masalah dengan itu."

Renjuni berdecak, "tapi itu masalah untukku! Aku merasa itu menjadi beban untuk diriku sendiri, aku merasa sudah tidak tau diri, diberikan pekerjaan, bukannya rajin, tapi aku malah semaunya...kau tidak akan mengerti Haechan-ssi, dan aku memang berharap kau tidak akan pernah mengerti."

Diam, Haechan tidak membuka suaranya lagi. Dia tidak tau kalau tingkahnya selama ini membuat Renjuni terbebani. Haechan selalu berpikir, hal itu bukan masalah, toh kakaknya selalu mengizinkan setiap kali dia mengatakan kalau Renjuni tidak akan bekerja karena alasan ini dan itu.
Tapi ternyata, Renjuni merasa kalau itu membebani dirinya. Itu membuat Haechan merasa bersalah, dia secara tidak langsung, sudah  membuat Renjuni melepas pekerjaannya.

Keheningan diantara mereka terpecah saat teman-teman kelas Renjuni sudah mulai berdatangan, Haechan masih berdiri disana, menatap Renjuni yang menunduk sambil memijat pelipisnya.

"Oh sepertinya baru saja ada drama disini...ah sayang sekali, aku telat menontonnya."

Mendengar suara yang selalu membuatnya muak, Haechan memilih keluar dari kelas itu.
Dia sedang malas meladeni Minju.

"Lepaskan tanganku Minju!"

Jaemin yang tangannya sedari tadi digandeng oleh Minju merasa risih, dia merasa gadis ini terlalu agresif. Bagaimana bisa dia langsung bergelayut manja saat tadi mereka tidak sengaja bertemu di lorong kelas.

"Nanti makan bersama ya Jaemin-ah..." Kata Minju dengan suara manjanya, dia melepaskan tangannya dari lengan Jaemin.

"Aku tidak akan ke kantin." Balas Jaemin, setelah itu, dia langsung berjalan menuju bangkunya.

Jaemin menatap Renjuni, "kau masih sakit?" Jaemin bertanya sambil menyentuh kening Renjuni. Dia tidak tau kenapa melakukan hal itu, tangannya hanya refleks.

"Perhatikan tanganmu Jaemin-ssi...dan aku baik-baik saja."

Mendengar suara Renjuni yang terkesan dingin seperti biasa, Jaemin dengan kikuk menarik tangannya dari kening gadis itu.

Interaksi mereka tidak luput dari tatapan tajam Minju, dia mengepalkan tangannya di atas meja.

"Aku tidak akan membiarkanmu kembali merebut apa yang seharusnya menjadi milikku." Gumamnya.

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang