Renjuni menatap tidak enak ke arah Chenle yang terlihat sibuk bolak-balik dari dapur.
Lalu, ia menoleh ke arah samping, Jaemin masih terlihat enggan melepaskan dekapannya."Na...lepas sebentar ya, aku ingin membantu Chenle memasak." Ujarnya dengan suara yang sangat lembut.
Tapi, Jaemin menggeleng entah untuk yang ke-berapa puluh kalinya, Renjuni tidak menghitung.
Yang pasti, Jaemin sudah seperti ini sejak tadi siang.
Kekasih tampannya itu datang dan mengatakan kalau ia bolos sekolah, lalu tiba-tiba mendekapnya dengan sangat erat seolah tidak bisa lepas.Dan sekarang, hari sudah petang. Renjuni harus menyiapkan makan malam. Tapi lihat lah, si tampan pemilik senyum hangat ini tidak mau melepasnya barang sedetik saja.
"Biarkan seperti ini sayang...aku ingin memelukmu."
"Iya...nanti kau bisa memelukku lagi Na, tapi sekarang lepas dulu. Aku harus membantu Chenle memasak."
"Shireo~"
Astaga, Renjuni menghela napas sabar saat mendengar rengekan itu.
Dengan perlahan, ia merubah posisi duduknya agar berhadapan dengan Jaemin.Saat melihat kekasihnya itu ingin protes karena acara menyandar nya terganggu, dengan cepat Renjuni mengusap rahang tegas milik Jaemin.
"Kau kenapa Na?" Tanya Renjuni sambil terus mengusap rahang Jaemin dengan gerakan selembut kapas. Membuat pemuda itu memejam menikmati usapannya.
Sedetik kemudian, mata itu kembali terbuka. Membuat Renjuni menyadari ada sesuatu di sana.
Manik Jaemin menyiratkan kekhawatiran.
Dan Renjuni yakin, hal itu menyangkut dirinya."Ada yang mengganggumu?" Tanya Renjuni sekali lagi, karena Jaemin terlihat enggan menjawab dan hanya balas menatapnya.
Tapi, sekitar 3 menit setelah keterdiamannya. Jaemin balas menangkup pipi gembil Renjuni.
"Maafkan aku..."
Renjuni mengernyit, "maaf untuk apa?" Tanyanya bingung.
Pasalnya, Jaemin tidak membuat kesalahan apapun.
Jadi untuk apa minta maaf? Pikirnya.Mata Jaemin berkaca-kaca, membuat kebingungan Renjuni semakin menjadi.
"Tentang kedua orang tuamu...maaf karena ketidaktahuan ku Juni-ya." Gumam Jaemin dengan suara yang serak menahan tangis.
Mendengar ucapan Jaemin, tentu Renjuni kaget.
Jaemin tau?
Ah iya, pasti dari berita yang beredar.
Dan Renjuni yakin, kalau di sekolah juga pasti ramai membahas tentang berita itu.Setelah bisa menguasai diri dari rasa kagetnya. Renjuni tersenyum walaupun sedikit kaku. Ia menggeleng, "kenapa minta maaf? Kau hanya tidak tau Na...lagipula, aku yang tidak pernah cerita. Tidak apa-apa." Ujarnya, berusaha membuat Jaemin tidak merasa bersalah lagi.
"Tetap saja...rasanya aku seperti tidak berguna. Kau tidak baik-baik saja, tapi aku tidak tau. Aku seperti kekasih yang buruk."
Renjuni memberengut lucu mendengar perkataan Jaemin, "siapa bilang kalau kau kekasih yang buruk, huh? Itu bukan salahmu. Kau tidak tau itu wajar, karena memang aku tidak pernah cerita. Jangan pernah menyalahkan dirimu Na...aku tidak suka!" Ujar Renjuni kesal. Ia hendak berbalik membelakangi Jaemin, tapi ditahan oleh pemuda Na itu.
Dengan gerakan cepat, ia mengangkat tubuh mungil itu ke atas pangkuannya.
Dan tentu saja hal itu membuat Renjuni terkejut dan merasa salah tingkah."Nana...ada Chenle, nanti dia lihat." Bisik Renjuni, meminta agar Jaemin menurunkannya.
Sedangkan Jaemin, ia tersenyum melihat gadis bermata sipit yang sedang berdiri canggung tepat di belakang Renjuni.
Sepertinya akan memanggil mereka untuk makan.
Tapi, Jaemin masih perlu berbicara dengan Renjuni. Jadi, ia memberi isyarat pada Chenle untuk makan lebih dulu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Monster//Jaemren
Fanfiction[Slow Update] beberapa orang selalu menilainya dengan "kata orang" sebagai tolak ukurnya. "kata orang, dia sangat tidak sopan" "kata orang, dia benar-benar orang yang buruk" "kata orang, dia penjahat kecil dengan kejahatan yang sangat besar" "kata...