38

239 29 7
                                    

Aku datang untuk orang-orang sabar yang masih setia nunggu cerita ini update!!!!





Kakinya gemetar ketika untuk pertama kali ia akhirnya berdiri di tempat ini.
Kalau saja tidak ada yang membantu untuk menopangnya, sudah dipastikan kalau ia akan jatuh bersimpuh di lantai yang dingin.

Tak hanya kaki, tapi tangannya juga gemetar hebat ketika ia akan menaruh seikat kecil bunga di samping pot keramik yang menyimpan abu kremasi sosok yang sangat dicintainya.

Dadanya terasa nyeri, seolah luka yang selama ini berusaha ia obati kembali menganga.
Matanya memanas, kemudian mulai mengeluarkan air yang semakin lama semakin menganak sungai di pipinya yang semakin tirus.

"Ba-Baba, ma...hiks!" Hanya kata itu yang mampu ia suarakan, karena setelahnya tidak ada yang bisa keluar dari bilah bibirnya selain isak tangis yang terdengar begitu menyesakkan bagi siapapun yang mendengar.

Tangannya yang gemetar, tak berhenti mengusap kaca—yang di baliknya tersimpan abu orang tuanya—seolah ia sedang mengusap wajah sosok yang sangat ia rindukan.

Kakinya yang berusaha ia paksa berdiri tegar, akhirnya goyah juga. Beruntung ada yang setia menangkap tubuhnya agar tidak jatuh membentur lantai.
Tubuhnya dipeluk, telinganya dibisikkan kalimat-kalimat penenang.
Hingga beberapa menit, akhirnya ia bisa mengendalikan diri.
Tangisnya tak lagi bersuara, walaupun air matanya tetap tak mau berhenti keluar.
Tapi setidaknya, ia sedikit tenang.

Tangan kurusnya, berusaha berpegang pada lengan kokoh di sampingnya. Mencoba untuk kembali berdiri lebih tegar seperti sebelumnya.
Tatapannya lurus ke depan, dan kali ini bibirnya mampu menyunggingkan senyuman walau tipis dan tampak getir.

"Baba...mama. Semuanya hampir selesai." Ujarnya lirih, air mata semakin deras ketika kalimat itu akhirnya berhasil terucap.

"Setelah ini, aku harap Baba dan mama beristirahat dengan lebih tenang." Kalimat itu ia ucapkan, sambil terus berusaha menjaga senyum di bibirnya yang bergetar.

"Jangan mengkhawatirkan aku juga. Aku di sini tidak sendirian, dan aku akan mencoba untuk hidup dengan lebih baik mulai saat ini." Ucapnya, lantas ia menoleh ke arah samping, seolah mencari dukungan dan keyakinan atas apa yang ia katakan.

Ketika sebuah anggukan dan usapan lembut di rambut ia dapatkan, senyumnya melebar.

"Juga...tolong datang ke mimpiku seperti waktu itu. Datang lebih sering, karena aku akan terus merindukan Baba dan mama." Tangannya kembali mengusap kaca persegi di depannya, "aku menyayangi kalian." Ucapnya terakhir.

"Sudah?" Tanya orang yang sejak tadi setia menemaninya.

Gadis itu—Renjuni mengangguk, sebagai tanda kalau hari ini ia sudah cukup berbicara dengan ayah dan ibunya.

"Mau pulang sekarang?"

Renjuni kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu, kami pamit pulang dulu paman, bibi." Pemuda itu— Jaemin membungkukkan badannya.

"Aku akan menjaga Renjuni kalian dengan baik di sini. Jadi jangan terlalu mengkhawatirkannya. Aku berjanji pada paman dan bibi untuk terus berusaha membuat Renjuni bahagia." Ucapnya untuk terakhir kali, sebelum ia membantu memapah Renjuni menuju mobil. Mereka datang diantarkan oleh supir.


••••


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang