33

454 49 5
                                    

Warning, sedikit adegan kiss!





Netra bak rubah itu, menatap datar ke arah ponselnya yang sedang menayangkan sebuah video yang baru beberapa jam lalu dikirimkan oleh seseorang.
Video berdurasi 1 jam itu mengingatkannya akan dirinya beberapa tahun silam.
Suara isak tangis itu, sama seperti tangisnya ketika malam itu Jaehyun menelanjanginya.
Suara teriakan penuh kesakitan itu, sama seperti teriakannya ketika malam itu, Jaehyun mulai menyatukan tubuh mereka dengan paksa.

Bibir tipis itu terangkat membentuk sebuah seringai. Seseorang yang selalu menghinanya murahan, sekarang sedang menangis dan sesekali mendesah di bawah kungkungan seorang laki-laki.

"Lihat siapa yang murahan." Gumam Renjuni, saat melihat di dalam video itu, Minju melingkarkan kakinya pada pinggang Eric yang sedang bergerak menghujamnya.
Walaupun awalnya ia memberontak dan menangis keras, tapi pada akhirnya Minju terbuai dalam nafsu.

"Kita jelas berbeda, Minju." Karena sepanjang ingatannya, yang Renjuni rasakan malam itu hanya rasa sakit sampai akhir. Sakit pada inti tubuhnya, dan juga pada hatinya.
Bahkan sakit itu masih ia rasakan setiap kali mengingat kejadian malam itu, rasanya menyesakkan bercampur mual.

Setelah video itu selesai terputar, Renjuni meneruskannya pada kontak seseorang. Ia juga mengirimkan pesan  berisi sebuah kalimat yang sudah pasti akan memancing kemarahan orang itu.

"Kalau kematian bukan hukuman untukmu, maka aku sendiri yang akan menjadi hukuman terbesarmu. Aku akan membuatmu merasa ingin mati setiap kau menatap wajahku......ahjussi." Suara lirih itu terdengar bagai sebuah sumpah.

Renjuni tidak pernah ingin hidup seperti ini, namun keegoisan serta kesalahpahaman orang lain membuatnya harus hidup seperti sekarang.
Hidup tanpa bisa dirawat lebih lama oleh orang tuanya, serta didewasakan oleh dendam.
Apa yang ia alami saat ini, sangat jauh dari bayangannya tentang kehidupan yang ia inginkan.

Dulu Renjuni memimpikan kehidupan yang sederhana dan penuh akan kehangatan. Bermanja pada orang tuanya saat ia masih belia, mulai melakukan hal yang akan membuat orang tuanya bangga saat ia beranjak remaja, lalu merawat kedua orang tuanya saat ia sudah dewasa. Sesederhana itu pikirnya, tapi nyatanya hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Renjuni melupakan kalau di bumi ini ia tidak hanya hidup dengan orang tuanya saja, tapi ada banyak orang yang bisa saja menjadi kenalan dan berpotensi memberikan luka.

Dalam pemikirannya yang terkadang masih naif, Renjuni bertanya-tanya. Kenapa baba nya harus berkenalan dengan ayahnya Minju? Kenapa babanya menawarkan sebuah pertemanan pada orang itu?
Tidak bisakah baba nya hanya berteman dengan Kyungsoo appa saja? Begitu pikirnya. Tapi nyatanya tidak, dunia ini tidak sesempit pemikiran putus asa Renjuni.

Helaan napas terdengar di tengah-tengah suasana kamar yang sepi. Renjuni menggeleng, berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran bodohnya.
Untuk apa menanyakan 'apa dan kenapa' tentang sesuatu yang terjadi di masa lalu? Lebih baik jalani yang sekarang saja. Kalau memang seperti ini akhirnya, yasudah jalani saja.

Saat sedang sibuk berpikir, samar-samar Renjuni mendengar suara ayahnya dari ruang keluarga. Sepertinya pria itu sedang berbicara dengan seseorang dari sambungan telpon.
Dan saat sang ayah menyebutkan nama seseorang, Renjuni segera beranjak dari atas tempat tidurnya dan keluar menuju ruang keluarga, tapi sebelum itu ia menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Jaemin.

"Ahjussi sudah menduga ini....tapi tak apa, Jungwoo-ya. Nanti ahjussi pikirkan cara lain. Iya nak, kau jangan terlalu memikirkannya. Maafkan ahjussi juga, setelah ini hiduplah dengan baik Jungwoo-ya."

"Apa pria itu pergi bersembunyi, appa?"

Tubuh pria paruh baya itu tersentak, kemudian berbalik menghadap Renjuni, "Renjuni? Sejak kapan kau di sini nak?" 

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang