Warning!!!!
Mengandung banyak kata-kata kasar, adegan kekerasan, menyebutkan kematian, menyebutkan senjata.
Kalau kalian yang tidak kuat, lebih baik di skip aja ya.
Renjuni mengernyit saat memasuki ruangan dimana Minju masih terikat di dalamnya. Bau dari sisa-sisa percintaan yang tidak dibereskan oleh Eric, membuatnya mual.
"Setidaknya dia tidak sebodoh itu untuk membiarkannya telanjang." Gumam Renjuni saat netranya melihat Minju yang masih duduk terikat dengan keadaan yang sangat kacau. Tanda merah yang tidak sedikit di leher dan juga rambutnya yang terlihat acak-acakan, membuktikan kalau Eric hanya memakaikannya baju kemudian pergi setelah itu tanpa repot-repot membenahi penampilan Minju lebih jauh.
Renjuni berjalan mendekati mantan sahabatnya itu. Dan tanpa sepatah kata pun, ia membuka ikatan pada tangan Minju hanya untuk membebaskan tangan kanan gadis itu, sedangkan tangan kirinya kembali diikat ke belakang.
"Aku tidak ingin kau mati kelaparan." Ujar Renjuni dengan nada suaranya yang datar, ia menaruh sebuah kotak makan berisi bibimbap di atas paha Minju. Lalu ia berjalan menuju sofa yang ada di ruangan itu dan mendudukkan diri di sana. Renjuni mengeluarkan ponselnya, dan membaca pesan singkat yang baru saja dikirimkan oleh ayahnya.
'Akhirnya ini akan berakhir.' gumamnya dalam hati. Ia mengetikkan balasan pesan untuk sang ayah.
Renjuni tersenyum kecil saat sebuah pesan kembali masuk, dan masih dari orang yang sama.|setelah semuanya berakhir, ayo kita liburan ke banyak tempat, nak.
Tapi jangan mengajak Jaemin, ini liburan ayah dan anak. Nanti dia mengganggu dengan terus menempelimu.Itu adalah isi pesan dari sang ayah, yang berhasil membuat sudut bibir Renjuni terangkat mengulas senyum tipis. Ia hendak membalas pesan itu, tapi urung saat suara benda yang membentur lantai mengagetkan nya.
Renjuni memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Tatapannya kembali tertuju pada Minju yang sedang menatapnya datar, kemudian tatapannya turun menuju kotak makan yang tergeletak di lantai dengan isi yang sudah berceceran karena Minju baru saja melemparnya."Kenapa?" Pertanyaan itu keluar dari belah bibir Minju, membuat alis Renjuni mengerut. Ia masih pada posisinya yang duduk di sofa, menaikkan sebelah alis seolah bertanya konteks dari kata 'kenapa' yang baru saja dilontarkan oleh Minju.
"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa tidak kau bunuh saja aku! Daripada menyiksaku seperti ini, KENAPA?" Minju berteriak sambil menatap Renjuni dengan tatapan nyalang, seolah siap menantang untuk saling menghabisi.
Renjuni yang mendengar itu, seketika tertawa kencang. Namun sedetik kemudian, tawanya sirna dan tatapan yang tadinya datar berubah tajam. Ia bangkit dari sofa dan melangkah mendekati Minju.
"Akhirnya kau merasakannya? Kau merasakan bagaimana rasanya mengharapkan kematian karena hidup sangat menyakitkan untuk dijalani?" Renjuni menarik tangan kanan Minju ke belakang saat gadis itu berusaha meraihnya, sehingga menimbulkan suara seperti tulang yang patah karena tarikan itu tidak main-main.
Mungkin beberapa jari gadis itu patah, dan Renjuni tidak peduli.
Ia menunduk untuk berbisik di telinga Minju. "Itu yang ku rasakan. Aku setiap hari ingin mati, karena terlalu muak dengan kehidupanku yang sudah dihancurkan oleh ayahmu dan juga dirimu. Tapi, aku tidak sudi mati di tangan kalian. Kalaupun aku harus mati, itu harus di tanganku sendiri.""Gila—arghhhh." Minju berteriak kesakitan di sela umpatannya, karena Renjuni yang kembali mengikat tangan kanannya.
"Hmm...aku senang dengan sebutan itu. Karena dengan itu, aku bebas melakukan apapun dan akan diwajarkan oleh semua orang, karena apa? Karena aku gila." Renjuni terkekeh dengan ucapannya sendiri. Ia berdiri di hadapan Minju yang masih berani menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/284902828-288-k426223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Monster//Jaemren
Fiksi Penggemar[Slow Update] beberapa orang selalu menilainya dengan "kata orang" sebagai tolak ukurnya. "kata orang, dia sangat tidak sopan" "kata orang, dia benar-benar orang yang buruk" "kata orang, dia penjahat kecil dengan kejahatan yang sangat besar" "kata...