Matahari sudah hampir terbenam ketika dua lelaki beda usia itu sampai di sebuah pemakaman.
Langkah keduanya mendekat ke salah satu makam yang di atasnya terdapat batu nisan dengan nama Jung Soo Jung terukir di sana.
Di depan nisan itu, bersandar sebuah pigura berisi foto wanita cantik yang tersenyum sangat bahagia sambil memegang perutnya yang sudah mulai membesar, juga ada seorang anak laki-laki berdiri di sampingnya."Ini adalah foto kesukaan eomma..." Ujar lelaki yang lebih muda sambil mengusap pigura itu.
"Eomma...lihat aku datang dengan siapa? Eomma pasti sangat senang kan, akhirnya bisa bertemu dengan Kyungsoo ahjussi, yah walaupun tidak bisa bertatap muka langsung. Tapi eomma bisa melihat dari atas sana kan?"
Kyungsoo tercekat melihat pemuda itu berbicara dengan batu nisan di depannya seolah-olah itu adalah ibunya yang akan menanggapinya langsung.
"Ahjussi...ayo sapa eomma." Pemuda itu, Kim Jungwoo menoleh sambil tersenyum ke arah Kyungsoo yang masih berdiri kaku di belakangnya.
Kyungsoo yang tersentak, seketika membungkuk canggung ke arah makam itu.
"Annyeonghaseyo Soo Jung-ssi...senang akhirnya bisa mengunjungi anda." Ucap Kyungsoo dengan suara bergetar. Kemudian ia berjongkok di samping Jungwoo yang masih setia memegang pigura sang ibu, tangannya tidak berhenti mengelus wajah tersenyum wanita di foto itu.
"Eomma sangat jarang tersenyum, tapi aku yakin, saat ini eomma sedang tersenyum karena ahjussi mengunjunginya."
Kyungsoo mengangguk kaku, "eomma mu pasti secantik yang ada di foto ini saat sedang tersenyum." Ujarnya, tangannya naik untuk mengelus puncak kepala pemuda yang terlihat sekali putus asa walaupun dia mencoba menutupinya dengan seulas senyum tipis.
"Eomma memang sangat cantik...bahkan, saat sudah meninggal pun, wajah eomma tetap cantik walaupun sudah pucat. Dan apa ahjussi tau?"
"Apa?" Kyungsoo mencoba menanggapi, walaupun suaranya tercekat saat ini, sulit dikeluarkan.
"Eomma tersenyum ketika menghembuskan napas terakhirnya...waktu itu, aku masih terlalu kecil dan aku bingung apa yang membuat eomma tersenyum. Tapi sekarang aku tau jawabannya, eomma tersenyum karena dia berhasil mengantarkan adikku ke dunia ini, dan juga eomma lega karena tidak akan merasakan sakit lagi. Walaupun pada akhirnya, aku yang terus merasakan sakit. Tapi aku percaya, eomma pergi bukan karena tidak memikirkan ku. Eomma menyayangiku, aku percaya itu. Dan aku masih bertahan sampai sekarang karena aku yakin kalau eomma menjagaku, walaupun itu dari tempat yang sangat jauh."
Air mata yang sejak tadi berusaha Kyungsoo tahan, kini mengalir begitu saja membasahi pipinya. Pertahanannya runtuh mendengar penuturan anak di sampingnya yang sedang berusaha terlihat baik-baik saja.
"Ibumu meninggal karena apa?"
"Karena melahirkan adikku, Minju. Waktu itu aku tidak mengerti kenapa eomma berteriak kesakitan di dalam kamarnya, aku berusaha memanggil appa yang sedang berada di ruang kerjanya. Tapi appa bilang dia tidak peduli. Untung saja ada Kim ahjumma pekerja di rumah kami, dia bilang kalau eomma akan melahirkan dan mengalami pendarahan. Aku membujuk appa untuk membawa eomma ke rumah sakit, tapi appa tetap tidak mau dan memilih pergi dari rumah—"
Jungwoo menjeda kalimatnya saat dirasakan dadanya kembali sesak ketika harus mengingat kejadian itu.
Kyungsoo mengelus pundak pemuda itu, membatunya agar lebih tenang."Jangan dilanjutkan kalau itu menyakitimu." Ujar Kyungsoo, tapi Jungwoo menggeleng pelan. Pemuda itu tetap mempertahankan senyumnya, walaupun matanya sudah basah karena menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Monster//Jaemren
Fanfiction[Slow Update] beberapa orang selalu menilainya dengan "kata orang" sebagai tolak ukurnya. "kata orang, dia sangat tidak sopan" "kata orang, dia benar-benar orang yang buruk" "kata orang, dia penjahat kecil dengan kejahatan yang sangat besar" "kata...