10

483 65 3
                                    

Renjuni paling takut dengan yang namanya jatuh hati lagi, hal itu adalah salah satu dari banyaknya trauma yang dia alami.

Mungkin, trauma karena patah hati terlalu dini untuk dirasakan oleh remaja sepertinya. Tapi siapa yang tau? Hal buruk tentang percintaan bisa dialami oleh siapa saja yang memberanikan diri untuk membuka hati.
Dan Renjuni rasa, dulu dia terlalu dini untuk jatuh hati. Jadi, dia juga terlalu dini untuk trauma karena patah hati.

Ketakutannya untuk merasakan hal yang sama seperti dulu, membuatnya sangat berhati-hati dalam berdekatan dengan makhluk yang disebut laki-laki. Dan dia beruntung, tidak ada yang mendekatinya karena alasan yang sudah menjadi rahasia umum, 'pembunuh' iya, julukan itu membuat orang-orang enggan berdekatan dengannya, termasuk laki-laki. Oh, kecualikan Jeno dan Mark, mereka berdua memang terlalu senang merecoki hidupnya.

Tidak adanya laki-laki yang mendekatinya, membuat Renjuni acuh dan merasa tidak perlu waspada.
Itu pikirnya, sebelum laki-laki bernama Jaemin ini datang dan merecokinya lebih dari apa yang dilakukan oleh Jeno dan Mark.

Jaemin selalu menciptakan kesempatan untuk bisa berada di dekatnya, dan Renjuni seperti tidak sadar selalu membuka jalan untuk Jaemin melakukan hal itu.

"Berhenti menatapku." Gumam Renjuni tanpa menatap ke arah Jaemin yang berdiri tepat di sampingnya.

"Kenapa? Mataku bebas melihat apa yang ingin ia lihat." Balas Jaemin, dia tidak mengalihkan sedikitpun tatapannya dari gadis di sampingnya.

Mereka sedang berada di depan Toko bunga milik eomma nya Jaemin.
Hari sudah beranjak petang, seharusnya Renjuni sudah sampai rumah sejak 1 jam yang lalu.
Tapi tiba-tiba salju turun lumayan lebat. Jadi mau tidak mau, Renjuni tinggal sebentar untuk berteduh.

Tapi dia tidak tau kenapa Jaemin juga ikut diam di sana. Padahal laki-laki itu membawa mobil, dan dia bisa langsung pulang tanpa harus kedinginan di tempat ini.

"Kenapa masih diam disini?" Tanya Renjuni, dia cukup terusik melihat Jaemin yang terlihat kedinginan karena hanya memakai seragam sekolahnya yang belum sempat di ganti, dan dilapisi hoodie berwarna mint.
Laki-laki itu cukup bodoh karena tidak membawa mantel padahal tau sudah masuk musim dingin.

"Ayo..." Bukannya menjawab pertanyaannya, Jaemin malah bergumam yang membuat Renjuni mengernyit bingung.

"Apa?"

"Ayo pulang." Gumam Jaemin lebih jelas.

Renjuni kembali melihat ke arah depan, salju turun semakin lebat. Sepertinya, semakin lama akan semakin lebat lagi.

"Aku akan pergi ke halte, kau pulang lah." Ucap Renjuni dan hendak berjalan meninggalkan Jaemin. Tapi, tangannya di genggam, membuat Renjuni tersentak karena merasakan tangan Jaemin yang menggenggam pergelangan tangannya terasa sangat dingin, seperti es.

"Pulang denganku Renjuni.."

"Tidak–"

Renjuni menggantung kalimatnya, dia mendongak menatap Jaemin yang terlihat semakin kedinginan. Giginya bahkan bergemeletuk.

"Baiklah, aku pulang denganmu." Lanjutnya.

Semoga keputusannya kali ini tidak akan membawanya pada hal-hal rumit nantinya.
Renjuni hanya tidak tega melihat laki-laki ini kedinginan.
Mau sedingin apapun sifatnya, Renjuni tetaplah memiliki hati nurani, untuk tidak membiarkan Jaemin beku di tengah lebatnya hujan salju.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil milik Jaemin.

"Pelan-pelan saja..." Gumam Renjuni sambil menatap tangan Jaemin yang sedikit gemetar memegang setir.
Dan Jaemin membalasnya dengan gumaman, setelah itu dia menjalankan mobilnya membelah jalanan bersalju.

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang