23

436 75 6
                                    


Jaemin sedang berada di kantin sekolah, dia yang dulunya hampir tidak pernah mendatangi tempat itu, sekarang jadi sering menghabiskan waktu istirahatnya di sana.
Semenjak Renjuni tidak lagi bersekolah, Jaemin jadi tidak punya alasan untuk tetap berdiam diri di dalam kelasnya.

Selain kantin, biasanya Jaemin juga akan pergi ke rooftop. Hanya untuk sekedar menikmati waktunya sendiri, dan juga agar dia tenang membayangkan Renjuni-nya.
Tadi niatnya Jaemin memang akan pergi ke rooftop, tapi Jeno dan Haechan lebih dulu mengajaknya ke kantin.

Sekarang, mereka bertiga hanya duduk sambil menatap makanan yang tadi sempat mereka pesan.

"Aku sangat merindukan Renjuni....sejak hari itu sampai sekarang, dia masih belum ingin ditemui." Ujar Haechan, kepalanya menunduk sedih.

Jaemin menatap gadis manis berkulit tan itu. Dia mengerti pasti Haechan sangat ingin bertemu dengan Renjuni.
Jaemin sangat tau bagaimana khawatirnya Haechan pada Renjuni.
Tapi, Jaemin juga tau kalau Renjuni belum siap bertemu dengan orang lain selain dirinya dan juga Kyungsoo ssaem.
Ah iya, bicara tentang gurunya itu. Renjuni sudah menceritakannya pada Jaemin, tentang gadis itu yang menganggap Kyungsoo ssaem seperti ayahnya sendiri.

"Dia bukannya tidak ingin menemui mu, Haechan-ah...hanya saja, dia masih membutuhkan waktu. Nanti, kalau dia sudah siap bertemu dengan kalian, akan aku kabari." Jaemin mengusak puncak kepala Haechan, saat melihat gadis itu mengangguk dengan bibir yang mengerucut lucu.
Mereka semakin dekat, bahkan Jaemin sudah menganggap Haechan seperti adiknya sendiri.

Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah Jeno yang sejak tadi hanya diam saja, "kau kenapa Jen?" Tanya Jaemin, membuat Jeno balas menatapnya.

Pemuda yang seumuran dengan Jaemin itu menggeleng, "aku hanya kepikiran tentang Renjuni....kau tau Jaem? Dulu kami satu sekolah saat JHS. Dan kami cukup dekat, karena aku sempat berkencan dengan salah satu sahabatnya..."

Jaemin mengangguk, tentu saja dia tau siapa yang Jeno maksud.

"Renjuni yang aku kenal saat itu tidak seperti sekarang...dia dulu gadis yang ceria, dan wajahnya selalu di penuhi binar kebahagiaan. Dulu dia tiba-tiba menghilang setelah kelulusan, dan aku kembali melihatnya saat kelas sebelas SHS. Aku menyapanya waktu itu, tapi dia tidak membalas sapaan ku. Dan saat melihat matanya, aku akhirnya menyadari, tidak ada lagi binar di dalam matanya. Tatapannya kosong tanpa menyiratkan emosi apapun...." Jeno menarik napasnya sejenak, dia merasa sesak setiap mengingat gadis Huang itu.

"Aku mengira tatapan kosong itu karena dia sangat sedih atas kematian kedua orang tuanya. Tapi ternyata lebih dari itu, dia ternyata sangat hancur. Dan aku menyesal baru mengetahui hal itu sekarang." Lanjut Jeno. Bisa Jaemin dengar suara itu sedikit bergetar. Jeno menahan tangis, tangisan karena memikirkan kehidupan Renjuni.
Jaemin lagi-lagi bisa mengerti perasaan itu, karena dirinya juga merasakan sesak yang sama setiap mengingat kesulitan yang menimpa kekasihnya, baik di masa lalu maupun di masa sekarang.
Dan satu hal yang masih membuat Jaemin penasaran sampai sekarang....

"Kau tau tentang kematian orang tuanya Renjuni?" Tanya Jaemin, dan dibalas dengan anggukan oleh Jeno.

"Kasus pembunuhan yang sangat menggemparkan pada saat itu, aku rasa hampir seluruh orang di kota ini pasti mengetahui kasus itu. Karena kasusnya diberitakan dengan sangat menarik, bagaimana seorang anak gadis menghabisi nyawa kedua orang tuanya dengan begitu keji."

"Dia benar-benar melakukan itu?" Jaemin bertanya dengan hati yang harap-harap cemas. Walaupun dia percaya kalau kekasihnya tidak melakukan hal itu, tapi tetap saja Jaemin gugup ingin mengetahui yang sebenarnya.

"Apa menurutmu Renjuni akan melakukan hal itu? Sungguh, hanya orang-orang bodoh yang akan mempercayai cerita itu. Hanya karena dia bersimpuh tidak jauh dari mayat kedua orang tuanya dengan tangan yang memegang pisau berlumuran darah, maka sudah pasti dia yang melakukannya? Aku bahkan sangat yakin kalau seseorang memang sengaja memindahkan pisau itu ke tangannya. Dan Renjuni yang malang, karena terlalu terkejut, dia tidak melepas pisau itu bahkan ketika polisi  datang ke rumahnya."

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang