Renjuni menghindarinya, dan Jaemin sangat menyadari hal itu.
Gadis itu benar-benar tidak ingin mempertimbangkan untuk menerimanya.
Tapi, bukan Jaemin namanya kalau sekali ditolak langsung menyerah.
Jaemin tidak selemah itu, dan perasaannya juga tidak lemah.
Dia bukan hanya sekedar suka, tapi Jaemin benar-benar jatuh hati.Jadi, disini dia sekarang. Di rooftop sekolah.
Dia sengaja mengintili Renjuni.
Gadis itu memaksa untuk masuk sekolah. Padahal Jaemin sudah melarangnya, karena luka lebam di wajah Renjuni masih belum hilang.Tapi apa Renjuni akan menuruti ucapan Jaemin? Tentu saja tidak.
Bahkan dia nekat datang ke sekolah pagi-pagi sekali, demi menghindari Jaemin yang sudah pasti akan menjemputnya untuk berangkat bersama.
Benar-benar gadis keras kepala."Kau menghindariku" Ucap Jaemin memecah keheningan di antara mereka.
"Aku tidak." Balas Renjuni tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.
Hal itu membuat Jaemin menghela napas."Juni-ya..." Panggil Jaemin dengan suara yang sangat lembut, dan itu membuat tubuh Renjuni seketika menegang.
Dia menolehkan kepalanya ke arah samping dengan gerakan perlahan. Di tatapnya Jaemin dengan tatapan yang sulit diartikan.
Panggilan itu..."Ja-jangan memanggilku begitu."
Walaupun dengan suara yang terbata dan sedikit bergetar, Renjuni berusaha menegaskan dalam kalimatnya, dia tidak suka orang lain memanggilnya dengan panggilan itu.
Sedangkan Jaemin, dia mengerutkan alisnya.
"Kenapa? Aku beberapa hari ini sudah memikirkan ingin memanggilmu seperti itu, terdengar lebih singkat dan....nyaman?"
"Tidak! Hanya jangan panggil aku seperti itu, aku tidak...suka." Lagi-lagi suaranya tercekat. Renjuni memilih untuk mengalihkan lagi pandangannya, tapi Jaemin menahannya, dengan cara menyentuh kedua pipinya.
"Kenapa, hm?" Ibu jarinya, Jaemin gunakan untuk mengelus pipi Renjuni. Matanya menatap dalam ke arah manik madu gadis itu.
Dan Jaemin baru menyadarinya, ada kesedihan disana. Entah apa alasannya, apakah karena nama panggilan yang dia gunakan? Apakah seseorang secara kebetulan pernah memanggil Renjuni dengan nama panggilan yang sama?
Entah lah, tapi tatapan sedih itu muncul setelah Jaemin memanggil Renjuni dengan nama itu."Lepaskan aku Jaemin..." Suara Renjuni terdengar lirih, tangannya berusaha menyingkirkan tangan Jaemin dari pipinya. Dan kali ini Jaemin tidak lagi menahan.
Renjuni berdiri, dia hendak melangkah pergi dari sana. Tapi ucapan Jaemin menghentikannya.
"Kau harus mulai terbiasa dengan panggilan itu, Juni-ya. Itu sangat bagus untukmu." Ucap Jaemin, kemudian dia ikut berdiri dan berjalan lebih dulu, sehingga dia tidak melihat air mata Renjuni jatuh.
••••
Tatapan mereka bertemu, sebelum akhirnya Renjuni memilih menundukkan pandangannya, dan berjalan ke arah bangkunya.
Dia kembali ke kelas 5 menit setelah Jaemin."Pulang denganku nanti."
Renjuni melirik sebentar ke arah Jaemin yang ternyata fokus melihat ke depan karena guru baru saja masuk.
"Aku akan pulang dengan Haechan."
"Demi menghindariku, kau memilih pulang dengan Haechan?" Tanya Jaemin tidak percaya. Renjuni selalu menolak setiap di ajak pulang bersama oleh Haechan, yah walaupun penolakannya selalu percuma. Tapi sekarang, dengan sangat ikhlas dia mengatakan ingin pulang dengan Haechan? Jaemin kesal, dan lebih kesal lagi karena Renjuni tidak menanggapinya. Gadis itu fokus mendengar penjelasan guru di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Monster//Jaemren
Fanfiction[Slow Update] beberapa orang selalu menilainya dengan "kata orang" sebagai tolak ukurnya. "kata orang, dia sangat tidak sopan" "kata orang, dia benar-benar orang yang buruk" "kata orang, dia penjahat kecil dengan kejahatan yang sangat besar" "kata...