32

372 52 3
                                    


Warning! Banyak kata-kata kasar, juga kalimat yang mungkin akan bikin kalian ke-trigger.
Jadi kalo kalian lagi gak bagus mood nya, jangan baca dulu.



Bugh

Suara pukulan memenuhi ruangan, pria paruh baya itu tidak berhenti melayangkan kepalan tangannya pada rahang sang pengawal.

"Bagaimana bisa aku mendapatkan surat itu dari kepolisian?!"

Pukulannya terhenti saat sang pengawal sudah jatuh tersungkur.
Pria itu berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan yang lebih muda.

"Dengar...kau segera temukan Minju, lalu bawa ke alamat yang nanti aku kirimkan padamu. Dan juga, cari tahu apa yang membuat pihak kepolisian mengirimkan surat panggilan itu."

"Ba-baik tuan."

"Kalau sampai kau gagal...ingat apa yang akan kau dapatkan?"

"Ingat tu-tuan."

Pria itu tersenyum sinis, "sekarang pergi!" Perintahnya pada sang pengawal. Tentu saja lelaki berbadan kekar itu langsung bangkit dan berjalan terseok-seok keluar dari ruangan tersebut.

Selepas kepergian pengawal tidak bergunanya, pria itu menunduk, dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja kerjanya.

"Kau sudah sejauh ini, Kyungsoo?" Gumamnya dengan suara tertahan.
Ia tentu saja sudah mengetahui tentang kasus pembunuhan Chanyeol dan istrinya yang kembali dibuka.
Tapi ia tidak pernah mengkhawatirkan tentang hal itu, karena ia tau kalau polisi itu tidak akan mendapatkan apa yang mereka cari. Hal itu tentu saja karena dia sudah menghilangkan segala jejak dan bukti-bukti yang bisa memberatkannya.

Tapi sekarang apa? Bukti apa yang membuat pihak kepolisian sampai mengirimkan surat panggilan untuknya?

"Siapa yang membantumu sebenarnya?" Tangannya mengepal erat.
Kenapa semuanya berjalan kacau seperti ini?
Kenapa dia selalu melakukan hal yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan?
Kenapa? Kenapa? Dan kenapa? Hanya kata itu yang terus berputar di kepalanya.
Kenapa ia hidup seperti ini? Bahkan ia tidak mengenali dirinya sendiri sekarang.

"Kau hanya monster yang sangat menyeramkan, Kim Jongin." Umpatnya pada diri sendiri. Kedua tangannya yang mengepal, beralih mencengkram rambutnya dan menariknya dengan kasar.

"Hey...kenapa di sini sendirian?"

"Ah namaku Chanyeol, aku satu tahun di atas mu."

"Mulai sekarang kita berteman, jangan sungkan Jongin-ah...panggil saja aku hyung."

"Nanti akan ku kenalkan dengan sahabatku."

Cengkraman pada rambutnya semakin erat saat ingatannya kembali memutar kalimat² itu.

"Aku tidak seharusnya seperti ini, aku mengerti hyung. Tapi sudah terlambat. Aku bahkan sudah lama kehilangan diriku sendiri." Gumamnya lirih, ia mendongak menatap langit-langit ruang kerjanya.
Setelah bertahun-tahun, ia baru menyadari kalau ruangan ini sangat membosankan. Didominasi dengan warna hitam, sangat monoton dan gelap. Sama seperti hatinya, bahkan sedikit celah untuk cahaya masuk pun tidak ada. Sudah lama ia tutup.

Kim Jongin adalah orang yang takut akan gelap, tapi dia selalu hidup di dalamnya. Tidak ada yang berusaha memberinya cahaya sejak ia kecil, ayahnya selalu mengurungnya di dalam aturan-aturan yang katanya dibuat oleh nenek moyangnya, persetan.
Ibunya? Hanya bisa mengatakan "ikuti kata ayahmu." Kenapa? Lalu kapan ia akan mengikuti kata hatinya? Kapan ia akan melakukan sesuatu sesuai keinginannya? Tidak pernah sama sekali, bahkan sampai ia setua ini. Ia terjebak dalam kehidupan yang dibuat oleh ayahnya.

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang