Siang hari masih terlalu terik untuk mabuk-mabukan. Entah apa yang mengganggu pikiran sahabat jangkung nya itu, sampai siang siang begini Mark sudah diminta untuk menemaninya minum.
Dan lebih sialannya lagi, tempat yang dipilih untuk mabuk adalah apartemen milik Mark sendiri."Sebenarnya hyung kenapa?" Tanya Mark. Jungwoo bukan tipe orang yang akan mabuk hanya untuk senang-senang. Apalagi saat ini sahabatnya itu terlihat kacau. Jadi Mark menyimpulkan pasti ada sesuatu yang salah, yang mengganggu lelaki itu.
"Kau tau Mark?"
Bukannya menjawab pertanyaannya, tapi lelaki itu malah balik bertanya. Namun Mark tetap menanggapi dengan deheman, karena dia tau kalau Jungwoo masih akan melanjutkan kalimatnya.
"Menjadi sebuah keharusan tapi tidak diinginkan...rasanya sangat menyakitkan." Ujar Jungwoo melanjutkan kalimatnya, dan berhasil membuat kerutan di kening Mark semakin dalam.
"Maksud hyung?" Tanyanya. Ia baru pertama kali melihat Jungwoo dalam keadaan kacau seperti ini. Biasanya, sahabatnya itu selalu bertingkah konyol dan mengeluarkan kalimat-kalimat yang lucu.
Di antara ia dan Jaehyun, Jungwoo yang paling sering membuat lawakan. Jadi Mark tidak pernah berpikir akan melihat Jungwoo yang sekarang. Yang terlihat putus asa? Dan sangat berantakan.Di depannya, Jungwoo kembali menenggak minuman dengan kadar alkohol lumayan tinggi itu, kemudian ia terkekeh miris. Terlihat sangat menyedihkan di pandangan Mark.
"Kau dipaksa harus ada...tapi tidak di pedulikan karena nyatanya kau tidak pernah diinginkan untuk ada, itu rasanya sangat menyakitkan. Kau tau kan Mark, sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik. Dan benar, itu tidak berakhir baik untukku."
Mark bungkam, dia tidak tau harus mengatakan apa. Suasana ini terasa asing untuknya, apalagi saat melihat liquid bening itu mulai menetes dari manik sahabatnya. Jadi, ia akan membiarkan Jungwoo mengutarakan semua kegundahannya, agar Mark memahami akar dari masalah yang menimpa sahabat baiknya itu.
"Aku tidak tau harus menyalahkan siapa...apakah eomma yang terlalu mudah jatuh untuk appa, atau aku harus menyalahkan appa ku yang terlalu pengecut hanya karena uang? Atau, mungkin yang salah adalah orang tua appa yang memaksa semua agar terlihat sempurna di mata dunia. Aku benar-benar tidak tau Mark....yang pasti, siapapun yang salah. Aku yang seorang anak, menjadi korban." Jungwoo berhenti sejenak untuk menetralkan deru napasnya. Sesak itu menggerogoti rongga dadanya. Rasa sesak karena kemarahan juga kesakitan.
"Mark...aku ingin bertemu dengannya."
Jungwoo mabuk, jadi dengan begitu topik yang ia bawa akan berubah-ubah. Mark belum memahami inti dari cerita sebelumnya, tapi pembahasannya dengan cepat sudah diganti oleh Jungwoo.
"Bertemu dengan siapa hyung?" Ya, apa yang bisa Mark lakukan selain menanggapi apapun itu. Tidak perlu terlalu penasaran, dia hanya akan menjadi pendengar yang baik untuk orang mabuk ini.
Awalnya seperti itu. Tapi, saat sebuah nama terucap dari belah bibir Jungwoo. Mark tidak bisa untuk tidak penasaran.
"Huang Renjuni...aku ingin bertemu dengannya. Aku rasa, bukan hanya Jaehyun yang membutuhkan maafnya. Aku juga, bahkan mungkin aku lebih membutuhkan maafnya."
"Maksud hyung apa? Kenapa hyung harus meminta maaf pada Renjuni?" Tanya Mark dengan alis bertaut bingung.
Tapi, "aku tau dia sangat menjijikkan...dia benar-benar keparat. Aku bahkan ingin mencekiknya kalau saja itu tidak akan dihitung sebagai dosa." Jungwoo benar-benar mabuk. Dia mulai meracau tidak jelas dan berakhir tergeletak di lantai apartemen Mark.
Mark penasaran, tapi dia harus menahan rasa penasaran nya.
••••
Jaemin sedang mencari robot-robotan kecil milik Jisung di dalam kamarnya, karena semalam adiknya itu datang ke kamarnya untuk bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Monster//Jaemren
Fanfiction[Slow Update] beberapa orang selalu menilainya dengan "kata orang" sebagai tolak ukurnya. "kata orang, dia sangat tidak sopan" "kata orang, dia benar-benar orang yang buruk" "kata orang, dia penjahat kecil dengan kejahatan yang sangat besar" "kata...