35

344 45 17
                                    




Di depan pintu berwarna putih yang di atasnya terdapat papan dengan tulisan ruang operasi, terdapat dua orang yang berdiri cemas. Si laki-laki menatap ke arah samping, dimana seorang perempuan muda menatap pintu di depannya hampir tanpa berkedip. Wajah mungilnya terlihat pucat, sehingga menggugah perasaan khawatir si laki-laki.
Ingin bertanya tentang keadaannya, namun sungkan. Karena ini adalah kali pertama mereka bertemu lagi setelah waktu itu terlibat suatu hal yang tidak mengenakkan.
Tapi sampai kapan mereka akan terus saling diam seperti ini. Dengan berpikir seperti itu, akhirnya laki-laki muda itu memberanikan diri membuka suaranya.

"Ka–kau....apa kau baik-baik saja?" Ah sial, dia tergagu seperti maling yang tertangkap basah.
Jantungnya berdetak kencang ketika netra dengan pandangan kosong dan berkaca-kaca milik perempuan itu akhirnya membalas tatapnya. Ia entah kenapa menjadi sedikit gugup, karena ini pertama kalinya mereka bertatapan seperti ini. Biasanya perempuan di sampingnya yang selalu menatapnya, tapi ia enggan membalas.

"Dia tidak baik-baik saja...dia—dia terluka."

Laki-laki itu mengernyit bingung ketika pertanyaannya tidak dibalas dengan jawaban yang seharusnya. Tapi sesaat setelah mengerti apa maksud si perempuan, rongga dadanya seketika diliputi sesak entah karena apa.
Dia menggeleng, "aku tau dia terluka...tapi aku menanyakan tentangmu, apa kau sendiri baik-baik saja?" Ujarnya mengulang pertanyaan yang dia sudah tau jawabannya, kalau orang di sampingnya tentu tidak baik-baik saja karena shock. Tapi dia ingin mendengar langsung dari mulut yang biasanya selalu mengucapkan kalimat manis untuknya, tapi selalu ia abaikan.

"Lukanya parah, banyak sekali darah...aku takut kalau dia kenapa-napa." Lagi, jawaban yang ia dapat masih tentang seseorang yang sedang ditangani di dalam ruang operasi itu. Laki-laki itu menghela napasnya, ia memberanikan diri untuk melangkah mendekati perempuan di sampingnya. Tangannya dengan ragu menyentuh pundak si perempuan yang seketika menegang, "aku tau lukanya pasti parah, karena itu dia harus dioperasi. Tapi bukan itu yang ingin aku tanyakan saat ini. Aku hanya ingin tau apa kau baik-baik saja atau tidak, Doyoung-ah." Tepat setelah ucapannya terhenti, bahu yang sedang ia sentuh itu bergetar. Suara isak tangis yang sepertinya ditahan sejak tadi pun akhirnya pecah.

"Jae–Jaehyun....aku sangat takut, aku sangat terkejut melihatnya tadi. Ka–kalau saja aku tidak kebetulan lewat, sekarang dia pasti sendirian di sini." Ujar Doyoung dengan suara tersendat-sendat karena isak tangisnya.

Laki-laki itu, Jaehyun dengan gerakan impulsif hendak menarik Doyoung ke dalam pelukannya, tapi di tahan oleh perempuan itu. Doyoung juga melepas tangan Jaehyun yang masih berada di bahunya, dan hal itu membuat Jaehyun merasa canggung dan juga sedikit tertohok.

"Aku mungkin baru mengenalnya, Jae...tapi aku bisa merasakan kalau dia anak yang baik. Aku–aku juga bisa merasakan kalau dia memiliki banyak luka di dalam hatinya. Dan sekarang, dia terluka entah karena alasan apa. Kenapa gadis baik sepertinya harus mendapat banyak sekali cobaan yang berat?"

Jaehyun mengangguk menyetujui semua perkataan Doyoung tentang seseorang yang saat ini pasti sedang berjuang untuk tetap hidup di dalam sana, bahkan dalam hatinya ia bergumam bahwa dia salah satu penyebab luka di hati orang itu.

"Doy—"

"HYUNG!"

Ucapan Jaehyun terputus saat sebuah suara menggema memanggil namanya. Ia dengan cepat menoleh dan mendapati adiknya yang berlari ke arahnya dengan raut wajah yang tak bisa terbaca, satu yang pasti adalah anak itu terlihat sangat kacau.

"Apa yang terjadi? Kenapa Hyung bisa ada di sini? Dimana dia? Dimana kekasihku? Dimana Renjuni? Jawab aku Hyung! JAWAB AKU!"

Setelah sampai di hadapannya, sang adik langsung menyerangnya dengan banyak pertanyaan. Jaehyun menepuk bahu Jaemin berusaha untuk membuat sang adik sedikit tenang, tapi itu sepertinya hal yang percuma.

Little Monster//JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang