Part 07

189 26 7
                                    

Yara berdiri di hadapan Leon seraya menghalangi pintu. Karena setiap malam cowok itu tidak pulang ke rumah.

"Minggir. Gue mau ketemu sama temen." Leon berusaha menyingkirkan Yara dari hadapannya.

Yara menggeleng. "Enggak. Lo harus putusin hubungan terlarang lo sama Kenzi."

"Gak. Lo gak usah atur hidup gue."

Kaki Yara melangkah maju. Ia mendekati Leon. Kemudian berjinjit dan mencium hidung laki-laki itu.

Leon berkedip saat merasakan kecupan singkat di hidungnya. Apakah ia sedang bermimpi saat ini?

"Please. Gue mohon, jangan pergi. Lo harus jadi manusia normal. Kalau lo bisa normal dengan cara pisah sama gue. Gue mau kok."

Leon mendorong tubuh Yara ke tempat tidur. Kemudia ia pergi ke tempat biasa ia menenangkan diri.

"Leon tunggu!" Yara mengejar Leon sampai ia mengikutinya ke sebuua cafe yang kemungkinan tempat nongkrong lelaki itu.

Diam-diam ia mengikuti langkah kaki Leon  dan terhenti di belakang tihang. Ia melihat Leon bersama seseorang yang membelakanginya. Mereka bertos ria.

Yara melihat Leon membawa tisu basah dan membersihkan hidungnya. Lebih tepatnya itu bekas bibirnya.

Telinga Yara mendenger sedikit percakapan mereka.

"Kenapa?"

"Hidung gue abis di cium kucing. Takut rabies. Terus kena virus," balas Leon.

Tangan Yara mengepal. Jadi selama ia keluar rumah. Ia selalu menjelek-jelekan Yara diam-diam. "Awas ya lo! Gue bakalan bales."

"Gue pulang duluan. See you, ada urusan penting soalnya." Leon berdiri dan melangkah menjauh dari orang itu.

Leon menabrak Kenzi. Bahkan Kenzi menciup pipi Leon secara bergantian. Yara malah geli melihat itu. Jadi mereka itu benar-benar homo? Ia kira mereka cuman bercanda. Eh ternyata benar.

Merasa sedang di perhatikan. Leon menoleh dan Yara segera berjongkok. Akhirnya Leon tidak dapat melihatnya.

"Mau kemana?"

"Malam ini gak bisa nginep di rumah lo. Gue harus pulang. Ada pekerjaan." Pekerjaan yang Leon maksud adalah mengajari teknik dasar komputer kepada Yara. Karena gadis itu selalu lupa saat bermain komputer di sekolah maupun di rumah.

Kenzi dan Leon berpelukan. Membuat Yara semakin jijik dan tidak kuat melihat mereka terus menerus begitu. Apakah mereka akan akan terus begitu?

Jika Yara yang memakai baju ketat dan seksi. Leon malah mengjeknya kayak lontong. Eh giliran Kenzi. Ia memujinya tampan dan sempurna. Kenzi juga memuji Leon kalau lelaki itu sangat cantik dna wangi. Wajahnya bersih tanpa jerawat. Memang sih.

Sedangkan wajah Yara kusam tapi tidak berminyak. Ia selalu mencuci mukanya dengan air bersih lalu membiarkan wajahnya kering sendirinya tanpa mengelapnya dengan kain maupun tissu.

Yara segera mengikuti Leon dan juga masuk me bagasi mobil cowok itu. Yara tidak menutup seluruh pintu bagasi. Kalau iya, bisa pingsan kehabisan nafas.

Jalan yang mereka lewati sangat jelek dsn berlobang sampai tubuh Yara terombang ambing ke kanan dan ke kiri. Kemudian mobil tiba-tiba terhenti.

Yara mengintip ke luar. Ia tidak tau dimana ia sekarang. Saat ia lihat pengendara mobionya beda. Ia langsung panik. Jadi is salah masuk mobil?

"Lo siapa?"

"Harusnya saya yang nanya mbak. Mbak ngapain di bagasi mobil saya?" tanya pria itu. "Meningan mbak turun dan pergi deh."

"Gak mau. Anterin gue ke cafe tadi!"

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang