Part 43

87 16 0
                                    

"Lo mulai ada rasa sama adik tiri lo yang gesrek sama bar-bar itu?" celetuk Kenzi heran. "Kalau iya, mau di kemanain Ceira lo?"

Leon menggeleng. "Tunggu jawabannya seiring berjalannya waktu," balasnya santai.

Setelah punggung Kenzi terkena 3 peluru sekaligus. Membuatnya sering mengeluh sakit punggung. Bahkan mudah pegal. "Menurut lo, gue cocok gak sama Kanaya?"

"Pikir aja sendiri. Kalau lo sama dia sama-sama nyaman ya mungkin cocok," balas Leon. Sepulang sekolah ia langsung nongkrong bersama Kenzi. "Cinta bisa dateng kapan aja, dimana aja, dan kepada siapa saja secara mendadak."

"Iya juga. Tapi gue masih ragu, soalnya gue jadiin Kanaya pelarian dari fitnah biar lo gak di kira gay lagi. Jujur, gue gak ada rasa sama Kanaya. Tapi kayaknya Kanaya udah bucin sama gue. Gimana dong?" Kejujuran Kenzi malah membuat Leon marah.

"Lo stres hah?" Leon menghela nafas. "Gue paham situasi lo. Tapi jalan pikir lo salah, harusnya bukan kayak gitu," marahnya. "Gue saranin lo meningan gak usah pacaran deh kalau cuman buat pelarian."

"Hello Kenzi! Leon!" sapa Natalie. "Gue boleh gabung gak?"

"Bubar yuk bubar," balas Kenzi beranjak pergi. Karena ia tidak tertarik kepada perempuan itu.

Natalie dengan cepat menggenggam tangan Kenzi. "Mau kemana? Diem dulu. Kita ngobrol lah. Sambil jajanin gue ya?" Kemudian ia tertawa terbahak-bahak sampai menjadi pusat perhatian.

"Tutup mata Le. Nanti mata suci lo ternodai," titah Kenzi karena Natalie hanya memakai bikini yang di balut cardigan. "Meningan lo yang pergi atau gue yang pergi?" tanyanya kepada Natalie.

Natalie mendengkus kesal. Ia pura-pura menyingkap cardigannya. Dan malah di tinggalkan sendirian oleh Kenzi dan Leon. "Heh gajadi dapet duit," decaknya.

Kejadian barusan di saksikan jelas oleh Kanaya yang baru sampai, ia tertawa sangat keras meledek Natalie. "Mental aman Mbak?"

"Apa lo ngetawain gue? Berani-beraninya lo! Sini lo kalau berani, maju lawan gue!" tantang Natalie.

"Ayo siapa takut," balas Yara yang baru muncul. Ia melipat tangan bajunya. Kemudiam berjalan maju mendekati Natalie yang malah berjalan mundur.

Natalie ketakutan karena Yara memang tukang baku hantam. Mau ramai mau sendiri perempuan itu akan berani jika memang Yara yang benar. "Duh gue harus kabur. Tapi gengsi," batinnya.

"Haha takut, kan lo?" ledek Yara. "Gue bakalan lindungin sahabat gue dari kuman kayak lo!"

Natalie tertawa walau takut. "Haha... beraninya bawa lawan buat keroyokan," celetuknya.

"Hei gue sendiri yang maju," balas Yara.

Dengan cepat Natalie kabur terbirit-birit ketakutan sampai cardigannya tersangkut kursi. Ia menariknya dengan cepat sampai robek. "Gue harus kabur sebelum babak belur."

Setelah Natalie pergi, Kanaya, Malika, dan Yara tertawa. Pantas saja Yara di jauhi semua laki-laki karena ia galak dan bar-bar sesaat. Yara akan menjadi pendiam di tempat umum, dan ia lebih suka di sapa duluan.

"Ikut gue, Nay!" Kenzi menarik tangan Kanaya. Dan mengajknya duduk. "Gue udah pesen makanan yang gatau lo suka atau enggak.

Malika tersenyum sendu. "Bahagia selalu semua sahabatku."

"Ayo, Mal kita makan, gue laper," ajak Yara. Padahal baru saja ia memakan batagor. Entah kenapa ia menjadi lapar lagi. "Ayo!"

Mereka bertujuh berkumpul. Bercerita dan tertawa kecuali Malika yang hanya tersenyum menanggapinya. Ia malu harus bergabung seperti ini. "Guys gue pulang duluan," pamitnya karena merasa kurang nyaman.

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang