Part 32

91 16 2
                                    

●●●

Seperti biasanya. Leon insomnia, sulit tidur malam. Badannya menggigil seperti sebelumnya, suhunya sangat tinggi. Setelah ia menimbang berat badannya, ternyata sudah turun 1kg. Ia sangat sulit menaikan berat badan. Terlebih sering meminum kopi maupun susu saat malam hari.

Kini Leon tengah membaca buku. Sebelumnya ia masuk rumah daim-diam agar orang rumah tidak terbangun. Dan berhasil. Dengan secangkir es teh, Leon menatap langit. Berharap segera semuanya tuntas. Ia ingin terbebas dari semuanya yang membuat pikirannya berantakan.

Menjelang pagi, kantuk pun datang. Leon melirik sekitar rumah sebelum tidur. Dan berantakan. Jiwa kebersihannya meronta-ronta. Tangannya selalu gatal jika tidak segera merapihkannya.

Dalam beberapa menit. Semuanya selesai beserta makanan sarapan pagi. Bu Via yang kaget langsung shock hingga pingsan. Di bawa ke rumah sakit. Dengan polosnya Leon bertanya juga keadaan dede bayi di perut maminya. Alahasil Dokter malah bengong. Membuat Leon heran.

Dan ternyata bu Via tidak hamil. Ia hanya berbohong. Kebohongannya membuat Yara pingsan saat itu. Kini ia sudah meminta maaf. Kemudian ia meraih tangan Yara dan Leon, menyatukannya kembali. Pak Rama memberikan cincin mereka yang semlat terlepas. Dan mereka menyuruhnya untuk saling memasangkannya lagi.

Leon dan Yara saling menatap. "Ingat! Perjuangan kalian sampai di titik ini itu tidak mudah. Leon butuh depresiasi buat nikah di usia semuda ini," ucap pak Rama memperingati. "Jangan anggap pernikahan hak sepele!" Mereka sudah bertukar cincin kembali. Seperti waktu itu yang singkat dna terburu-buru. Tidak ada yang menyenangkan, hanya ketegangan akibat di ancam masuk penjara.

Mata Yara sampai berkaca-kaca. Betapa malangnya ia waktu itu, mungkin jika tidak ada Leon. Ia akan menjadi perempuan paling menderita, mental terganggu, dan sangat hina. Di tambah tidak akan yang curiga kalau ia sudah menikah, karena mereka hanya tahu kalau Leon kakak tirinya bukan suaminya. Entah sampai kapan ini bisa menjadi rahasia.

"Yara?" panggil bu Via lirih. Ia menggengam tangan Yara. "Kamu gak mau punya adik, kan?" Yara mengangguk. "Mami punya permintaan buat kamu, janji penuhi?"

Yara tidak mudah mengangguk begitu saja. "Apa dulu permintaannya?"

"Janji dulu," seru bu Via.

Sekarang Yara mengangguk setelah mendapat kode. "Iya janji. Emangnya apa, Mi?"

"Katanya kamu gak mau punya adik, Mami juga gak mungkin punya bayi lagi di usia setua ini. Jadi kamu aja yang punya bayi sama Leon? Mau?" ungkap bu Via. "Kamu udah janji, harus di tepat!"

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang