Part 41

94 13 0
                                    

"Shakilla gue minta maaf, beneran gue gak sengaja."

Shakilla terus menangis dalam diamnya. Tatapannya kosong. Ia sangat takut saat ini. Karena ulahnya banyak orang terjebak sepertinya. "Kalau gue sampe hamil gimana? Lo mau tanggung jawab?"

"Gue yakin gak bakalan kok. Cuman sekali, kan?"

Satu tamparan mendarat di pipi Nicholas. "Tapi kesalahan lo bikin hidup gue berantakan. Gue bingung kalau ortu gue tau soal ini."

"Kejadian itu mayan lama dan lo gak kenapa-napa juga, kan?"

Shakilla mengangguk. "Tapi gue tetep takut buat sekolah. Gue takut di serang."

"Tujuan lo adain pesta di tempat kek gitu buat apa, hah?"

"Niatnya pengen buat lo sama Yara rusak dan di keluarin dari sekolah. Dan ternyata malah senjata makan tuan." Shakilla mengusap wajahnya. "Gue gak nyangka bakalan kayak gini."

Mata Nicholas menggelap. "Sebenci itu lo? Sampe lo rela kayak gitu." Iata tidak menyangka kalau Shakilla seburuk itu. "Ternyata good looking gak menjamin kebahagiaan. Melainkan kesombongan yang selalu di junjung tinggi."

"Sekarang lo marah sama gue. Marwa sama Natalie kayaknya bakalan jauhin gue. Dan gue sendirian sekarang," balas Shakilla. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing.

"Lo kenapa?" Shakilla langsung jatuh kedalam pelikannya. "Shakilla bangun!" Ia menepuk-nepuk pipi Shakilla. Dan menggendongnya ke klinik.

•••

"Seneng banget bisa pertama kali liat lagi dunia bareng doi." Kenzi merangkul bahu Kanaya. "Seumur-umur gak pernah selama ini di rawat."

Kanaya tersenyum dan mengangguk. "Iya, gue juga seneng bisa punya doi kayak lo yang hampir mati gara-gara nolong gue."

"Itu udah kehendak tuhan. Gak usah di bahas, sekarang gue harus fokus buat sembuh. Luka gue juga udah kering. Besok gue pengen sekolah kangen Leon." Kenzi terkekeh. "Dah lama gue gak ketemu sama tu orang."

"Eh gue pernah liat Leon jalan ke arah RSJ. Gatau mau kemana," balas Kanaya malah di cubit hidungnya.

Kenzi terkekeh. "Mungkin cuman lewat."

"Enggak. Dia masuk, tiap malem loh. Sering banget gue mergokin dia kesana. Kan rumah gue gak jauu dari RSJ," ujar Kanaya. "Kira-kira kemana, ya?"

Pikirannya Kenzi tertuju kepada kesehatan mental Leon. Ia mengira gara-gara dekat dengan Yara karena sudara tirinya mengingatkan cowok itu akan masa lalu kelamnya. "Semoga aja gak kenapa-napa. Udah yuk mau langsung pulang apa mau jalan dulu?"

"Pulang aja. Kasian lo capek banget kayaknya."

Kenzi menaruh tasnya. Dan menunjukan ototnya. "Nih kuat!"

Kanaya tertawa. Kemudian menepuk bahu Kenzi. "Udha ayo pulang malu di liatin banyak orang."

"Semoga dengan gue jadian sama Kanaya bisa bikin mereka percaya kalau gue sama Leon normal. Dan Leon bisa hidup kayak cowok biasanya," batin Kenzi. Ia merangkul Kanaya dan pulang.

•••

Dari malam kembali ke malam yang mulai sunyi. Suara jangkrik malam menghiasi suara malam ini agar tidak terlalu menyeramkan.

Seperti 2 perempuan yang tengah menonton film bersama. Yakni Marwa dan Natalie. Mereka menghabiskan waktu berdua. Tetapi Natalie sudah bersiap untuk pergi.

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang