Part 19

96 19 6
                                    

Kain penutup mata Yara dan Leon sudah di buka. Dan mereka langsung di suruh segera melanjutkan perjalanan jelajah malam. Dengan membawa satu lilin tiap kelompok.

"Ini semua gara-gara lo!" maki Yara yang tidak terima ia ketinggalan oleh kelompoknya, karena memilih berdebat dengan Leon.

Leon tidak punya waktu untuk berdebat. Ia segera berlari mengikuti tanda panah yang di tempel di pohon.

"Woi tunggu!" teriak Yara seraya mengejar Leon.

Kini mereka sudah berlari mengikuti arah panah. Untuk mencari teman mereka dan bergabung lagi. Tapi sejak tadi mereka belum juga menemukan anggota regunya.

"Ini gimana? Regu gue gak ada. Masa gue celingukan gini? Sama lo lagi!" dengkus Yara.

Sedangkan Leon susah payah agar lilin yang ia bawa tidak padam. Agar bisa melanjutkan perjalanan. Di tambah akan ada yang menakut-nakuti mereka.

Hingga suara teriakan terdengar di dalam hutan. Mereka pasti melihat penampakan hantu boongan.

"Ayo kita susul!" ajak Leon.

Namun sayangnya, tempat itu telah kosong. Tidak ada siapa-siap. Terpaksa Leon harus menjelajah malam memcari 5 bendera agar bisa segera kembali lagi ke tenda.

Sejak tadi Yara terus mengomel. Karena tubuhnya terus di kerumuni nyamuk. Sampai bentol-bentol. Padahal kini mereka sudah di bingungkan oleh 2 jalur berbeda.

"Ra? Menurut lo jalannya kemana ini?"

"Mana gue tau!"

Leon berfikir dan menyanyikan lagu. Dimana lagu itu terhenti di kiri maupun di kanan. Maka jalan itu yang akan ia injak. "Kiri."

"Kanan!" sentak Yara.

Leon melangkah ke jalur kiri. Namun Yara malah menarik baju Leon karena ia tidak setuju. "Bukan kesana. Ke kanan!"

"Lo aja yang ke sana. Gue mau ke kiri! Feeling gue mengatakan kalau mereka ada di jalur kiri," balas Leon.

Yara merebut lilin di dalam botol. Kemudian mengacungkannya. Dan melihat tanda panah menunjukan ke jalur Kanan. Padahal tanda iti sudah di putar oleh Shakilla tadi. Yang mulanya jalur kiri kini menjadi jalur kanan. Berharap Yara tersesat.

"Iya juga. Tapi gue gak yakin." Dahi Leon mengkerut. Kemudian berpikir. Hatinya tetap mengatakan belok ke kiri. Karena ke kanan itu jalur ke hutan lebih dalam lagi.

Dengan terburu-buru Yara langsung manarik Leon agar segera melanjutkan perjalanan. "Ayo buruan ah lama!"

Mereka terus berjalan. Meski tidak menemukan titik terang. Daun kering berserakan. Rumput tinggi menjulang. Hingga akhirnya jalan yang mereka lewati itu buntu.

Leon langsung mengomeli Yara. "Kita nyasar!"

"Gak! Gak mungkin. Ini bener jalannya!" balas Yara tidak terima.

Kini Leon mencengkram tangan Yara begitu keras dan emosi. "Ini semua gara-gara lo tau gak! Kita jadi tersesat!"

"Sorry tapi gue gak tau," balas Yara tidak mau kalah. "Lo juga ngapain ngikutin kemauan gue. Kalau emang lo yakin jalur kiri yaudah seret gue masuk ke sana."

Leon mengusap wajahnya yang terasa panas. "Kita gak akan ada waktu buat debat. Waktu terbatas dan kita harus cepet kembali ke perkemahan. Kalau enggak, kita bakalan kena hukuman!" Leon menarik Yara untuk terus mencari jalan keluar. Hingga sebuah jalan setapak membuat mereka lega. "Itu ada jalan setapak ayo kita ke sana."

Yara nengangguk dan terus memegang tangan Leon agar ia tidak tertinggal. "Pelan-pelan jalannya." Tiba-tiba Yara memginjak sesuatu yang kenyal. "Leon tunggu!"

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang