Part 50

125 17 1
                                    

SORRY BANGET PARTNYA GUE HAPUS:) MAAF BANGETTTTT DOAIN YA SEMUANYA BAIK-BAIK AJA><
****

Yara menyibak selimutnya. Ia menggeliat. Kemudian tersenyum simpul, dan berlari untuk mencium sekilas pipi Leon. "Morning!" ucapnya bersemangat. Namun tawanya seketika hilang, saat tidak ada respon apapun dari Leon. "Hei baby? Kenapa kau tidak bangun-bangun? Kau tidak merindukan ku hah?" Ia mengelus dahi Leon, dan menciumnya berulang kali sambil meneteskan air matanya. "Leon ayo bangun, kamu udah tidur terlalu lama," isaknya.

"Permisi! Selamat pagi!" sapa seorang Suster yang akan memeriksa kondisi Leon lagi ini. "Bisa keluar dulu?"

"Pagi," balas Yara. "Baiklah."

5 menit Yara menunggu suster itu memeriksa keadaan Leon. Apakah semakin membaik atau memburuk? Akhir-akhir ini kesehatannya naik turun. Kemarin membaik, kemarinya lagi memburuk. Tidak lama kemudian suste itu keluar.

"Gimana keadaannya, Sus?"

"Kondisi pasien semakin membaik. Hanya butuh beberapa waktu untuk memulihkan kodisinya. Kalau begitu saya permisi," tegas sang Suster.

Yara mengangguk. Ia langsung masuk dan memeluk Leon. "Gak sabar lagi liat senyum kamu." Ia meminkan rambut Leon. "Cepet sehat ya. Biar kita bisa main."

Kelopak mata Leon bergerak. Perlahan jarinya juga bergerak. Perlahan-lahan matanya terbuka kembali. Ia mengerjap, hanya langit-langit berwarna putih buram. Lalu ia merasakan ada yang memeluknya. Tangannya terangkat menyentuh pipi Yara, kemudian tersenyum. "Kenapa nangis?"

Yara membalas sentuhan Leon, ia sekilas mencium tangan lembut itu sambil tersenyum. "Kamu bangun? Kamu denger aku?"

"Iya, denger. Aku dimana sekarang? Kok putih semua?" tanya Leon. "Kamu gapapa? Udah makan? Mandi? Belajar?"

"Kamu sarapan dulu ya. Aku beliin bubur, biar bisa minum obat," balas Yara. "Aku kupasin buah apel buat kamu," ucapnya tergesa-gesa, namun di tahan.

"Sini aku aja yang suapin kamu," ungkap Leon. Kemudian Yara menolaknya, hingga akhirnya mereka saling menyuapi buah itu sampai habis. "Gara-gara bola itu aku bisa disini?" tanyanya di balas anggukan. Kemudian memalingkan wajah. "Lebay banget ya cowok ini, gitu aja kritis. Mana dokternya suka boong."

"Kata siapa? Kamu cowok kuat. Kamu hebat, kamu baik, pinter dan pokoknya aku suka." Yara kembali memeluk Leon, dan di balas lebih erat.

Kelopak mata Yara sedikit membengkak, karena akhir-akhir ini kurang tidur. Ia sering merasakan ketidak nyamanan saat tidur, dan juga sakit punggung bagian bawah yang hebat. Di tambah ia hanya tidur di kursi selama merawat Leon. Sering kali ia mematap dirinya di cermin, memperhatikan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Dari kaki, tangan, dada maupun perut. Kadang ia merasa tidak percaya diri, tetapi jika di ingat dia adalah perempuan beruntung yang di muliakan oleh seorang lelaki yang tidak menyukai banyak perempuan.

•••

Mobil yang di kendarai Nicholas kini telah kehilangan kendalinya. Karena kabel rem nya telah terputus. Sedangkan ia terburu-buru membawa Shakilla yang kesakitan, akibat terjatuh dari tangga. Ia memang tidak menyuksinya, namun di dalam tubuhnya ada anaknya. Ia harus menyelamatkannya.

"Nicho sakit!" pekik Shakilla. "Nicho cepetan sakit," pekiknya lagi. "Gue nyesel masuk dunia malam sama pergaulan bebas sampe bunting gini. Gak enak banget!"

"Sut diem!" Nicholas berusaha mengendalikan kendali mobionya yang hampir kehilangan kendali. Sampai melewati pembatas jalan, ia tidak bisa mengontrol kecepatan mobilnya hingga terpaksa membanting stir dan terjadilah kecelakaan.

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang