Part 61

93 11 0
                                    

"Selamat pagi dunia ku! Semoga hari ini lebih baik dari sebelumnya." Leon menggeliat, mengerakkan otot tubuhnya yang kram setelah semalam ketiduran. Kemudian ia menguap. Ia bangun sudah sendirian. "Ra? Aish? Kalian dimana?" Tiba-tiba ia mencium bau minyak telon. Menandakan kalau Ainsley sudah mandi. Sedangkan ia belum mandi dan malah baru bangun. Semangatnya bertambah banyak, ia melompat dari tempat tidur dan mencari Ainsley yang ternyata tengah memakai baju oleh bu Via. "Mami!" sapanya.

"Eh anak ganteng Mami udah bangun. Pagi sayang," balas bu Via sambil bermain cilukba. "Ba! Lili cucu nenek yang cantik udah mandi. Udah wangi mau di ajak keluar rumah ya?"

Ainsley anteng sendirian. Kemudian ia bersin hingga mengguncang seluruh tubuhnya. Panasnya sudah turun sejak tadi dini hari. Ia kembali anteng seperti biasanya. Hanya menangis ketika takut, kesepian dan lapar.

Masih setengah sadar, Leon pun memilih duduk terlebih dahulu sambil bengong. Rambutnya acak-acakan seperti kena badai, serta rancung seperti tersambar petir. Wajahnya masih bengkak, wajah bantal. Ia menoleh ke arah bu Via. "Yara kemana?"

"Lagi dandan di ruang rias. Samperin gih, tapi awas terpesona."

"Oh." Leon langsung melangkah ke ruang rias. Ia membuka pintu dan tidak menemukan siapapun. Kemudian ia berjongkok. Matanya membulat dan langsung mundur beberapa langkah sambil mengelus dadanya. Ia memejamkan mata beberapa saat, kemudian menghampiri Yara yang tengah tertidur dengan kaki di tekuk, dan kaki kiri di atas kaki kanan di bawah. "Pantes gak ada suaranya. Ternyata lagi tidur. Padahal udah pagi. Mana posisinya gak sopan banget," omelnya.

Dengan pelan Leon membangunkan Yara yang baru saja tertidur tenang. "Bangun udah pagi. Cepet mandi, gak usah dandan. Kamu cukup dandan buat aku jangan buat yang lain. Kalau bisa jangan mandi, jangan pake baju bagus, jangan pake make-up. Nanti cowok lain terpesona bahaya."

Yara hanya meresponsnya dengan menggeliat kemudian lanjut tidur. "Nanti. 2 menit lagi."

Leon pun menunggunya. Hingga lebih dari 2 menit. Ia pun kembali menggoyangkan bahu Yara. "Sayang! Cantik! Baik! Bangun masa depan! Ayo mandi! Katanya mau pake toga, foto sama Kanaya terus pamer kelulusan bareng Malika."

"Iya! Iya!" cetus Yara. Kemudian duduk dan mengucek matanya. "Padahal baru aja tidur."

"Aish dah ketawa-ketawa lagi sama jogetan mami yang gaje itu. Mami udah goyang jengkol, goyang itik, goyang inul, ah banyak lagi, tapi Aish cuman bengong mungkin karena bingung harus gimana," balas Leon berbohong. "Udah ayo semangat!" Ia menarik tangan Yara untuk berdiri.

"Engkol kali ah, masa jengkol," balas Yara. Masih dengan keadaan separuh sadar, Yara berjalan sempoyongan hingga menabrak kusen pintu. Tetapi ia tidak peduli dan tetap lanjut tidur.

Beberapa saat kemudian. Yara telah memakai kebaya modern berwarna ungu (thistle) seduai warna kesukaannya. Di balut make-up tipis yang bisa memabukkan siapapun untuk terus menatapnya. Tubuhnya yang ideal membuatnya begitu sangat cantik mengenakan pakaian itu. Jepitan mutiara kecil menghiasi rambut cantiknya.

Bahkan Leon sampai tidak berkedip melihatnya. Ini Yara masih bercermin sambil memasang anting. Bagaimana nanti kalau ia menoleh ke arahnya, bahkan menyapanya? Leon sudah pasti akan pingsan.

Yara merasakan ada yang tengah memperhatikannya. Ia pun memastikannya dari kaca di depannya. Rupanya Leon tengah diam-diam mengintipnya. Ia pun tersenyum meremehkan. "Lagi ngapain di belakang lemari?"

"Eh lagi anu itu nya-nyari tikus tadi," balas Lein terbata-bata. Ia ketahuan dan langsung pergi mencari pelarian. "Duh ketauan deh."

Setelah Yara selesai merias diri dengan sederhana. Ia pun meminta di foto bersama Ainsley untuk menjadi kenang-kenangan nanti. Foto keluarga pun berhasil di ambil. Tinggal menyentaknya nanti. Rasanya semua itu sangat begitu cepat. Kemarin pagi kartu keluarga mereka baru selesai jadi.

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang