Part 33

94 19 2
                                    

Bayangin aja dulu bayangin

●●●


Hari-hari telah kembali seperti semula. Lembayung telah hilang menjadi malam yang indah di hiasi cahaya kelap-kelipnya bintang di angkasa. Leon tengah menatap langit malam. Sambil mendengarkan musik.

"Kenapa gue susah tidur, ya? Kayaknya mumet banget," monolognya. Ia berdiri, kemudian melipat karpet dan masuk ke dalam kamar. Ia menuangkan segelas air, kemudian meneguknya. Rasanya perasaannya mulai tenang. Ia melirik Yara yang sudah tertidur pulang. "Kapan ya gue terakhir kali bisa tidur tenang? Gaj banyak pikiran. Setiap mau tidur, muncul ide atau inget masalah ini-itu." Ia mendengkus, kemudian keluar kamar untuk pergi ke dapur. Ia memasak mie, dan menyantapnya. Masih dengan keadaan bingung, ia menyalakan televisi dan menonton film. "Tetep aja gak ada yang nyenengin, semuanya membosankan," decaknya seraya mematikan televisi. Ia mengacak rambutnya. Saat ia akan tidur setelah menyingkap selimut. Matanya melihat kuku Yara yang panjang. Hatinya berniat untuk memotongnya, sebelum besok Yara di hukum.

Leon tengah mencari gunting kuku miliknya. Yang sama sekali enggan untuk di pinjamkan. Tapi kali ini, entah kenapa ia tidak marah. Saat menutup lemari, salah satu foto jatuh. Ia membungkuk untuk mengambilnya. Dan membalik foto tersebut. Ia melihat ke depan, foto itu jatuh dari sebuah buku di antara hempitan pakaian Yara. Dahinya mengekrut bingung. Kemudian ia mengambil sesuatu dari peti yang isinya tentang Cecei. Setelah itu ia menyimpannya, dan akan bertanya suatu saat nanti. Ia menyalakan lampu kamar yang lumayan redup. "Please jangan bangun," ucapnya hati-hati. Perlahan-lahan ia memotong kuku Yara secara bergantian sampai kuku itu cantik dan rapih. "Nah kalau gini, kan nyakar juga gak bisa," ucapnya setelah selesai menggunting kuku Yara.

Yara tidur sudah melebihi orang meninggal. Meski dari tadi tangannya di bolak-balik, perempuan itu tetap masih tidur nyanyak. Hanya sedikit mengeram kemudian tidur kembali.

Sudah beberapa menit Leon mencoba tidur. Ia menatap langit-langit sambil berkedip. "Ada yang jual ngantuk gak sih? Mau beli buat tiap malem," monolognya. Ia sudah berguling ke sana kemari. Tetap saja tidak bisa tidur. Malah ranjangnya bergoyang akibat pergerakannya. Tiba-tiba Yara memeluknya, sambil meringis. Mungkin perempuan itu tengah bermimpi. Niatnya ingin membalas tapi gengsi. Jadi ia perlahan mengingkirkan kaki dan tangan Yara. Kemudian pergi ke kamar mandi.

Saat ia kembali, ia melihat Yara tengah duduk memeluk lutut seraya meringis. Saat mendengar pintu di tutup, dan Leon mendekati Yara. Ia menepuk pundak perempuan itu. Yara langsung berdiri dan memeluknya. "Lo kenapa nangis, Ra?"

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang