Part 37

90 15 0
                                    

Yara kembali membawa seekor kucing berwarna kuning dan putih. Ia terus memeluknya sejak membelinya. "Ululu tayang, gemes banget sih. Jadi gak tega ngasih kamu ke Leon." Yara langsung mengelus tubuh kucing itu. Dan membawanya untuk Leon. Ia berjalan perlahan agar Leon tidak curiga kalau ia sudah pulang. Kemudian ia mendorong pintu, tetapi di kamar tidak ada siapa-siapa. "Kemana ya?" gumamnya. Ia berjalan lagi, kemudian mendorong pintu kamar mandi. Dan langsung menjerit histeris. Karena Leon tengah mandi. Sampai mata Yara sudah tidak suci lagi sekarang. Jantungnya bergetar hebat sampai merinding. "Gak. Sumpah gue gak liat beneran," ucapnya langsung berlari keluar kamar.

Leon sendiri lupa mengunci pintu. Karena ia rasa Yara tidak akan kembali secepat ini. Dan nyatanya tidak. Malah langsung mendorong pintu, dalam keadaan dirinya penuh sabun. Untung masih tertutup sabun. Kalau tidak, malu sekali ia saat ini. "Kok jadi ambigu gini?" gumamnya sambil mengeringkan rambut.

Kebetulan lagi, Leon yang baru memakai celana, dan Yara tiba-tiba datang dengan gugup lalu pergi lagi. Mereka pun tertawa aneh karena heran. Leon sampai memiringkan kepalanya untuk melihat tingkah laku Yara yang aneh. "Hei? Lo kenapa?"

"Hm eng-enggak. Apaan sih, ah. Gue mau msndi," balas Yara gugup. Dan langsung masuk ke kamar mandi. Kemudian kembali lagi. "Oh ya, gue punta hadiah buat lo. Namanya Miu, kucing kuning itu buat lo. Oke sekian makasih."

Dahi Leon mengekerut bingung. "Tumben." Ia langsung menggendong kucing itu. "Ih lucu banget Miu. Hai? Kenalin ini Leon."

"Meong." Miu langsung menjilati tangan Leon. Bahkan gelanyutan. Pertanda kalau ia suka kepada Leon. "Meong." Ia sampai mengendus.

"Ra lo beli makanannya enggak?" tanya Leon berteriak. Yara malah menepuk dahinya karena lupa. "Belum. Lupa anjir. Sana beli pake uang lo," balas Yara.

Leon tersenyum, dan berjalan sambil menggendong Miu. Ia langsung mengajak Miu membeli makannya. Miu juga langsung akrab kepada majikannya. Setelah membeli sekarung makanan Miu. Leon memberinya makan, kemudian meninggalkannya di kandang.

"Emang pestanya jam berapa?" tanya Leon merasa bingung. "Keknya langit udah mendung mau ujan deh. Meningan gak usah dateng aja ya?"

"Ih gue pengen kesana," balas Yara seiringnya suara pintu di dorong. "Biar bisa pamer manasin Shakilla," batinnya. "Pokoknya kita harus ke sana. Gue mau buktiin kalau gue itu--"

"Apa?" pungkas Leon tanpa melihat Yara, karena fokus dengan laptopnya. "Kalau cuman mau nyari ribut mening gak usah dateng deh."

Mana mungkin Yara tidak akan datang jika saingannya Shakilla. Terlebih penampilan Yara dan Shakilla berbeda jauh. Kebanyakan Shakilla selalu meniru gayanya. Dan sekarang, Yara akan tampil dengan gaya berbeda dari biasanya. "Hm tolongin gue dong, susah nih," ucapnya. Karena merasa kesulitan mengaitkan bra yang sudah kekecilan.

Leon menoleh. Ia pun berdiri dan menghampiri Yara. "Ini udah kekecilan, Ra. Meningan ganti pake yang lain aja."

"Gak ada. Gini semua."

"Nanti pundak lo atau punggung lo bisa sakit kalau di paksain. Kalau mau, gue bisa ambil punya Mami yang masih baru, belum di pake," usul Leon. "Hm kalau gitu tunggu, apa mau ikut biar bisa milih?"

Yara mengikuti Leon. "Ikut."

Mata Yara terbelalak kaget saat lemari tinggi menjulang berisi pakaian baru yang belum di pakai. Semua itu khusus untuk tamu yang tidak membawa pakaian ganti.

"Ambil aja yang lo mau," titah Leon.

Yara berjinjit. Leon yang melihat itu langsung memegang pinggang Yara dan menikannya agar bisa menggapai rak tersebut. Setelahnta ia kembali menurunkan Yara. "Udah?"

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang