Part 23

100 20 3
                                    

Telah di temukan jenazah perempuan dengan jari manis terpisah dari tubuhnya. Wajahnya rusak tertimpa reruntuhan pohon. Hingga ia sulit di kenali. Dan di duga itu adalah Yara.

Kanaya menyingkap penutup orang itu. Memang, wajahnya sudah hancur. Dagingnya keluar. Dan ia bergidik ngeri. Baju perempuan itu sangat kotor. Ia tidak bisa meluhat jelas pakaiannya.

Kemudian salah seorang memberikan senter. Hingga Kanaya bisa bernafas lega. Tapi pakaiannya serba hitam. Rambutnya sangat panjang. "Ini-ini bu-bukan Yara!"

Semuanya bernafas lega. Begitu pula pak Rama. Perasaannya sudah campuraduk saat ini. Dua anaknya hilang. Dan belum ada ciri-ciri titik terang. Andai ia tahu kalau semua ini akan terjadi. Mungkin ia tidak akan mengizinkan mereka ikut

"Tapi Pak. Kami. Menemukan sebuah cincin emas di dekat jenazah ini. Bahkan di dekat jari manisnya," ucap seorang lelaki. Ia menyodorkan cincin itu.

Kanaya segera menolak mentah-mentah. Karena rambut Yara tidak berwarna hitam semuanya. Ada perpaduan warna ungu dan abu. Perempuan ini rambutnya sangat kusut dan lepek. Sedangkan rambut Yara selalu lembut. Meski perempuan itu jarang menyisir.

"Lalu di mana Leon?" ucap bu Via berteriak. Ia sudah tidak tahah. Ia ingin segera menemui putranya. Yang sejak tadi tidak ada yang mengetahuinya.

"Oh iya Tante, aku juga nemu kalung ini." Kenzi menyahut. Kemudian memberikan kalung yang ia dapatkan. "Tante tau ini punya siapa?"

Mata bu Via berkaca-kaca. Air matanya semakin berjatuhan. Kalau ia sampai kehilangan orang yang paling berharga di hidupnya. Maka kehidupannya akan semakin gelap. Lebih gelap dari sebelumnya. "I-ini pu-punya--" Belum juga selesai bicara, ia langsung pingsan.

Bu Via di larikan lagi ke klinik terdekat. Di temani Kanaya dan Kenzi.

•••

Nicholas merasa dirinya tengah di ikuti oleh seseorang. Sesekali ia menoleh kebelakang. Namun tidak ada apa-apa. Ia sempat menyapa. Tetap saja tidak ada yang menyahut. Semua itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus berjalan sambil memanggil Yara.

Wajah Shakilla terkena cepretan dari dahan pohon yang baru Nicholas ikuti. Hingga matanya kecolok ranting. Dan ia menjerit kesakitan membuat Nicholas berbalik.

"Shakilla? Lo ngapain disana? Nyari tikus?"

"Aaa mata gue perih. Tiupin!" Shakilla mengucek matanya. Terus merenggek.

Nicholas sangat engan menghampiri Shakilla. Jadi ia terus saja berjalan tanpa menghiraukan Shakilla. Shakilla yang penakut pun segera berlari terbirit-birit karena ketakutan melihat penampakan berwarna putih. Yang bukan lain adalah pencuri pohon di hutan ini.

"Nichol tungguin gue!" Ia berlari seraya melompat-lompat. Hingga ia menginjak lubang dan tubuhnya masuk ke lubang itu. Ia tidak bisa naik lagi ke permukaan. Meski ia sudah berteriak, tapi Nicholas tidak peduli. "Tolong!"

"Ngok-ngok!" Anggap saja ini suara babi hutan yang tengah mandi lumpur di lubang itu. Ia tengah berguling. Sambil mengeluarkan suara. "Oink-oink!"

Shakilla memejamkan mata, merasa bokongnya di tabrak beberapa kali. Ia masih bisa berpikiran positif. Namun hentakan itu terus berlanjut. Di tambah suara dengkuran dari babi hutan itu. Gadis berpita pink di rambutnya menoleh ke belakang. Mendapati hewan ganas berwarna hitam tengah berguling di lupur.

Sontak Shakilla menjerit. Namun jeritannya membuat babi hutan itu terganggu dan marah. Hingga menyeruduk bokong Shakilla, sampai gadis itu terapung ke udara dan keluar dari lubang menjijikan tempat pemandian babi hutan.

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang