Part 39

98 17 4
                                    

Apa mapel kesukaan kalian?



happy reading!!!
_______________

Yara baru menginjakkan kaki di depan pintu utama. Langkahnya terhenti melihat Leon tertidur di sofa dengan memeluk Piu dan Miu. Kaki cowok itu di tekuk. Pasti sangat sulit tidur dalam posisi seperti itu. Ia mengabaikan Leon karena masih kesal. Dan segera mandi kemudian tidur.

Tidak lama kemudian, sebelum ia tidur. Ia malah kepikiran tentang Leon. Ia pun menghampiri Leon. "Hei bangun!"

"Hm."

"Bangun! Jangan tidur disini. Banyak nyamuk, dingin, nanti masuk angin minta kerokin ih ogah. Ayo bangun!" omel Yara saraya mengguncang pundak Leon. "Bangun!"

Masih dengan mata tertutup, Leon berjalan. Beberapa kali ia menabrak pinggir tembok, bahkan tersandung di tangga. Tetap saja matanya tertutup. Sampai Yara tertawa di belakangnya.

"Makanya liat dong. Jangan tidur terus!" gerutu Yara. Ia pun menuntun Leon yang sudah sempoyongan.

Setelah sampai di kamar. Leon duduk sambil tidur. Ia masih memeluk Piu. "Gue ngantuk, Ra. Beneran deh."

"Kenapa tadi lo gak sekolah?" tanya Yara. Ia berkacak pinggang di depan Leon. Kemudian mengangkat wajah Leon dan menatapnya. Ia membuka lebar bibir mata Leon. "Jawab!"

Bukannya menjawab, Leon malah memeluk Yara. "Maafib Leon ya. Gara-gara Leon nampar Yara semalem, pipi Yara jadi sedikit lebam," lirihnya.

"Heh iya gapapa, lo lagi mabuk jadi pasti ngelantur," balas Yara. Ia mengusap dari dahi sampai belakang rambut Leon. Hingga butiran keringat bisa ia lihat. "Lanjut tidurnya ya," ucapnya seraya mencium dahi Leon. "Dah gue maafin kok." Yara tertawa. "Ntar juga lo, gue tendang pas tidur," batinnya.

Leon menggaruk kepalanya. Ia berdiri. "Tunggu di sini. Leon mau ambil salep dulu. Bentar." Ia berjalan sambil tidur.

Dugh!

Dahi Leon terbentur pinggir lemari. Di belakang Yara tertawa terbahak-bahak melihat itu. Saking ngantuknya sampai engan membuka mata.

"Duh mana sih ya?" Leon telah memberantakan isi lemarinya sendiri. "Nah ketemu." Ia berjalan ke depan Yara. Kemudian mengoleskan salep tersebut ke pipi Yara yang lebam. "Nah udah."

"Kisah kita gak ada yang bisa di banggain ya? Kisah kita gaje banget. Gak ada romantisnya apalagi ngebaperin orang. Kita cukup akur tiap hari aja itu gue udah bersyukur banget," batin Yara. "Tuhan mau bawa kita kemana sih? Kok lama-lama gue kayak sayang sama lo tapi gue gak suka sama lo. Kadang gue pengen romantisan sampe bucin atau bapee. Tapi lo gak ada romantis-romantisnya."

Leon menarik tangan Yara. Kemudian menariknya hingga Yara taruh di atasnya. Ia menaik punggung Yara mendekat ke arahnya. "Gue cuman mau bilang, gue gak cinta sama lo. Udah itu aja."

Bibir Yara cemberut. Ia kira Leon akan membuatnya melayang. Dan ternyata menyebalkan. "Gue juga!" Ia menepuk pipi Leon. Kemudian merangkak dan tidur di samping Leon. Leon malah terus menatapnya datar.

"Sekarang lo harus jujur kalau lo milik gue?"

"Gak mau," balas Yara. Kemudian ia tersenyum karena tidak kuat menahannya. "Idih gaje banget gue." Ia tersenyum jijik untuk dirinya.

Sedangkan Leon malah tersenyum manis kepada Yara. Yara membalasnya hingga akhirnya ia kalah tatap dengan Leon yang terus menatapnya tanpa berkedip. Sampai Yara menutup wajahnya sendiri karena tersipu malu, sambil tertawa cekikikan. Meski Leon terus menatapnya. Ia mengintip dari celah jarinya. Kemudian melempar bantal ke wajah Leon. "Ih apaan sih kok liatin gue kayak gitu?"

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang