Part 02

293 43 3
                                    

"Sayang. Cantiknya Mami. Kamu tinggal sama kita aja ya disini? Jangan pulang ke rumah sendirian di sana takut." Bu Via menangkup pipi putri angkatnya.

Yara masih diam. Ia tidak ingin tidur di rumah yang sama dengan cowok yang paling ia benci. Yang selalu menghukumnya. Kalau bisa satu rumah. Nanti dia akan seenaknya menyuruh-nyuruh Yara ini-itu. Bahkan mengerjakan soal matematika.

"Enggak Mi---"

"Biarin aja, Mi! Biarin dia hidup mandiri. Udah nyusahin. Beban pula!" celetuk Leon yang berjalan menaiki anak tangga.

"Diem lo--"

"Abang! Panggil Leon abang ya. Jangan lo-gue. Gak baik gak sopan kalau gitu," ucap bu Via memperingati. "Dan kamu Leon! Panggil Yara dengan sebutan Dedek."

Rasanya Leon ingin muntah saat ini juga mendengar itu. Apa tadi? Dedek? Hah gak salah tuh maminya ngomong nyuruh manggil Yara dengan sebutan dedek Yara? Ogah banget pasti.

"Enggak, Mi!" tolak anak-anak bu Via.

Yara meledek Leon walau lelaki itu tidak menggubrisnya.

"Hallo permisi!" sapa Kenzi.

"Eh ada uke. Apa kabar lo?" sahut Yara. "Masih idup aja orang gak guna kayak lo."

"Dasar anak setan!" cibir Kenzi emosi. Mantan ketua osis memalukan orang satu ini.

Bu Via menghela nafas. "Dasar anak-anak zaman sekarang bikin kepala pusing aja."

"Apa tante hamil?" tuduh Kenzi sedikit berteriak sampai Leon bisa mendengarnya begitu jelas.

Leon segera berlari keluar kamar dan berdiri di pagar pembatas di lantai dua dan melihat ke lantai bawah. "Apa? Mami hamil?"

"Hah Mami hamil?" beo pak Rama.

Bu Via memijat pelipisnya dan belum menjawab. Sedangkan Yara dan Leon butuh kepastian. Sampai merasa duduk bersimpu di kaki bu Via.

"Mami bercanda, kan?"

"Bagus dong. Kalian nanti punya adik bayi," balas Kenzi.

Sontak Yara dan Leon menatap tajam kepada Kenzi. "Diem lo!"

"Seneng kagak. Ribet iya," cibir Yara.

"Di kira kakak adik enggak. Di kira bapak sama anak iya," umpat Leon.

"Udah! Mami gak hamil. Mami pusing kalian berantem terus. Mami cuman mau merasakan indahnya punya anak perempuan. Bosen ngurus cowok terus." Bu Via melangkah pergi.

Yara berdiri dan menahan bu Via. "Yaudah Mi. Aku mau nginep disini."

Kenzi dan Leon berlari terbirit-birit masuk ke kamar. Dan mereka akan bubar saat tengah malam. Entah apa yang mereka lakukan di kamar itu. Yang sudah pasti main game online. Malam ini, Yara banyak bercerita dengan bu Via. Sampai lupa waktu. Baru kali ini Yara bisa merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu. Setelah 1 dasawarsa tidak merasakan cinta kasih dari seorang ibu.

Kemudian Bu Via pamit untuk tidur. Dan memeluk putrinya ini. "Tidur nyenyak. Cari kamar kosong dan nyaman ya." Yara mengagguk dan berjalan dengan menenteng tas ke lantai atas. Ia bertemu dengan Kenzi di lantai bawah yang hendak pamit pulang.

Ada yang aneh dengan Leon dan Kenzi. Kenzi seperti seorang perempuan saat ini. Dari cara ia bicara ataupun berjalan. Sudahlah. Mungkin itu kelainan dari seorang Kenzi. "Gue milih kamar yang mana ya?" gumamnya. Yara membuka setiap kamar kosong. Belum ada yang menarik. Hingga matanya tertuju ke pintu yang belum ia cek. Perlahan Yara mendorong pintu yang ternyata tidak di kunci. Di dalamnya sunyi. Yara tidak mendapati siapapun disana. Tapi kamar itu sangat indah dan istimewa. Ia pun masuk ke dalam ruangan dengan lampu warna-warni. Saat Yara berbalik badan dan hendak merebahkan dirinya. Ia melihat Leon memakai handuk sepinggang baru keluar dari kamar mandi. "LEON!" Yara menutup wajahnya serta berteriak histeris.

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang