Part 55

100 18 0
                                    

Boleh minta sesuatu gak?
Help ku mohon komen perbab oke😭
Sama vote juga.
Aku sayang kalian love-love sakebon hutan amazon😭
Dah ayo lanjut baca🌻



"Kamu mau kemana?" tanya Leon. Saat Yara sudah berdandan, dan merias diri dari biasanya.

"Mau jalan-jalan sama temen-temen. Boleh ya? Aku bosen di rumah teros. Mumet, mana stok cemilan abis. Olahraga males, sekalian mau senam. Oke, boleh ya?"

"Hm boleh, tapi aku gak bisa nganter apalagi nemenin. Aku ada tugas di ruang guru sama perpustakaan. Jadi nanti sore balik lagi ke sekolah. Gapapa?" Leon kembali mengetik di laptop.

Yara memang bandana yang di penuhi mutiara. Sekarang ia sangat suka memakai riasan rambut, dan juga berdandan. "Iya gapapa. Nanti Kanaya jemput kesini, kok."

Kemudian Kanaya berteriak di depan gerbang. Saat ia baru sampai bersama Malika. "YARA! AYO!"

Yara langsung terburu-buru mengambil tas, memasukan handphone dan dompet. Ia merapihksn rambutnya. Kemudian mencium tangan suaminya. "Aku pamit, bye-bye!" izinya.

"Iya. Tapi peluk dulu," renggek Leon. Kemudian mereka pun berpelukan, dan bercumbu. "Hati-hati dijalan."

"Ayo," ucap Yara. Ia hendak menutup pintu namun ternyata ada Leon di belakangnya. "Mau kemana?"

"Tolong jagain Yara sama baby A, ya? Jangan sampe kenapa-napa. Gue titip sama kalian!" ucap Leon. Kemudian melambaikan tangannya kepada mereka. "Bye!"

Kanaya, Malika, dan Yara pun berangkat. Mereka melepas rindu sambil bertukar cerita, tertawa bersama. Menceritakan keluh kesah dan lika-liku hidup mereka.

"Boleh gak gue sentuh perut lo?" tanya Kanaya ragu. Tetapi tangannya sudah gatal untuk menyentuhnya. Yara mengizinkannya, jantungnya malah berdetak cepat. Berkeringat dingin secara tiba-tiba. "Kok degdegan ya?"

"Nanti lo juga bakal ngalamin, Nay," celetuk Malika. "Ah mening gue dulu," sosornya. Perlahan ya mengelus perut Yara, sambil berbicara. Ia tersenyum. "Andai gue gak keguguran, bulan ini gue lahiran. Tapi mau gimana lagi, pikiran gue buntu saat dia pergi gitu aja ninggalin gue."

Yara mengelus punggung Malika. "Semuanya udah di atuh sama sang pencipta. Takdir, jodoh, hidup dan mati udah di tentukan pada waktunya. Gue yakin, kalau lo pasti bakalan bahagia."

"Ra, kenapa keras banget perut lo?" keluh Kanaya. "Berasa pegang batu!" Ia tertawa miris. "Kok gue jadi takut ya. Gimana brojopnya nanti? Mau caesar atau normal? Atau mau di sedot biar cepet?"

"Mau gimana pun prosesnya. Asalkan gue sama anak gue nanti selamat dan sehat," balas Yara. "Eh coba rasain, baby A respon sentuhan kalian." Ia tersenyum senang. "Hei anak baik, anak pinter, ada Aunty-aunty gemes disini. Mereka sayang sama kamu, yakan aunty?"

"Ya dong. Sayang banget, nanti kalau lahirnya cowok mukanya mirip ayah aja ya. Kalau cewek mirip ibu, biar serasi. Tapi sikapnya kayak ayah ya? Jangan kayak ibu kamu. Galak ih," ledek Kanaya. Ia langsung tertawa terbahak-bahak. "Oh ya, tangan gue gemeter euy abis pegang perut lo. Gak berat apa bawa perut gede gitu?"

"Nanti lo juta ngerasain gimana. Gak usah banyak nanya. Gue males ngejawabnya," balas Yara. "Awas aja kalau anak gue perempuan, pas brojol mirip bapaknya semua. Gue tampop lo, Nay!"

"Gapapa dong, Ra. Justru bagus. Nanti merrka bakalan percaya kalau itu anaknya Leon. Si promadona sama pangeran sekolah," sambung Malika. Ia mengeluarkan handphonenya. "Lo liat deh kabar terbaru. Adik kelas kita, ada yang mesum di gudang ketahuan sama guru, besoknya dia mati," ungkapnya.

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang