Part 06

201 29 5
                                    

Pagi ini, kelas Yara akan melaksanakan pertandingan bola voli antar kelas. Kelasnya bagian melawan kelas 10 Ips 5.

Banyak yang meneriakinya untuk semangat menang melawan adik kelas. Kalau kalah, bisa turun harga diri kelas 12 Mipa 2 ini.

Suara peluit sudah terdengar. Pertandingan sudah di mulai. Satu lapangan yang luas bisa di gunakan oleh 4 regu sekaligus. Satu lapang permainan di isi regu perempuan. Satu lagi regu laki-laki.

Yara menempati posisi semula. Di mana ia pertama kali memulai pertandingan dengan servisnya ke lawan main.

Dan bolanya masuk tanpa di terima oleh 6 pemain dalam regu itu. Mereka malah menatap bola itu tanpa menerimanya. Hingga satu point masuk ke tim yang di pimpin oleh Yara.

"Huh!" teriak Malika. "Yes semangat Yara!"

"Semangat! Semangat. Lo sendiri malah bengong. Awas aja ada bola dari lawan lo malah teriak gue gibeng muka lo!" omel Kanaya. Murid killer yang jarang banyak bicara.

Yara kembali menservis bola ke lawan. Dan lagi-lago bola tidak ada yang menerima. Mereka malah menjerit histeris akibat pukulannya begitu keras. Tampak di wajah gadis itu begitu marah dengan emosi meluap-luap.

"Ra, please jangan pake emosi. Kalau gini. Kita bakalan menang tanpa permianan. Server sekali aja masuk. Gimana dong?" Kanaya mencoba membuat gadis itu tenang.

Kepala Yara sendiri semakin mumet sampai pusing. Ia kembali melakukan serves. Dan akhirnya setelah 5 kali point masuk ini bisa di terima oleh tim lawan.

Dengan lincahnya Yara mengejar bola agar bisa mencetak point. Saat umpan dari Kanaya berhasil membuat Yara melakukan smash dengan melompat sebisa mungkin. Padahal tingginya paling pendek di antara teman satu regu.

Di tihang depan aula. Leon memperhatikan orang-orang yang bertanding. Ia melipat tangan di dada sambil geleng-geleng. "Kecil-kecil cabe rawit," gumamnya.

Leon berbalik badan seraya memasukan tangannya ke dalam saku celana. Dan Shakilla berdiri di hadapannya.

"Hai?" Shakilla menyapa dengan manis. "Kok gak nonton disana?" Ia nenunjuk pohon di pinggir lapang.

Leon menggeleng. "Gak."

"Oh ini. Gue punya makanan buat lo." Shakilla memberikan misting berisi nasi goreng yang ia bawa khusus dari rumah. "Naai goreng spesial."

"Oh sorry. Gue gak suka makan nasi goreng," tolak Leon dan melengos pergi.

Baru kali ini Shakilla di tolak seperti ini. Padahal, sekali kedip. Cowok akan nurut kepadanya. Dan mau melakukan apapun agar mendapatkan perhatian darinya.

Cowok satu ini berhasil membuat Shakilla penasaran dan ingin lebih jauh menggenalnya. "Cuek? Oh ini menentang sekali."

Satu set permainan telah selesai. Dan di menangkan oleh tim regu Yara. Dengan point 25 berbanding 7. Mereka berganti posisi tempat.

Set ke dia di mulai setelah peluit di tiup oleh panitia.

Kali ini Kanaya duluan yang melakukan server. Yara menempati posisi toser. Dan point pun masuk ke tim Yara.

Lama kelamaan. Anggota regu Yara mulai kelelahan. Sehingga mereka kejebolan tim lawan. Kini point Yara dan lawan sudah tertinggal jauh. Energi gadis ini semakin terkuras.

"Gimana ini, Ra? Kita ketinggalan 17 point. Mereka udah 23, dan kita masih 6 point. Malu dong," bisik Kanaya.

Yara memejamkan mata merasakan sakit di ulu hatinya. Jangan sampai maag nya kambuh lagi. "Nanti ada set terakhir 16 point kalau skor kita satu dan tim lawan juga satu."

KLEORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang