Bab 13

3.4K 266 6
                                    

"Om Yoga punya mobil-mobilan?"

Dengan wajah sumringah, Raffa bertanya pada pamannya. Lelaki kecil itu siuman beberapa menit lalu, tepat saat Malik, pamannya yang lain datang.

"Punya dong. Banyak di rumah. Nanti Om bawain buat Raffa, mau yang warna apa?"

"Yang warna biru ada?"

Yoga menganggukkan kepala. "Ada dong!"

"Yang warna hijau ada?"

"Ada."

"Mainan robot ada enggak?"

"Raffa mau mainan robot? Nanti Om beliin. Mau?"

Putra Hana itu menatap ibunya saat mendengar pertanyaan sang paman, meminta persetujuan. Hana mengangguk dan tersenyum padanya.

"Mau! Mau!" Raffa berseru.

Hana hampir saja menangis melihat semua itu. Dia ingat, Raffa selalu ingin memiliki seseorang yang bisa dipanggilnya 'om'. Akhirnya, keinginannya terkabul.

"Di mana ayah kandungnya? Kenapa gak bantuin kamu bayar biaya rumah sakit?"

Ah! Kuping Hana terasa gatal saat mendengar suara maskulin menyebalkan itu. Ia lupa kalau Malik masih di sini. Di dalam kamar rawat Raffa. Dia diam saja sejak tadi, menatap interaksi Raffa dan Yoga, sama seperti Hana.

"Dia udah gak ada."Hana menjawab pertanyaan Malik dengan Asal.

Malik mengernyit. "Dia udah meninggal?"

Hana menghela nafas. "Ya, anggap aja begitu," katanya.

"Maksudnya?" Malik tak mengerti.

"Maksudku, jangan bertanya soal itu! Karena gak ada jawabannya. Paham?!"

Malik tertawa mendengar jawaban Hana. Itu terdengar sangat konyol. "Bagaimana bisa gak ada jawabannya. Emang bisa kamu bikin anak sendiri?"

'Sendiri'

Pertanyaan Malik itu menusuk langsung ke jantung Hana.

"Kamu godain suami orang ya?"

Hana menatap wajah saudara tirinya. Ada tatapan sinis di sana.

"Ya. Anggap aja kayak gitu!" kata Hana. Dia menelan ludah setelah mengatakan itu.

Malik tertawa lagi. "Ternyata kamu sama aja kayak ibumu. Kalian wanita penggoda gak tau diri," katanya.

"Stop! Berhenti disitu!" pinta Hana.

Dia tak tahan lagi. Rasanya, tubuh wanita itu begitu lemah, dia juga sangat lelah. Hana sedang tak punya daya dan upaya untuk menghadapi sikap Malik yang biasanya selalu kasar seperti saat ini.

Hana menatap wajah tampan yang sayangnya selalu nampak sinis itu. "Silahkan pergi dari sini! Aku gak butuh apapun dari kamu! Termasuk caci makimu padaku."

Malik mendecih. "Cih! Kamu pikir aku di sini karena kamu?"

"Terus, kenapa kamu di sini?"

"Tuh!" Malik menunjuk adik bungsunya yang masih sibuk bermain dengan Raffa.

"Dia bilang apa?" tanya Hana.

"Dia bilang. Aku harus bantuin kamu. Bayarin biaya rumah sakit anakmu."

"Gak perlu! aku gak butuh bantuan kamu. Tolong pergi dari sini sekarang juga!" Kali ini, Hana benar-benar mengusir anak sulung ayahnya itu.

Malik menghela nafas, lalu melipat dua tangannya di atas dada. "Pengennya sih gitu. Tapi, aku udah janji sama anak nakal itu kalau aku bakal bantu kamu," kata Malik seraya menatap pongah pada saudari tirinya.

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang