Entah apa yang harus Hana lakukan. Situasinya saat ini benar-benar tidak menyenangkan.
Belum pergi satu makhluk yang sejak semalam merusak hari-hari tenangnya, kini, datang dua orang lagi.
Menjelang waktu Ashar tadi, dua orang itu tiba-tiba di depan pintu rumah Hana. Mereka adalah Malik dan Yoga.
"Kak Sinta ...!" Yoga berteriak seraya menubruk kakak perempuannya. "Kejutaan ...!" seru anak remaja itu kemudian.
"Haaah!" Hana menghela nafas. Di rumahnya yang sempit ini terlalu banyak orang, empat orang dewasa dan satu anak laki-laki.
Namun, ekspresi Hana yang jengah berbanding terbalik dengan putranya. Raffa terlihat begitu bahagia. Ruang tamu mereka yang biasanya sunyi itu ramai seketika.
.
.
.
Hana melihat Malik berjalan mendekat padanya. Waktu itu, ia sedang berdiri di depan wastafel sambil menonton Raffa dan Yoga yang tengah bercengkrama.
"Hei." Malik menyapa.
Hana mengernyit. Saudara satu ayahnya itu terlihat gugup. "Hei." Hana membalas sapaan. Senyum konyol merekah di bibirnya.
"Yoga ... dia ... maksa datang ke sini."
Ya, tentu saja. Hana membatin. Malik pasti dipaksa Yoga datang ke sini. Dua orang itu, Hana bisa mengira, mendapatkan alamat rumah Hana dari Al.
"Nanti mamamu marah loh," ujar Hana.
Malik tersenyum kaku. "Enggak." Laki-laki itu bergumam.
Sejurus kemudian, hening menyapa mereka berdua. Bibir Malik nampak bergerak-gerak, sepertinya ingin menyampaikan sesuatu, entah apa. Hana menunggu hingga saudara tirinya bersuara Kembali.
Satu menit
Dua menit
Tiga men---
Hana membeku. Malik memeluknya. Ada apa?
Tak lama setelah mereka berpelukan, tubuh laki-laki itu bergetar. Dia menangis? Benarkah? Hana bertanya-tanya.
Tangis Malik semakin deras. Hana mengelus-elus punggungnya untuk menenangkannya. Tanpa sadar, air matanya sendiri sudah banyak menetes.
.
.
.
"Sudah nangisnya?" Hana bertanya saat tangis Malik reda. Pelukan mereka telah terurai, Malik berdiri mematung di samping Hana sambil menundukkan kepala.
Hana menurunkan kepala, demi melihat wajah kakaknya yang sejak tadi menunduk. "Hei!" Hana menyapa seraya melambaikan tangan. "Masih hidup?" tanyanya.
Malik mendecih mendengar sapaan itu, lantas ia tertawa. Sesekali isaknya masih terdengar.
"Kenapa sih, Kamu? Aneh banget deh."
"Emangnya kamu gak aneh?" Malik bersungut.
"Kamu lebih aneh. Kok, tau-tau nangis kayak bayi," ejek Hana.
Set! Malik menoyor kepala saudari tirinya.
"Eh!" Hana melotot seraya mengusap dahinya. Ia balik menoyor Malik. Saat laki-laki itu hendak mengulangi perbuatannya, Hana berlari.
Malik mengejar Hana. Keduanya tertawa sampai cekikikan.
.
.
.
Al memilih menyingkir.
Saat Yoga datang bersama kakaknya. Ia langsung saja merebut posisi Al di sisi Raffa. Tatapannya teramat sinis. Dan lagi, ternyata Raffa terlihat lebih menikmati permainan bersama anak remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
RomantizmIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...