Bab 28

3.8K 291 1
                                        

Allahu Akbar! Allaahu Akbar!

Adzan Subuh berkumandang.

Sepasang mata itu terbuka. Tak berapa lama, si empunya mata merasakan pegal yang amat sangat di bagian lehernya.

"Awh!" Hana mengaduh seraya mendongakkan kepala. Sepertinya, rasa pegal itu hadir dikarenakan ia tidur dalam posisi duduk sepanjang malam.

Saat Hana hendak mengelus bagian tubuhnya yang sakit itu, ternyata tangannya tak bisa digerakan. Tidak, tepatnya,  tangannya ada yang ... menggenggam?

Detak jantung ibu satu anak sontak bertalu hebat. Ada seseorang yang menggenggam tangannya, bahkan, orang itu memeluk Hana. Siapa dia? Dan, sejak kapan? Hana panik luar biasa.

Wanita itu lantas meloncat dari sofa. Genggaman tangan dan kungkungan orang itu terlepas seketika.

Dalam kegelapan, Hana berjalan ke sudut rumahnya. Di sana ia biasa menyimpan sapu ijuk.

Tap! Tap! Tap!

Hana berjalan mendekat ke sofa dengan sapu di tangannya. Ia mencoba untuk tidak bersuara sedikitpun. Wanita itu langsung saja memukuli orang asing yang dengan lancangnya masuk ke rumah sewa itu.

"Sialan! Brengsek! Siapa kamu? Maling ya?!" Hana berteriak.

"Aw! Sakit! Ampun! Ampun! Aku bukan maling! Ampun, Hana!"

"Dasar maling! Berani-beraninya masuk ke rumahku!" Hana terus memukuli dengan sapu. Tak peduli meski orang asing itu mengaduh kesakitan.

Pintu kamar tidur tetiba terbuka. Hana melihat putranya sedang berdiri di ambang pintu.

"Raffa, tutup pintunya! Ada maling masuk!" Wanita itu berteriak pada putranya.

"Itu ayah! Bukan maling!"

Hana tak mendengar apa yang dikatakan Raffa karena ia sibuk memukuli orang yang disangkanya maling.

Raffa berlari mendekat kepada ibunya. "Jangan pukul ayah, Bu!" Lelaki kecil itu memohon.

Ia berhenti memukul. "Hah?! Siapa? Ayah ...?" Hana tak mengerti.

"Iya ...." Raffa menangis pilu. Lalu, memeluk orang yang sedang meringkuk di sofa sambil terus mengaduh.

Hana merasa amat bingung. Ia sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi, putranya mengatakan sesuatu yang mengherankan. Ayah? Siapa maksudnya? Benaknya bertanya-tanya.

Wanita itu lantas membuka pintu kamar lebih lebar, cahaya lampu menerangi bagian kaki orang yang baru saja ia pukuli.

Tidak! Jangan katakan ini benar. Hati Hana mengiba,  matanya meneteskan bulir bening. Hana sangat mengenal kaki tersebut. Itu kaki Al.

"Ayah ...!" Putra Hana masih menangis di pelukan orang itu.

Ya Tuhan! Hana ingat, baru saja memukuli Al begitu rupa. Bagaimana kalau laki-laki itu terluka?

Gegas Wanita itu berjalan mendekat ke sofa, di mana terdapat putranya dan seseorang yang kemungkinan adalah ayah kandung dari anak itu.

Grep! Hana memegang tangan orang itu, lantas menarik tubuhnya agak dia dapat berdiri. Hana menyeretnya berjalan ke kamar tidur.

Saat mereka telah berada di dalam kamar, barulah Hana bisa melihat dengan jelas.

Benar, itu dia. Ayah dari putranya.

"Al ...." Hana menangis, tangannya mengelus wajah Al. Lalu, memeriksa setiap inci tubuh laki-laki itu. Memeriksa apakah ada luka akibat pukulannya yang bertubi-tubi beberapa saat tadi.

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang