Bab 8

3.5K 299 2
                                    

Tidak semua orang sesederhana seperti yang ada dalam pikiranmu.

Ketahuilah, ada yang memilih untuk tidak peduli dengan apapun yang dikatakan orang lain, meski itu bukan kenyataan yang sebenarnya.

Karena, apapun yang ia katakan sebagai penjelasan, orang lain akan tetap memandangnya dengan salah.

Tidak, dia tidak akan memintamu untuk mengerti.

Karena, meski kau mencoba, kau tetap tak akan mengerti.

Ia menyembunyikan air matanya.

Karena, meski ia menjerit sampai berderit-derit kau tidak akan mencoba mengerti.

Ia menjadikan saat-saat air matanya jatuh sebagai acara yang sakral untuk dirinya sendiri.

Dia menangis, maka dia ada.

Tersenyum adalah hal yang paling sulit baginya.

Tetapi, ketika ia tersenyum, sesungguhnya, dia sedang mengatakan pada dirinya sendiri,

Aku akan baik-baik saja.

***

Malam itu, Al sudah tak tahan lagi. Dua hari setelah pernikahan Ana rampung dilaksanakan, ia mengajak orang tuanya bicara. Tiga orang berstatus orang tua dan anak itu berkumpul di ruang tamu. Entah kenapa suasananya sedikit mencekam.

"Waktu itu, Mama sama Papa baru tahu kalau Hana adalah Sinta setelah dia kerja sama kamu selama dua bulan."

Rahma tengah mengawali penjelasannya pada sang putra, mengenai alasan kenapa mereka menyembunyikan identitas Hana yang sebenarnya.

"Ma'af ini salah Mama. Harusnya ...."

Karena perasaan bersalah yang begitu besar, Rahma tidak bisa menahan tangisnya. Sebagai ibu, dia merasa gagal. Seharusnya, dia tahu tentang keberadaan Sinta di perusahaan Al sejak awal, dan melakukan upaya apapun untuk mencegah putranya terluka untuk kedua kalinya. Rahma menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu abai.

Karena Rahma sibuk menangis, Haris, ayah Al menggantikan istrinya untuk memberi penjelasan.

"Waktu itu, dia bilang lagi butuh uang. Butik tempat dia kerja ditutup karena pemiliknya bakal pindah ke Amerika. Sementara dia punya anak yang sakit-sakitan dan harus sering dirawat di rumah sakit. Dia sangat butuh pemasukan, dan satu-satunya perusahaan yang menawarkan pekerjaan cuma perusahaan kamu. Dia bahkan sampai memperlihatkan bukti-bukti tagihan rumah sakit. Dan, kamu tahu ibumu .... "Haris menghela nafas, "dia gak tega kalau harus nyuruh Hana berhenti gitu aja."

Ya, benar. Al tahu soal butik tempat Hana bekerja yang ditutup itu. Pemiliknya adalah Silvia, teman baik Al. Wanita itu juga yang merekomendasikan Hana, saat Al menceritakan padanya bahwa ia butuh sekretaris baru. Waktu itu, Al langsung saja menerima Hana menjadi sekretarisnya, dia tidak tertarik memeriksa latar belakangnya sama sekali. Selain karena ia sangat percaya pada Silvia, dia juga berpikir bahwa hal itu tidaklah penting. Yang paling penting bagi Al adalah kualitas pekerjaan, kesabaran dan keuletan. Hana memiliki itu semua. Al bisa melihatnya dari hari pertama ia bekerja.

Tapi, soal anak yang sakit-sakitan itu, apa benar adanya? Mungkinkah itu cuma trik kebohongan?

Hana memang selalu menyebutkan bahwa ia memiliki seorang anak pada Al selama mereka wanita itu menjadi sekretarisnya. Tapi, ia tidak pernah menunjukkan foto anak itu, atau tidak pernah membawa Al untuk menemuinya.

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang