Bab 20

4K 282 0
                                        

Suatu hari, mereka berbincang hangat di ruang tamu. Sinta sudah empat bulan menjadi perawat pribadi Al.

"Bajumu bagus," ujar Sinta.

"Oh, ya?" Al menyentuh kerah kemejanya yang bahkan tak bisa ia lihat, hanya bisa dirasakan.

"Iya, benar. Kau terlihat tampan memakai baju itu. Para wanita pasti akan mengantri untuk bisa menjadi istrimu."

Al terkekeh mendengar kata-kata Sinta. "Omong kosong!"

"Omong kosong ...? Itu benar. Kau harus percaya padaku! Kau memang cukup tampan."

Berdebar dada Al mendengar pujian-pujian itu. Sejujurnya, bukan hanya saat dipuji, bahkan, saat hanya sekedar berada di dekat Sinta saja sudah dapat membuat Al gugup, perasaannya sering jadi tak karuan. Wanita itu sepertinya sudah menawan Al dalam pesonanya.

Ya, Al jatuh cinta. Tapi dia tidak mau berharap banyak.

"Tidak akan ada wanita yang mau menikah denganku dalam kondisi seperti ini." Al bergumam pelan.

"Tentu saja ada." Sinta menyanggah

"Siapa?"

"Aku! Aku mau menikah denganmu."

Al tercengang. Benarkah yang baru saja ia dengar itu?

"Jangan bercanda Sinta!" serunya.

"Aku tidak bercanda. Aku janji, aku akan menikahimu."

Al tertawa. "Bagaimana bisa kau menikahiku?"

"Tentu saja bisa!"

"Kau bahkan tidak mencintaiku, Sinta."

"Aku mencintaimu."

"A-apa ...?" Al tidak percaya.

Tapi, Sinta bersikukuh. "Aku mencintaimu, Al. Dan, aku akan menikahimu. Lihat saja nanti."

"Kau sangat konyol."

"Ya, memang aku konyol. Tapi aku serius."

Kurang lebih dua minggu lebih setelah perbincangan itu, Sinta membawannya berkendara ke suatu tempat. Al tidak bisa tahu persis bagaimana situasi dan kondisi tempat itu karena ia masih dalam keadaan tak dapat melihat. Sinta mempertemukan Al dengan seorang laki-laki yang menurut keterangannya, itu adalah pamannya.

"Oke. Apa yang akan kita lakukan di tempat ini?" tanya Al.

"Kita akan menikah."

"Hah?!"

"Iya. Aku sudah katakan padamu. Kita akan menikah. Kita sudah di gedung Kantor Urusan Agama saat ini. Aku sudah menyiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkan selama dua minggu ini."

"Tapi, bagaimana bisa?"

"Tentu saja bisa."

"Sinta, jangan bergurau untuk hal seperti ini!"

"Aku tidak bergurau, Al."

Lalu, semuanya terjadi. Al berucap ijab qabul dengan paman Sinta, dia juga menandatangani beberapa dokumen. Setelah itu, mereka pulang.

Dalam perjalanan kembali ke rumah, Al masih tetap tak percaya apakah semuanya benar-benar terjadi. Tapi, dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti semua keinginan Sinta. Al mempercayai wanita itu, bahkan, ia mencintainya.

"Al." Sinta memanggilnya dengan suara lembut. Mobil yang mereka tumpangi masih melaju di jalan raya.

"Apa?"

"Tolong jangan katakan pada orang tuamu tentang pernikahan kita hari ini."

Al mengernyit. "Kenapa?"

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang