Bab 27

3.8K 295 0
                                        


“Aw! Sssst!” Hana mengaduh lalu berdesis. Kakinya terantuk batu. 

Salahnya sendiri berjalan tanpa memperhatikan sekitar. Wanita itu bahkan sudah beberapa kali terhuyung. Kantuk yang amat sangat tengah menyelimuti dirinya. Hana ingat saat ia terakhir melihat penanda waktu, jarum jam menunjuk ke angka sembilan. Mungkin, sekarang sudah lewat beberapa menit. 

Bukan keinginannya pulang selarut ini. Pekerjaan Hana sebenarnya sudah selesai pukul setengah delapan malam tadi. Tapi, saat ia hendak menutup toko, ada sepasang suami istri datang berkunjung. Mereka membeli cukup banyak barang, dibutuhkan waktu satu jam untuk memilih-milih barang yang mereka inginkan. Setelah pasangan suami istri tersebut undur diri, barulah Hana bisa menutup toko. 

Tapi kemudian, ia ingat sesuatu, lampu ruangan depan rumahnya harus segera diganti. Kemarin malam, lampu LED tersebut sudah sudah mulai kedap-kedip, pertanda akan mati dan harus segera diganti. Menurut informasi yang Hana tahu, tidak baik jika lampu yang sudah dalam kondisi seperti itu tidak segera diganti. Karena lampu yang sudah kedap-kedip berpotensi memancarkan radiasi sinar X yang tidak baik bagi tubuh. 

Tanpa mengantongi informasi sama sekali, Hana nekat mencari toko listrik dalam kondisi selarut itu. Ia pikir, toko tersebut akan mudah ditemukan, tapi ternyata, Hana tidak menemukan satupun, padahal, dia sudah berjalan kaki hampir tiga kilometer.

Akhirnya, dia memutuskan untuk pulang saja. 

Di sepanjang jalan, Hana terus menerus memikirkan soal Raffa. Hatinya sedikit takut, kalau lelaki kecil itu tidak terpenuhi kebutuhannya selama ketiadaan Hana. Tapi kemudian, ia meyakinkan diri, Yanti, sepupunya akan mengurus putra Hana dengan baik. Raffa pasti tidur di rumah Yanti, atau kalau tidak, Yanti dan anaknya yang menginap di rumah Hana.

Dalam keadaan terkantuk-kantuk Hana mengunci pintu rumah. Ia tidak sadar kalau saat masuk tadi  rumahnya tidak terkunci meski anak kunci tergantung di lubangnya.

Duk!

Dahinya terantuk daun pintu karena jatuh tertidur dalam beberapa detik.

“Ssst!” Wanita itu mengelus dahinya yang lumayan terasa sakit.

“HAH!” Hana berseru lantang, berusaha keras menghilangkan kantuknya. Lantas, ia berjalan ke sebuah sudut di mana terdapat saklar lampu.

Hana menekan-nekan benda itu beberapa kali. Benar dugaannya, lampunya mati. Sambil meraba-raba, ia berjalan menuju pintu kamar, lalu membukanya. 

Di ruangan berukuran dua kali tiga meter itu ada Raffa, sedang tidur pulas. Selama beberapa menit, Hana memandang putranya tersebut dengan tatapan memuja. Senyum mengembang di bibirnya. Hana merasa sangat iri, seandainya dia bisa langsung merebahkan diri di sisi putranya.

Tapi, dia harus membersihkan diri terlebih dahulu.

Hana Kembali menutup pintu kamar. Lalu, dalam kegelapan, ia berjalan perlahan ke satu arah, yang dia tahu terdapat sebuah sofa di sana.

Hana mendudukkan dirinya di sofa. "Haaah .....” Ia mendesah pelan. Sofanya terasa begitu nyaman.


Tak lama, terdengar dengkur halus. Rupanya, ibu satu anak itu tertidur. Ia sudah tak tahan lagi menahan serangan kantuk.

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang