Bab 16

3.2K 264 1
                                    

Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir pukul sepuluh. Mobil angkutan umum yang ia tumpangi bergerak begitu lamban. Padahal, dia tidak punya cukup banyak waktu. Masih banyak yang harus diurus.

Tapi tidak! Ia tidak boleh mengeluh sekarang.

Seharusnya, bersyukurlah yang harus dilakukan saat ini. Dia harus bersyukur karena teringat sesuatu yang hampir saja ia lupakan.

"Bang, saya turun di depan gedung Pengadilan Agama ya!" katanya pada supir angkutan Umum.

Setengah jam kemudian, kendaraan roda empat itu berhenti. Tepat di tempat yang ia sebutkan tadi. Peluh sudah memenuhi keningnya yang tak tertutup kain kerudung.
Ia sempat terdiam beberapa menit sebelum memasuki gedung yang akan dikunjunginya. Meyakinkan diri sendiri, bahwa yang akan ia lakukan hari ini adalah yang terbaik.

"Ayo! Kamu bisa!" Ia menyemangati dirinya sendiri.

Tap! Tap! Tap!

Suasana gedung sepi membuat langkah kakinya terdengar begitu nyaring di telinga.

"Permisi, Bu. Saya mau melakukan gugat cerai," katanya kepada petugas resepsionis.

"Oh! Silahkan ke bagian Pos Pelayanan Hukum. Ruangannya ada di ujung lorong.Dokumen-dokumennya sudah disiapkan?"

"Sudah."

"Ada yang harus difotokopi? Ada mesin foto kopi di sana."

Ia menengok ke arah yang ditunjuk petugas resepsionis. Ternyata, benar ada mesin fotokopi di sana.

"Semua sudah difoto kopi," katanya.

"Baik. Silahkan!"

"Terima kasih."

Haaah! Ia menghela nafas. Ayo kita lanjutkan!

"Assalamu'alaikum. Selamat siang, Ibu. Ada yang bisa dibantu?"

"Wa-wa'alaikumussalam. Ini ...." Ia menyodorkan berkas-berkas yang sejak tadi menghuni tas ranselnya.

"Surat nikah, ada. Fotokopi, lengkap. KTP, KK, surat gugatan ...." Petugas itu memeriksa dengan seksama satu persatu berkas yang ia bawa. "Semua sudah lengkap, ya, Bu. Sekarang, ibu silahkan ke meja sebelah untuk membayar biaya perkara."

"Baik."

Satu langkah telah terlewati. Mari ke langkah selanjutnya!

Ia berpindah ke meja yang ditunjukkan petugas sebelumnya.

"Selamat siang, Ibu."

"Selamat siang."

"Begini, ada yang dinamakan SK Panjar, yaitu uang yang dititipkan kepada Pengadilan Agama untuk biaya perkara. Untuk wanita yang melakukan gugatan cerai, biayanya sebesar Rp. 970.000 . Biaya ini, nanti, kalau tidak terpakai semua, sisanya akan dikembalikan."

Ia menganggukkan kepala. "Baik," katanya.

"Ibu punya surat keterangan tidak mampu?"

"Hah?! Maksudnya?"

"Maksud saya, kalau memang ibu tidak mampu membayar biaya cerai ini. Ibu bisa menggunakan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan."

"Oh! Eh ... Saya mampu kok. Hehe."

"Baik, Ibu. Saya langsung proses ya pembayarannya."

"Ya. Silahkan!"



***

[Kapan kamu mau jemput Yoga?]

Hana mengirim pesan pada Malik. Laki-laki itu sudah berjanji akan segera membawa pergi adiknya dari ruang perawatan yang masih dihuni Raffa dan ibunya.

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang