"Jadi, seperti ini cara kalian memperlakukan orang lain?"
Adrian Baradja, ayah dari Mariana, tunangan Al selama lima tahun itu terlihat dikuasai amarah. Well, siapa yang tidak, jika putrinya diputuskan begitu saja setelah pertunangan lima tahun? Tapi, Al memang sudah bersiap menghadapi ini.
Ayah dan anak itu sudah ada di rumah orang tua Al saat ia pulang. Haris dan Rahma, ayah dan ibu Al, sedang menjamu mereka di ruang tamu.
"Ma'af, Om. Ini kesalahan saya. Tolong, jangan bawa-bawa orang tua saya. Mereka gak tahu menahu," kata Al.
"Apa? Tentu saja ini ada hubungannya dengan orang tua kamu. Entah bagaimana cara mereka mendidik anak. Kok, bisa anak orang ditinggal gitu aja, setelah digunakan selama lima tahun," kata Adrian seraya mengelus kepala Mariana. Netra wanita itu berurai air mata, tangan terus-menerus memegangi lengan ayahnya
Al merasa heran dengan pilihan kata yang digunakan Adrian." Apa, Om?! 'Digunakan'? Gini ya, Om. Alhamdulillah, selama saya jadi tunangan anak Om, gak pernah saya apa-apain, saya pegang tangannya aja gak pernah. Om bisa tanya sama Mariana, anak Om."
Adrian menatap putrinya. Mariana hanya menunduk saja sejak percakapan itu bergulir, entah apa yang dia pikirkan.
"Meski kamu gak pernah ngapa-ngapain, tetep aja, kami merasa dirugikan di sini." Adrian tak mau kalah.
Al sontak tertawa.
"Kenapa kamu tertawa? Ada yang lucu?"
"Ya. ada yang lucu."
"Apa?"
" Yang lucunya bagian 'dirugikan'. Om merasa dirugikan? Ma'af, kerugian dari pihak Om apa ya? Kalau soal materi, seingat saya, justru keluarga saya yang banyak mengeluarkan. Om pikir, saya enggak tahu bantuan apa saja yang sudah diberikan ayah saya untuk Om selama kami bertunangan? Investasi, saham, proyek dan masih banyak lain. Jangan lupa acara pertunangan lima tahun lalu yang menghabiskan uang total dua milyar, kalau gak salah ingat, uang itu keluar dari tabungan saya loh, Om." Al menunjuk ke arah Mariana. "Dan putri kesayangan Om ini, setiap bulan sekali saya bayarin dia makan-makan di restoran mewah sama teman-temannya, termasuk belanja baju dan barang-barang branded lainnya."
"Ssst! Al, gak usah disebutin lagi dong, Nak! Gak enak." Akhirnya, Haris, ayah Al yang sejak tadi menutup mulutnya bersuara.
"Gak apa-apa, Pa. Gak bermaksud perhitungan kok, cuma ngasih tahu Om Adrian aja, siapa yang sebenarnya dirugikan. Emang sih, semua yang udah kita keluarin gak seberapa, gak ada artinya sama sekali, tapi, harusnya mereka menghargai kita juga lah."
Haris hanya bisa menghela nafas, begitu juga Rahma, istrinya. Sejujurnya, mereka merasa serba salah. Tentu mereka ingin membela Al, tapi, apa yang putra mereka lakukan pada Mariana cukup membuat kecewa dan mengurut dada. Sementara, di sisi lain, ada sahabat karib serta kolega mereka yang sudah lama berhubungan dengan sangat baik.
Adrian merasa kesal dan terhina karena Al mengungkit segala pemberian yang sudah ia dan putrinya dapatkan. Tapi, dia juga tidak sudi kehilangan calon besan berharganya. Lalu, dia bicara lagi, "Janji tetaplah janji. Seorang pria harusnya memegang perkataannya, harusnya, kamu melaksanakan apa yang sudah kamu janjikan. Apa kamu gak diajarin itu sama orang tuamu?" Laki-laki itu menatap sinis orang tua Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
RomanceIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...