Bab 29

3.6K 293 0
                                    

"Ayahku udah pulang ...!"

Hana mendengar Raffa berteriak kepada teman-teman satu kelasnya. Tak lama kemudian, beberapa anak datang mengerubungi bayi yang Hana lahirkan enam tahun lalu itu. Anak-anak tersebut menanyai Raffa mengenai detail kabar yang ia bawa.

Hana memilih untuk langsung pulang setelah Raffa masuk ke dalam kelas.  Ia tak ingin terlalu serius menanggapi beberapa orang tua murid yang bertanya penuh antusias.

Kedatangan Al bukanlah hal yang Hana harapkan. Sungguh, ia sangat ingin lepas dari laki-laki bernama lahir Alfarizki tersebut. Rasanya, sudah cukup Hana mencintainya selama tujuh belas tahun ini. Melakukan apapun untuknya, mempedulikannya, memikirkannya, memperhatikannya, mengkhawatirkannya, bahkan menerima semua tuduhan dan sumpah serapahnya.

Kini, Hana hanya ingin bisa mencintai dirinya sendiri. Menerima semua kekurangan dan kesalahan dirinya di masa lalu. Mengikhlaskan semua nasib buruk yang harus dia alami. Memeluk batinnya yang telah lama tidak ia sapa. 

Seiring waktu berlalu, Hana menyadari. Selama ini, dia terlalu sibuk memperhatikan orang lain. Dia lebih peduli untuk menjaga perasaan orang lain. Sedangkan dirinya sendiri, luput untuk ia perhatikan. Karena itu, ia ingin berubah.

Melayangkan gugatan untuk Al adalah titik baliknya. Hana tak pernah megira, keputusan itu ternyata berefek sangat serius untuk dirinya sendiri. Ia seolah menjadi hewan peliharaan yang dilepas dari ikatan majikannya. Maksudnya, tentu tidak seeksplisit itu. 

Selama ini, ia mengikat dirinya sendiri dengan tali yang kasat mata. Ia mengikat dirinya dengan harapan akan pria bernama Alfarizki. Hana jatuh pada pesonanya sejak ia remaja,  tetap mencintainya meski Al membencinya, teramat benci. Hana menggantungkan banyak harapan meski ia tahu tak akan kesampaian, akan cinta Al, penerimaan laki-laki itu, pema'afannya dan sebagainya.

Sekarang, ia ingin berubah.  Tubuhnya, jiwanya, hatinya jauh lebih penting dibandingkan apapun. Hana ingin menyapa dirinya sendiri sebelum menyapa orang lain. Hana ingin membahagiakan dirinya sendiri sebelum membahagiakan orang lain. Ia ingin selalu terlebih dahulu memastikan dirinya baik-baik saja, alih-alih memikirkan keadaan orang lain.

Dan kini, bersama Raffa, ia akan berusaha menggapai mimpi-mimpi yang sudah lama ingin dicapainya.

"Al ...!" Hana memanggil nama laki-laki yang sejak tadi hilir mudik  dalam pikirannya. Laki-laki itu terlihat tengah berjalan menuju rumah Wak Ujang, paman Hana. 

Al menoleh saat mendengar suara Hana.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Hana dengan nada geram.

"Mau ketemu sama paman kamu."

Hana menyeret kembali laki-laki itu ke halaman rumahnya. "Jangan! Kamu tuh, susah banget dibilangin ...." 

"Kenapa sih?!" Al menatap tak mengerti. "Kenapa aku gak boleh ketemu sama dia?"

Ck! Nyebelin ...! Hana bersungut dalam hati.

"Dia orang tua kamu, Hana. Sebagai suami kamu,  aku harus menemui beliau."

Suami? Haha! Rasanya, Hana ingin tertawa.

"Hana ...! Saha eta (siapa itu)?!"

Jantung Hana sontak berdebar kencang. Ia mendengar suara pamannya. Bertanya, tentang orang yang tengah ia seret.

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang